One does not seek love,' he told her, 'it should find you all on it's own - Unknown
●○☆☆○●
Flinton's POV
"Aku menemukannya. Aku menemukannya, Lars," aku dengan rasa gembiraku yang terlalu membuncah menghampiri saudaraku satu-satunya yang masih saja duduk di kursi kebesaranku dan berkutat dengan pekerjaannya.
Tatapan kami bertemu beberapa detik dan Lars mengalihkan tatapannya dengan memutar bola matanya malas. Ia melepas kaca mata beningnya yang sedari tadi bertengger di depan mata lelahnya.
"Aku tahu," sergah Lars malas.
"Sudah kuduga," aku menggerakan telunjukku di bawah daguku.
"Apa kau yakin pelayan itu gadis yang ditakdirkan untukmu?"
Aku mengangguk tegas. "Aku merasakan ada yang berbeda pada dirinya. Aku yakin dialah gadis yang aku cari-cari selama ini."
Lars tersenyum miring. Pulpen di tangannya, ia mainkan di buku-buku jarinya. "Tapi kau tau apa ujian terbesarmu selanjutnya."
Aku menghembuskan napas lelahku seraya menyandarkan kepalaku di sandaran kursi putar yang kududuki. "Aku tahu itu."
"Jika kau lelaki sejati, kau harus memperjuangkannya. Apapun halangannya," Lars tiba-tiba telah berada di sampingku dan menepuk bahuku pelan.
Ia tersenyum kecil dan berjalan meninggalkanku yg masih termangu.
Aku menghampirinya dan melangkah di sampingnya. Aku merangkul bahu lebarnya, hingga membuatnya menoleh dan menatapku malas.
"Terima kasih atas semangat yang selalu kau berikan padaku. Aku tak tahu lagi jika tak ada kau di sampingku," ujarku tulus.
Lars hanya melepaskan lenganku yang masih nyaman bersandar di bahunya. Sorotan matanya memandangku jijik. "Sudah aku katakan berapa kali, jangan menjadi lelaki manja seperti yang kau lakukan tadi."
Lars kembali melangkahkan kakinya lebih cepat keluar dari ruangan, sedang aku hanya menggaruk belakang kepalaku yang tak gatal sebenarnya.
Aku menjatuhkan tubuhku di sofa lebar nan empuk. Aku menutup mata dan menghirup udara dalam-dalam. "Aku akan mendapatkanmu. Aku yakin itu. So, tunggu aku."
♡♡♡♡♡
Aku melihatnya berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. Hingga tapak kaki lelahnya sampai di halte bis yang setiap hari ia tuju sepulangnya ia bekerja.
Aku dapat melihat dengan jelas wajah lusuhnya. Matanya yang sayu yang aku yakin betul tengah memaksakan untuk mata lelahnya yang telah memerah itu untuk tetap terjaga.
Ia duduk di sudut halte, menyandarkan kepalanya di salah satu tiang penyangga halte. Ia memejamkan matanya.
Aku yang masih berada di dalam mobil, beranjak keluar dan menghampirinya yang tengah seorang diri menunggu bis yang akan mengantarnya pulang.
Aku memberanikan duduk tepat di sebelahnya. Tepat saat sepersekian detik pantatku menyentuh bangku besi halte, ia terlonjak bangun. Gadis itu terganggu atas kehadiranku, itu yang kubaca di sorotan mata kantuknya.
"Maaf, apa aku mengganggu tidurmu, nona?" sahutku cepat saat ia telah duduk tegap.
"Ahh... tidak. Sama sekali tidak, tuan," sergahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FantasyDia, gadis yang pendiam. Hanya itu yang kutahu saat bertemu dengannya. Namun saat kuhirup aroma tubuhnya, i swear, she is my soulmate. Who are you? Pertanyaan itu yang akan sangat sulit untukku jelaskan. Dengan kepedihan masa lalunya pula yang selal...