Where are you now. That i need you? - unknown
*****
Flinton's POV
Tiga hari sudah aku duduk di tempat yang sama, di meja paling belakang club milik Lucas. Dari sini aku bisa melihat setiap sudut club untuk mencari seseorang yang sejak tiga hari belakangan ini tak nampak berseliweran di sekeliling club.
Aku hampir frustasi hanya karena tak dapat menemukannya sehari saja. Siapapun pasti akan mengira diriku sedang gila akan cinta pertama yang selalu membuai para remaja yang pada umumnya mengenal dengan baik perasaan ini.
Perasaan yang pastinya sudah sangat terlambat, jika mengingat usiaku saat ini, yang tak dapat dibilang muda.
"Permisi, tuan. Apa anda sudah dapat memesan sesuatu?" sahutan sopan seorang waiter menghentikan kegiatanku yang sedari tadi melarikan pandanganku ke segala penjuru club.
Aku mengalihkan pandanganku sekilas pada wanita muda yang tengah berdiri di samping mejanya, yang sedang tersenyum ramah ke arahnya, menunggu pesanan dari bibirku.
"Ahh ya... satu red wine."
"Satu red wine. Harap menunggu sebentar," pelayan itu mengulangi pesana ku.
"Sebentar," aku segera menginterupsi, sebelum pelayan itu melangkah.
"Ya, tuan. Apa anda membutuhkan sesuatu lagi?"
Aku berdehem sejenak. "Apa kau mengenal pelayan perempuan yang berambut pirang yang sering mengantarkan pesanan?"
Aku memutuskan untuk bertanya pada pelayan yang saat ini tengah mengerutkan keningnya. Pasti ia bingung, kenapa aku bisa mengenal gadis yang telah membuatku kembali bersemangat untuk memiliki seseorang yang perlu aku lindungi, satu-satunya gadis yang dapat aku pertahankan disisiku.
"Apa gadis yang anda maksud Lea?" tanya pelayan itu ragu.
"Mungkin, aku tak tahu pasti namanya. Dia pelayan baru di club ini," jawabku cepat.
Pelayan itu kembali mengerutkan keningnya lebih dalam setelah mendengar penuturanku tadi. Ia pasti lebih bingung saat aku yang tak tahu pasti nama gadis yang sedang kucari-cari beberapa hari ini.
"Dia beberapa hari ini izin..."
"Apa kau tahu apa alasan dia izin," sergahku tak sabaran.
"Yang saya dengar dia sedang sakit."
"Apa?! Dia sakit?" tanyaku dengan denyitan keterkejutanku.
"I... iya," jawab hati-hati pelayan yang nampak terkaget itu.
"Ok, terima kasih. Pesananku tadi tolong dicancel."
Aku segera beranjak dari dudukku dan melangkah cepat meninggalkan kursi yang cukup lama aku duduki, dan terburu-buru keluar dari club.
"Hai, brother," sapa Lucas sesaat sebelum aku melintasi pintu keluar club.
Aku masih mematung di tempatku berdiri, tak membalas sapaan sahabatku yang tengah menyunggingkan senyumnya ke arahku. Ide agar aku dapat segera menemukan gadis yang tengah kucari-cari.
"Untung kau datang. Aku butuh bantuanmu sekarang!" seruku antusias.
♡♡♡♡♡
Sudah sekitar satu jam, aku masih saja mondar-mandir di depan pintu flat Lea. Iya, Lea. Itu yang aku mulai ingat tentang gadis yang mulai aku damba, tentunya selain aroma tubuhnya yang memabukan yang dengan mudahnya membuatku tersihir untuk selalu ingin dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FantasyDia, gadis yang pendiam. Hanya itu yang kutahu saat bertemu dengannya. Namun saat kuhirup aroma tubuhnya, i swear, she is my soulmate. Who are you? Pertanyaan itu yang akan sangat sulit untukku jelaskan. Dengan kepedihan masa lalunya pula yang selal...