Cowok Gue

166 8 0
                                    


"Gelisha Alvaro." Namaku dipanggil pada absensi MOS menandakan aku benar-benar terdaftar sebagai siswi baru.

"Iya, hadir." Kujawab sambil mengamati apa yang terjadi.

Mikha, dengan sifat welcome dan lues mudah baginya mendapat teman untuk bergosip dengan isu-isu tidak jelas yang entah dari mana didapatnya. Cuma sebatas bergosip tidak akan separah ini. Tapi, Mikha dengan suaranya yang bak petasan itu tertawa pecah. Alhasil, jadilah dia bulan-bulanan para senior.

Saat itu aku hanya menunduk karena teriknya matahari dengan sengatannya yang menusuk kulitku. Tapi mendadak aku merasa jadi pusat perhatian. Dan benar saja..

"Itu yang nunduk-nunduk. Ke depan!" Seru salah satu senior yang tak asing suaranya.

Belum hilang rasa tak percaya yang aku alami, Mikha sudah memanggilku dengan manja sambil tersenyum iblis. "Gelisha ke depan sayang." Sial Mikha, usilnya mulai!

"Coba nyanyi deh Ge, bareng sama lo!" Sahut senior yang kukenal suara dan rupanya tapi tak kuingat namanya. Dia cukup populer karena sempat menjabat sebagai ketua OSIS sekaligus teman ekskul musik Dimas ketika SMP dulu. Sudah ku perkirakan sejak melihatnya di gerbang tadi pagi, dia pasti akan mengerjai aku. Sifatnya memang jahil seperti Dimas.

Mikha, temanku yang satu ini memang rada sinting. "Saya Mikha kak, pengen dipanggil nama juga kayak Gelisha. Bukan cuma lo." Kalimat singkat Mikha sontak membuat semua orang tertawa.

---------

Akhirnya, waktu istirahat yang kutungu-tunggu tiba. Lega rasanya dapat bebas sejenak dari senior-senior gila yang seenak jidatnya memberi hukuman yang tidak masuk akal.

Kupilih duduk di bawah pohon rindang yang sejuk dengan angin yang membelai-belai daunnya untuk menikmati makan siangku, sambil menilik sekitar area sekolah yang dapat dijangkau mataku. Tapi dia... dia kulihat dihari pengumuman! Langkah kakinya seperti menuju kearahku. Lalu terdengar.. Apa aku salah dengar? Atau aku berimajinasi?

"Dipta.. gabung sini!" Pinta Mikha membuatku terkejut.

"Uhuk..uhukk..uhukk." Sontak aku tersedak. Oh, Tuhan. Bagus Mikha kenal dengannya, barangkali aku bisa minta kontaknya pada Mikha, atau kalau boleh minta Mikha paksa dia buat suka sama aku. Memang dia mau?

Semakin dekat, semakin dekat, dia berjalan semakin dekat ke arahku dan Mikha. Kutatap dia dalam-dalam.

Mikha menarik lengannya kasar. "Anjas, lame amat jalan lu, Dip!". Aduh Mikha, itu bisa pelan-pelan saja tidak? Kasihan nanti lengannya baret.

"Ge, cowok gue. Senior kita kelas sebelas." Ujar Mikha diikuti uluran tangan dari seorang yang cukup membuatku tertarik sejak hari pengumuman itu. Tunggu, apa kata Mikha tadi? Dia gila atau bagaimana?

Kalimat singkat Mikha membuatku seperti tersambar petir. Perasaanku melebur jadi satu. Senyum kaku kuberikan seraya membalas uluran tangannya. Balasan senyum manisnya membuat hatiku terasa hangat sekaligus menimbulkan perasaan menggelitik di dada. Rasanya ingin ku jambak Mikha yang terus saja menghantui ku dengan perkataannya.

"Cowok gue, cowok gue, cowok gue..."

Bulan Dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang