Telepon

137 6 0
                                    

"Hallo." Jawabku dengan suara serak, khas orang yang belum terkumpul kesadarannya.

"Hallo." Ku ulangi, karena tak ada yang menyahut disana.

"Hallo, siapa?"

"Eh, sial. kalo mau iseng jangan ke nomor gue! siapa sih ni?!" Gerutuku sambil mematikan telepon yang sudah ku ulangi kata hallo tiga kali. Kulihat jam dinding yang berada tepat di depan kasur ternyaman ku. Pukul 04.00 subuh, orang gila mana yang menelpon sepagi ini?

Dipta R : Tadi gue kepencet. Maaf ganggu tidur nyenyak lo. Ini gue, Dipta.

Astaga, orang gila kan tadi aku bilang? Ini mah, bukan orang gila. Tapi pangeran yang udah buat aku gila. Tapi, dari mana dia tahu nomor ponselku? Secara, aplikasi WA tidak bisa menambahkan teman menggunakan id seperti Line.

Gelisha Alvaro : Iya gpp. lain kali jadwal kepencetnya tolong diatur. Gue lagi mimpi indah jadi rusak gara-gara telpon lo. Padahal dikit lagi tuh.. Btw, dapet nomor gue dari mana?

Dipta R : Dari Mikha, dan nggak usah geer, karna bukan gue yang minta.

Dipta R : Iya, maaf.. Nggak usah lo jelasin, gue udah tau. Orang lo sampe nyumpah gue tadi. Haha.. Dikit lagi apaan?

Mampus! Ternyata gerutuku tadi sempat terdengar olehnya. Aduh! Mulutku ini selalu saja cepat memaki ketimbang gerak!

Kantukku hilang seketika, tentu saja. Aku ikhlas meninggalkan mimpi indahku demi saling ber WA dengan Dipta.

Gelisha Alvaro : Lo jahat Dip, padahal gue kira lo suka sama gue makanya minta nomor gue ke Mikha. Bilang aja kek lo suka sama gue, nyenengin orang pahala loh

Gelisha Alvaro : Aduh yang tadi refleks, sorry.. Iya dikit lagi, kek nggak tau aja lo :$

Dipta R : Iya deh, gue suka sama lo makanya minta nomor lo ke Mikha. Semerdekanya lo aja, biar seneng.

Dipta R : Iye, dikit lagi versi gue beda.. Eh, mungkin kalo lo nggak sepolos itu.

Gelisha Alvaro : Anjir! Pikiran lo uh ah uh ah aje. Makasi sayang :*

Gelisha Alvaro : Itu bonus karna lo udah nyenengin gue. Pake cium sama manggil sayang tuh. Jomblo kan?

Dipta R : Wkwk.. Makanya jelasin! Gue penasaran. Jangan sampe dikit lagi yang lo bilang gue terjemahin beneran ke versi gue. Terus pas gue nantinya berhasil tidur, jangan sampe (...isi sendiri...) gara gara lo!

Dipta R : Anjas, mentang2 gue jomblo, nggak perlu dikasihanin!

Gelisha Alvaro : Bodo, orang yang nyuci bukan gue. Hahaha. Dih, ngambek.

Dipta R : Nyuci? Emang lo ngisi apaan? Ini jelas dari tadi elo mesum!

Gelisha : Yah.. Kemakan umpan sendiri kan gue.

Dipta R : Cepetan nggak jawab! Dikit lagi apaan? Jangan nambah-nambah kerjaan gue besok buat nyuci ni seprei.

Gelisha Alvaro : Hahahahahahahahahahahahaha

Semangat ku tiba-tiba menggebu. Sekarang aku sudah senyum-senyum sambil membayangkan balasan pesan darinya. Tapi sudah lima belas menit berlalu, pesan ku tak kunjung dibalas, bahkan dibaca pun tidak. Ini orang jenis apa Tuhan? Sekarang jika aku tidur, aku yang akan bermimpi, memimpikan sosok Dipta. Kacau!

Kucoba untuk kembali hanyut dalam mimpi, tapi tak bisa larut dalam sunyinya malam, oh ralat ini sudah subuh. Bagaimanapun aku tak bisa untuk kembali tidur. Ekspresi dan berbagai macam emosinya terbayang dibenakku. Dia yang benci akan balasan pesanku, dia yang muak melihatnya, dia yang geli sampai ingin muntah, atau jangan-jangan dia marah lagi.

-----

Pagi ini ada pelajaran olahraga, yang menuntut untuk membawa beban banyak hari ini. Baju kaos karena pakaian olahraga berbahan tembus pandang alias transparan, parfum ini wajib hukumnya, sepatu olahraga, seragam batik sekolah tentunya. Dengan bawaaan sebanyak ini motor Mikha tak akan cukup menampungnya.

Hari ini Dimas tak bisa mengantarku, dengan segala alasannya. Aku tau dia sengaja mengerjaiku. Dia tahu benar aku tak suka ikut dalam mobil Tito bersama Mikha. Ibu dan Ayah semalam berangkat ke rumah tante Silvi di Depok.

Terpaksalah aku menerima tawaran Tito untuk pergi menggunakan mobilnya. Biasanya ini selalu aku hindari, malas sekali rasanya melihat dua makhluk berstatus pasangan itu berpacaran ala anak ABG seusia kami. Uh, membayangkannya saja sudah membuatku merinding.

Pasti manggilnya ayang-ayangan. Mereka mesra kan? Tapi kalo lagi berantem baru deh, nyebut si babi. Kasihan, padahal babi kan tidak tahu menahu, dia tidak salah. Pasti babi lelah.

I'm friends with the monster that's under my bed.

Get along with the voices inside of my head.

You're trying to save me, stop holding your breath.

And you think I'm crazy, yeah, you think I'm crazy

"Hallo, maaf ini siapa?" Kuangkat telepon dari nomor yang tak kukenal.

"Assalamu'alaikum" Jawab seseorang dengan suara yang tak asing kudengar.

Aku gelagapan mendengar salamnya, yaa.. gitu.. seharusnya memang salam dulu. "Oh, ya.. Walaikumsalam."

"Keluarlah, kau akan tau siapa aku. Aku di depan rumahmu." Perintahnya yang membuat aku mengerutkan dahi.

Bulan Dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang