Happy Reading
*****
Selama hampir 2 minggu Rina harus dirawat di Rumah Sakit setelah operasi yang membuatnya tak sadarkan diri selama 2 hari. Namun kini Rina sudah sehat kembali dan itu membuat Adira senang sekaligus sedih. Karena tak bisa bertemu Alvian untuk sementara waktu.
Selama 2 minggu di rumah sakit untuk menjaga Adiknya, Adira selalu ditemani oleh Alvian. Tak henti-hentinya Alvian memberikan perhatian terhadap Adira. Tetapi Adira tak menanggapinya dengan serius. Dirinya takut perhatian Alvian hanyalah kepalsuan belaka. Hanya karena dirinya akan segera menjadi istri Alvian. Istri yang dia jadikan sebagai syarat untuk mendapat warisan dari kakeknya.
Jika saja bukan karena kesehatan bapaknya dan biaya sekolah kedua adiknya Adira tak akan pernah menerima ajakan Alvian untuk menikah. Tetapi kini hal itu bukan lagi sebagai alasan utama untuk menerima ajakan Alvian. Ada alasan lain yang lebih penting, yaitu perasaan asing yang mulai tumbuh di dalam hatinya.
Tetapi Adira berusaha untuk menyangkal perasaannya terhadap Alvian. Adira berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa semua itu hanyalah perasaan sesaat yang akan hilang seiring berlalunya waktu.
Dilain pihak Alvian merasakan sesuatu yang hilang dan perasaannya terasa hampa. Alvian mengetahui bahwa ada sesuatu yang mulai tumbuh di dalam hatinya untuk Adira. Perasaan itu berusaha dia sangkal dan dia tepis. Tetapi setelah hampir 2 minggu tidak bertemu dengan Adira. Alvian menjadi gelisah dan tak tenang. Di kantor Alvian menjadi sering marah tak menentu. Semua karyawan menjadi bingung. Tanpa disadari, dirinya jadi lebih sering melamun dan membayangkan saat-saat bersama Adira di rumah sakit dan menunggu kedatangannya seperti hari-hari biasanya saat Adira mengantarkan minuman ke ruang kerjanya.
Hari pernikahan semakin dekat. Tetapi Alvian maupun Adira masih saling diam bila mereka bertemu. Seolah mereka baru saja saling kenal. Setiap kali bertemu, mereka seolah tak mengenal satu sama lainnya.
Adira berusaha untuk menenangkan hatinya yang semakin kacau, paska hari pernikahannya yang semakin dekat. Adira berharap bisa membicarakan semua yang berhubungan dengan pernikahannya dengan Alvian. Layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Bertukar pikiran tentang persiapan-persiapan pernikahan. Namun sepertinya Alvian tak ingin terlibat begitu banyak. Jadi Adira hanya bisa berharap, Alvian mau datang di saat dirinya mencoba gaun pengantin yang telah di pesan oleh Alvian untuk dirinya. Saat itu, beberapa hari setelah Rina keluar dari rumah sakit, handphone Adira berdering, dan tertulis nama Alvian di layar kacanya.
"aku sudah memesankan gaun untukmu dan juga adikmu, Rina." kata Alvian tiba-tiba tanpa basa-basi.
Adira yang terkejut justru tak bisa berkata apapun. Hanya terdiam hingga telpon terputus. Seketika setelah telpon terputus Adira merasa dirinya tak memiliki tenaga untuk menyanggah berat tubuhnya. Seolah dirinya hanya terbuat dari kapas yang siap untuk terbang karena tertiup angin. Jantungnya terus saja berdetak tak menentu.
Kini dirinya hanya sendiri di sebuah toko butik ternama di kota. Butik yang menjual baju-baju yang hanya dapat dibeli oleh orang-orang yang berpenghasilan lebih.
Tiba-tiba handphone Adira berdering. Seketika jantung Adira berdeta tak menentu. Nama Alvian tertera di layar handphonenya.
Seperti biasa tanpa basa-basi, Alvian langsung bertanya "kamu di mana?" suara Alvian terdengar serak. Sepertinya Alvian terdengar sedang tidak enak badan.
"saya sedang di butik untuk mencoba gaun pengantin yang sudah anda pesankan untuk saya." Adira menjelaskan dengan suara terbata-bata.
"aku akan menyusulmu." kata Alvian mengakhiri, lalu terdengar suara telpon terputus.
Adira hanya terpaku bagaikan patung. Alvian akan melihatnya dalam balutan gaun pengantin ini. Rasa gugup merasuki perasaannya. Akan kah Alvian menyukai gaun ini jika aku pakai. Tanya Adira dalam hati.
Tepat saat Adira selesai mempersiapkan semuanya Alvian datang. Alvian tampak begitu mempesona, dalam balutan jas hitam dipadukan dengan kemeja berwarna putih bergaris dan dasi merah yang sangat pas di tubuhnya.
Adira terpanah melihat Alvian yang begitu ganteng. Hingga dirinya tak sadar saat Alvian mendekat. "ternyata, pilihanku tepat" kata Alvian singkat dan berlalu.
Adira semakin terkejut dengan komentar Alvian yang tak memandang dirinya sedikit pun. Alvian hanya memuji dirinya sendiri. Ada rasa kecewa yang tiba-tiba muncul di lubuk hatinya. Mengapa Alvian tak memujinya. Kata Adira dalam hati.
***
Alvian berusaha untuk tetap terlihat tenang. Walau sebenarnya hatinya kacau. Debarannya membuat Alvian gelisah. Sepulang dari kantor, Alvian melajukan mobil sportnya dengan kecepatan penuh untuk segera tiba di rumah dan mengganti pakaiannya yang sudah lusuh dan menggantinya dengan stelan jas hitam lengkap dengan kemeja dan dasi berwarna merah. Alvian terlihat gugup selama perjalanan menuju butik berulang kali dia menyisir rambutnya dengan jari. Seolah kepercayaan diri yang selalu melekat di dalam dirinya telah hilang dan menguap.
"sebenarnya ada apa denganku?" tanya Alvian pada dirinya. "ini bukan diriku." Alvian terus saja mengingkari perasaan yang terus tumbuh dengan berjalannya waktu. "aku tak pernah gugup bertemu dengan siapapun." katanya lagi sembari memukul setir karena kesal.
Sesampainya di butik. Alvian berulang kali mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Untuk meredakan debaran jantungnya yang tak pernah mau bersahabat.
Di dalam butik, Alvian melihat Adira dengan balutan gaun pengantin yang indah dan itu menambah kecantikannya yang tulus dan lembut. "cantik sekali." kata Alvian tanpa disadarinya. Adira terlihat begitu anggun dan mempesona.
Alvian sengaja memilihkan gaun tersebut khusus untuk Adira dengan menyewa jasa seorang desainer ternama dan hasilnya sunggu menakjubkan dan sangat cantik. Ternyata usaha Alvian tak sia-sia untuk menyewa jasa seorang desainer ternama dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk pengantin wanitanya. Namun sekali lagi gengsi membuatnya malu untuk mengakuinya. Alvian ingin sekali memuji kecantikan Adira, tetapi yang ada justru Alvian memuji dirinya sendiri dan membuat kecewa Adira. Alvian tak bermaksud untuk membuat Adira kecewa dengan kata-katannya, tetapi Alvian tak tahu apa yang harus dilakukannya.
****
ditunggu commentnya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I Steel Love You
RomancePria angkuh yang tak pernah mengenal cinta harus terpaksa menikah karena syarat dari sang kakek untuk bisa mendapatkan warisan. Namanya Alvian Putra Zafran. Seorang pria tampan yang sangat di gilai banyak wanita. Seorang pria tampan tapi angkuh yang...