Part 17 : Menempati Kamar Baru

10.6K 48 13
                                    

New Post..

Happy Reading ^^

**********

Malam masih terlalu larut saat Adira terbangun karena terkejut merasakan hembusan nafas Alvian di wajahnya. Adira masih berusaha mengingat apa yang sedang terjadi hingga dirinya berada di dalam pelukan suaminya. Saat berusaha mengingatnya, kepala Adira berdenyut sangat menyakitkan hingga ia tak sanggup untuk menggerakkannya. Adira memutuskan untuk tetap berada di dalam pelukan Alvian. Seketika ingatan tentang dirinya yang bermimpi buruk dan Alvian menawarkan untuk menemaninya tidur. Tepatnya bukan Alvian yang menawarkan untuk tidur di samping Adira, tetapi dirinyalah yang meminta Alvian untuk tetap berada di sampingnya. Karena rasa takut yang diakibatkan mimpi buruk.

Adira menatap wajah Alvian yang tetap tampan walau sedang tidur. Wajahnya yang kecoklatan semakin mempertegas garis wajahnya yang terlihat angkuh. Tetapi Adira tahu perasaan Alvian tak seangkuh wajahnya. Banyak wanita di kantor yang membayangkan dapat menikah dengan Alvian. Bahkan hingga kini dirinya tak pernah menyangka Alvian menikah dengannya. Walau ia tahu pernikahannya bukan pernikahan yang sesungguhnya.

"sampai kapan kamu akan melihat wajahku?" suara Alvian yang berat berhasil mengejutkan Adira dan seketika menjauh. Tetapi dekapan erat tangan Alvian membuat Adira tak berhasil menjauh darinya.

"ak ... aku tidak sedang melihat wajahmu" suara Adira terdengar gugup. Dengan tetap berusaha lepas dari pelukan Alvian, Adira mencuri pandang melihat mata Alvian yang begitu tajam menatap wajahnya.

"aku tak akan melepaskanmu" semakin erat pelukan Alvian membuat Adira harus menarik nafas dalam. Karena terlalu kecil ruang di antara mereka.

Kalimat Alvian menusuk jantung Adira. Seandainya kalimat yang Alvian katakan benar dan pernikahan yang mereka jalani adalah pernikahan sesungguhnya. Mungkin saat ini Adira akan menangis bahagia.

Semakin membuat Adira terkejut saat tiba-tiba Alvian mencium bibir Adira lembut. Ciuman itu adalah ciuman pertamanya dengan Alvian setelah hampir empat bulan mereka menikah.

"apa yang kamu lakukan?" Tanya Adira menjauh dari Alvian dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"aku hanya ingin mencium istriku" kata Alvian tersenyum senang.

"tapi kita kan hanya .."

Kalimat Adira terpotong, wajah Adira seketika memerah karena reaksi dari sentuhan tangan Alvian di pipinya.

"aku tak ingin membahasnya, untuk saat ini aku hanya ingin menikmati kebersamaan kita" Alvian tersenyum lembut.

Adira tak bisa menjawab, karena ia sendiri sangat menginginkannya. Melupakan semua tentang pernikahannya yang hanya perjanjian di atas kertas. Melupakan semua tentang dirinya yang bukan istri Alvian yang sesungguhnya. Adira hanya ingin menikmati setiap waktunya bersama Alvian. Karena waktu yang ia miliki hanya sedikit.

Waktu menunjukkan pukul lima pagi. Sisa-sisa dinginnya malam masih membekas di daun-daun yang basah akibat embun. Awan-awan tebal menutupi sebagian wilayah langit hingga matahari enggan bangun dari tidur panjangnya.

Banyak penduduk Negeri Sahara lebih memilih untuk bersembunyi di balik selimut mereka yang hangat di bandingkan harus keluar dalam keadaan cuaca dingin. Negeri Sahara sedang dilanda musim dingin yang cukup panjang di bandingkan biasanya. Karena musim dingin telah berlangsung hampir dua bulan lamanya yang tak pernah di alami oleh Negeri Sahara selama bertahun-tahun. Ada sebagian penduduk Sahara yang menyambut gembira perubahan cuaca yang terjadi, tetapi tidak sedikit yang kecewa karena banyaknya tanaman pertanian mereka harus layu dan kering karena tak adanya sinar matahari yang menyinari.

I Steel Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang