Suasana hening tiba-tiba, pembicaraan terhenti begitu saja. Tak seorangpun dari mereka berusaha untuk kembali mengajak bicara. Adira maupun Alvian sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya terdengar suara binatang-binatang malam yang bersembunyi di antara rerumputan ilalang yang tumbuh menjulang di tepi kolam ikan.
Suasana canggung membuat mereka semakin gugup terutama Adira. Sedangkan Alvian hanya duduk santai sambil sesekali mengusap tangannya yang mulai terasa dingin. Udara malam berhembus lembut menambah dinginnya udara. Karena cuaca mulai memasuki bulan musim dingin. Memiliki rumah yang terletak di tepi hutan musim dingin akan lebih dingin dibandingkan wilayah lain dan musim dingin berlangsung lama seperti halnya musim hujan.
Tanpa disadari Adira, Alvian berdiri dan pergi kembali masuk ke dalam dan meniggalkan Adira sendirian terpaku. "dia meninggalkan aku sendirian di sini?" Tanya Adira pada dirinya sendiri. "huh!" gerutunya kesal dengan tetap mengusap-usap tangannya sembari mencari kehangatan.
Tiba-tiba seseorang menyelimuti Adira dengan selimut tebal dan disampirkan di bahunya. Terlalu terkjut, Adira tak sanggup berkata-kata.
"aku mengambil selimut sebentar di dalam." kata Alvian sembari menyelimuti dirinya sendiri.
Adira tak perna menyangka bahwa Alvian orang yang perhatian. Bahkan Alvian menyadari jika dirinya sedang kedinginan, Batin Adira. "terimakasih." ucap Adira memberikan senyum tulusnya. Berharap... Apa yang kau harapkan dari seorang seperti Alvian?
Alvian kembali duduk diam di samping Adira. Seolah tak mendengar ucapan terimakasih dari Adira. Adira bingung harus melakukan apa dengan sikap dingin Alvian.
"aku ingin dua minggu lagi pernikahan kita segera dilaksanakan." kata Alvian tiba-tiba.
"APAAA..!" Tanya Adira terkejut. Adira tak sadar jika suaranya terlalu keras.
Bukankah baru saja ia mengatakan bahwa dalam waktu dua minggu orangtuanya akan datang untuk melamarnya. Tetapi sekarang ia berubah pikiran.
"tak perlu berteriak."
"maka dari itu, mulai besok kita harus sudah mulai menyiapkan semuanya. Tak perlu terlalu mewah, sederhana saja. Kita undang keluarga dan teman dekat saja. Karyawan kantor tak perlu tahu." kata Alvian menjelaskan.
Adira tak sanggup mengatakan apapun. Karena terlalu terkejut dengan pernyataan Alvian. "aku belum mengatakan apapun tentang pernikahan kepada orangtuaku." Adira benar-benar bingung dengan sikap Alvian yang semena-mena memutuskan tentang pernikahan mereka. Pernikahan mereka? Benarkah itu akan menjadi pernikahan mereka atau hanya pernikahan Alvian sedangkan dirinya hanyalah boneka yang hanya diam dan menurut dengan semua keputusan dan perintahnya.
"besok, kita bicarakan bersama saat aku membawa serta orangtuaku untuk menemui orangtuamu." Alvian mengatakan dengan mudahnya. Padahal Adira harus berpikir dengan serius tentang menikah dengan Alvian. Walaupun akhirnya orangtua Adira menyetujui, tetapi Adira tidak dengan serta-merta senang dengan rencana ini semua. "Apakah kamu keberatan?" Tanya Alvian.
"apakah saya punya pilihan?" Tanya Adira balik.
"tak ada dan tak mungkin ada pilihan, karena sejak awal kamu telah menyetujui perjanjian ini." Alvian sengaja mengingatkan tentang perjanjian yang telah dibuatnya.
"terpaksa saya lakukan." kata Adira lirih.
"walau terpaksa, semua ini tetap kamu lakukan." kata Alvian menimpali.
"ya, karena jika tidak demi kesembuhan bapak, mungkin aku tak mungkin menyetujuinya."
"sudahlah, tak perlu diingat lagi hal itu." Alvian jengkela dengan sikap Adira yang seolah tak berdaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Steel Love You
RomancePria angkuh yang tak pernah mengenal cinta harus terpaksa menikah karena syarat dari sang kakek untuk bisa mendapatkan warisan. Namanya Alvian Putra Zafran. Seorang pria tampan yang sangat di gilai banyak wanita. Seorang pria tampan tapi angkuh yang...