Part 12

12.7K 45 2
                                    

maaf ya klo singkat,,

lagi ga konsen nih ...

abaikan typonya.. happy reading ^^

*******

Adira terbangun di saat angin malam berhembus menerpa korden yang menutupi sebagian jendela kamar hotel. Suasana di kamar sepi, tak seorang pun berada di dalam kamar kecuali Adira yang merasa bingung dan terasingkan, karena dirinya merasa tak mengenal tempat disekelilingnya. Adira terkejut mengetahui pakaiannya telah digantikan dengan pakaian santai. Adira merasakan pipinya memerah karena membayangkan bahwa yang menggantikan bajunya adalah Alvian. Adira bangun dan memilih untuk membuka seluruh jendela. Memandang keluar jendela dan menikmati pemandangan malam di pinggir pantai. Angin berhembus cukup kencang yang membuat Adira akhirnya memilih untuk kembali ke balik selimut.

Mungkinkah dirinya sedang berada di kamar hotel yang telah disewa oleh Alvian. Belum sempat rasa penasarannya terjawab tiba-tiba ada suara pintu terbuka.

"sudah sadar rupanya." sindir Alvian.

"kita berada dimana?" Tanya Adira.

Namun Alvian tak menjawab. Wajah terlihat kesal dan marah. Hatinya sedang ak menentu.

Adira hanya diam melihat tingkah Alvian yang aneh. Terlihat sekali jika dirinya sedang marah dan kesal. Adira ingin sekali menanyakan. Tetapi Adira tak berani. Karena walau status Adira sebagai istri Alvian. Semua itu hanya status yang sewaktu-waktu bisa saja hilang. Alvian bisa saja menceraikannya jika harta yang diwariskan kakeknya telah menjadi miliknya. Jadi Adira tidak punya hak untuk peduli.

Alvian merasa dirinya marah, kesal dan hatinya hancur. Padahal Alvian bukan orang yang mudah marah. Karena pengendalian di dalam dirinya sangat kuat. Sehingga tak ada satu apapun yang mampu membuatnya marah, apa lagi hanya karena masalah kecil. Masalah yang menurutnya tidak penting untuk bisa membuatnya marah. Tetapi Alvian sudah berusaha untuk meredam kemarahannya, tetap saja amarah merasuki hatinya dengan mudah. Alvian semakin kesal saat kembali ke kamar hotel melihat Adira sedang berbaring di tempat tidur. Walau sebenarnya Alvian tahu Adira belum benar-benar tidur. Adira memperhatikan dirinya yang sedang kesal. Tetapi Adira memilih untuk diam dan tidak bertanya kepadanya. Alvian menghepaskan tubuhnya di tempat tidur di samping Adira. Adira terpaku karena terkejut. Adira takut bila melihat Alvian marah. Adira tahu Alvian bukan laki-laki yang suka dengan kekerasan terutama dengan wanita. Tetapi Adira tetap takut, karena Adira pikir amarah bisa membuat seseorang menjadi gelap hati.

"tak perlu takut, aku hanya ingin tidur." kata Alvian lirih. "aku tak akan pernah menyentuhmu jika bukan keinginanmu sendiri." lanjut Alvian. Alvian dan Adira saling membelakangi. Adira menempati tempat tidur di tepi kanan sedangkan Alvian menempati tempat tidur di tepi sebelah kiri. Adira menyelimuti seluruh tubuhnya hingga hanya terlihat wajahnya. Alvian memilih hanya menyelimuti tubuhnya dari pinggang hingga kaki, sedangkan tubuhnya dia biarkan terbuka, karena udara di kamar yang cukup hangat.

"aku hanya takut saat melihatmu marah." Adira menjawab sembari menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Adira tidak hanya takut melihat Alvian marah, tetapi Adira juga takut dirinya terus berdekatan dengan Alvian apalagi harus satu tempat tidur dengannya.

Punggung Adira terasa panas, padahal jarak antara mereka terbilang jauh. Adira berada di ujung tempat tidur sebelah kiri sedangkan Alvian berada di sebelah kanan. Tempat tidur yang ada di kamar sangatlah besar. Jarak di antara mereka terlihat luas.

Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Tetapi Alvian maupun Adira tak bisa memejamkan mata. Walau begitu tak seorangpun yang berbicara membuat kondisi di kamar menjadi lebih sunyi daripada sebelumnya.

I Steel Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang