chapter 12 [goodbye]

1.7K 164 19
                                    

i guess goodbyes
are the only perfect things
left for us

--cold--

"YA!JEONG CHANWOO!"

Yein terus saja mengejar saudara kembarnya itu, entah sudah berapa kali ia tersandung benda-benda yang berserakan di lantai karena ulah mereka berdua sendiri.

Gadis itu tidak bisa membiarkan Chanwoo memegang lebih lama diarynya yang berwarna lightgrey dengan sebuah kupu-kupu di atasnya sebagai hiasan. Jika ia sedikit saja menarik pita yang terkait dengan kupu-kupu itu, semuanya akan punah termasuk hidupnya.

"YA!HENTIKAN!"

Chanwoo menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya, melihat Yein yang sekarang sedang menunduk dengan berkacak pinggang sambil mengatur nafasnya.

"apa begitu penting?"

Laki-laki itu menyentuh ujung pita dengan wajah polosnya itu. dengan sekali lemparan, wajah Chanwoo sudah lebih dulu terkena bantal yang dilempar Yein.

"sudah kubilang hentikan!"

Yein mengambil diarynya di tangan Chanwoo dengan paksa. Ia menatap sinis laki-laki itu lalu menyimpan diarybya kembali ke tempat seharusnya benda itu berada.

"kau selalu saja menyembunyikan sesuatu dariku. menyebalkan!"

Chanwoo melipat tangannya di depan dadanya dengan bibir yang sudah dipoutkan. is he upset?

Yein menahan senyumnya dengan tetap berwajah datar yang sudah sangat ia kuasai sekarang.

"bagaimana dengan perjodohan kemarin?" tanya Chanwoo yang sudah berbaring di atas kasur Yein dengan tangan kanan menompang kepala belakangnya.

"berhenti membahasnya" jawab Yein yang terlihat sedang tidak berada di mood yang baik.

Namun gadis itu tau bagaimana Chanwoo sebenarnya, laki-laki itu tidak akan berhenti menganggunya hingga akhir hayatnya.

"tapi bukankah kau menyukainya?"

"sialan! berpikir tentang dirinya saja membuatku ingin menamparmu"

Yein duduk di pinggir kasurnya lalu bermain dengan remote tv yang berada di tangannya.

"kenapa aku?!"

Chanwoo menatap Yein jengkel.

"karna kau yang paling dekat denganku"

"jadi seharusnya aku menjauh darimu"

Yein mengangkat bantal yang berada di belakangnya, menjadikannya sebagai senjata untuk memukul Chanwoo.

Chanwoo meletakkan tangannya di udara berusaha menahan pukulan yang akan ia dapatkan dengan waktu yang tidak dapat dirinya perkirakan.

"aish aku hanya bercanda" ucapnya

"aku tidak percaya kau sudah besar"

Chanwoo mengelus rambut kembarannya itu dengan senyuman mengejek. apa lagi yang anak ini inginkan? pikiran yein mulai beradu dengan hatinya yang merasa senang.

"jika aku masih kecil, berarti kau juga"

Chanwoo hanya tersenyum miris mendengar apa yang diucapkan Yein.

Semuanya terasa begitu cepat dengan posisi waktu sebagai pusat kontrolnya. Apakah nanti satu tahun bisa terasa seperti satu menit?

"pergi sana!"

Hey Ms. ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang