4

2.2K 308 10
                                    

Aku tersentak kaget ketika seseorang berteriak dari arah luar. Aku langsung refleks bangun dan berdiri dari tidurku. Aku mengintip sebentar dari jendela kamarku.

"Kenapa, Ath?" Kata Rachel pelan. Calum maupun Michael juga terbangun dari tidur mereka.

Aku menggeleng sebagai jawaban, kemudian aku kembali melihat kearah luar melalui jendela kamarku.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat Annethe--tetanggaku, sedang terduduk menangis. Disekitarnya banyak genangan darah. Aku langsung menutup tirai jendela kamarku dan berbalik menghadap kearah teman-temanku, "Kita harus turun. Sekarang. Dan, Calum, gue minta tolong telpon abang gue." Kataku.

Keempat temanku itu menatapku sebentar, aku berdecak sebal seraya menyuruh mereka cepat. Aku langsung menyambar jaketku yang kugantung dibelakang pintu kamarku. Aku berlari keluar dan turun kelantai bawah seraya memakai jaketku itu.

Dengan gerakan cepat, aku membuka pintu rumahku dan menghampiri Anne--panggilanku untuknya--kemudian, aku memekik terkejut ketika mendapati tubuh Mr. Reynolds, ayah Anne tergeletak kaku dengan simbahan darah disekitarnya.

Keterkejutanku bertambah ketika melihat lubang besar didadanya dan.... jantung Mr. Reynolds hilang.

Lily juga Rachel memekik kaget dibelakangku. Aku menatap kearah mereka. Lily menutupi pandangannya dengan memeluk Michael. Rachel bersembunyi dibelakang tubuh Calum. Aku sedikit menggeser tubuhku kearah kanan sehingga Calum bisa melihatnya dengan jelas.

Aku mengalihkan pandanganku ke Anne, aku berjongkok didepannya kemudian mengelus pelan bahunya. Aku tidak tau ingin berkata apa.

"Semalam, bokap lo kemana, An?" Tanya Calum.

Anne menatap kearah Calum kemudian menggeleng, "Gu-gue gak tau, se-semalam bokap s-sama nyok-ap berantem. Terus, bo-bokap pergi gitu aja keluar rumah. Gu-gue kira dia bakal balik. Terus, pas gue niat mau nyari dia gara-gara se-semalam gak pulang, gue udah nemuin dia disini." Jawabnya disela tangisnya. Aku langsung memeluk Anne dan kembali mengelus punggungnya.

Tak beberapa lama, suara sirine ambulan juga mobil polisi terdengar diperumahan nan sepi ini. Kemudian, kakak laki-lakiku turun dari salah satu mobil polisi itu dengan tergesa-gesa.

Ya Tuhan, dia terlihat begitu berantakan. Apa sesibuk itu dirinya mengurusi suatu kasus sehingga lupa mengurusi dirinya sendiri?

"Gia, jauh dari sini." Bang Alex--begitu aku memanggilnya--mendorongku untuk menjauh dari TKP. Aku menurutinya seraya berdiri dan membawa Anne untuk menepi.

Kulihat Lily sedang menangis dipundak Michael, dia takut dengan hal macam ini. Rachel menghampiriku juga Anne dengan tatapan... entahlah. Aku hanya aneh dengan tatapannya itu.

Rachel kemudian memeluk erat tubuh rapuh Anne. Ia bergumam, sabar, Ann berkali-kali.

Benarkan perasaanku tadi malam, aku merasa... tidak aman.

"Seorang pembunuh sedang berkeliaran didaerah ini, Cal." Gumamku ketika Calum menghampiriku. "Gue takut.." ucapku lagi.

Tak terasa air mataku turun dari kedua mataku. Aku memang benar-benar takut sekarang.

Calum langsung memelukku dengan erat kemudian mengusap pelan punggung belakangku, "Masih ada gue, Michael, Lily sama Rachel. Masih ada kita yang siap 24 jam buat nemenin elo kalo dirumah sendirian. Masih ada kita, Gia. Lo gak harus takut."

"Tapi gimana--"

"Lo gak usah mikirin hal-hal aneh itu, okay?" Aku mengangguk dalam pelukan Calum.

Beberapa saat, aku mendengar dehaman seseorang. Aku langsung melepas pelukanku dari Calum dan menatap kearah Alex.

Rahangnya mengeras, matanya menatap tajam kearah kami semua, "Maaf, kami cuman ingin berbicara sedikit dengan Ms. Annethe." Katanya kemudian rekan kerjanya menarik pelan Anne dan membawanya kearah dimana mobil ambulans berada.

Alex menatapku, "Bisa tinggalkan kami sebentar?" Katanya datar. Seperti terhipnotis atau takut kalau-kalau kakak lelakiku ini akan mengamuk atau semacamnya, Calum langsung menarik Rachel untuk menjauh.

Setelah Calum dan Rachel menjauh, kakakku itu mendekat kearahku kemudian memelukku tanpa sebab. Ia mengelus belakang punggungku, "Maaf, abang semalam gak pulang. Maaf, abang udah ninggalin tanggung jawab abang buat jaga Gia. Kerjaan abang bejibun, bikin abang lupa sama kehidupan abang. Maaf, Gia."

Aku membalas pelukan kakakku kemudian menggeleng, "abang gak perlu minta maaf. Gia gak bakal kenapa-napa kok kalo abang kerja."

Tidak mungkin.

Tidak ada yang bisa menutup kemungkinan bahwa semua itu akan terjadi padaku.

Kakakku melepas pelukannya, beberapa saat kemudian, senyumannya mengembang diwajahnya.

Wah, curiga nih gue. Pasti ada yang aneh!

"Kamu cocok sama Calum, Ath." Ucapnya seraya tersenyum jahil.

Tuhkan, bener!

-------

JANGAN LUPA CEK MULMED AWKAY ITU ABANGNYA SI ATHENA, BANG PETE HUEHEHE.

BTW, TADI GUE PAS NYARI FOTONYA SI COLTON JADI KANGEN AMA TEEN WOLF:(((( MAAAKKKKK BALIKIN LAPTOP KUUHHHHH:(((

ANYWAY, DONT FORGET TO LEAVE YOUR VOMMENTS AWKAY x

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang