22

1K 184 26
                                    


Minggu, 22 Mei 2013

Aku melambaikan tanganku kearah teman-temanku yang telah duduk dengan manis didalam mobil Calum. Dengan muka bantal mereka, dan juga paksaan dari kedua orang tua mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

"Besok berangkat bareng aja, ya? Gue bawa mobil," kata Lily sedikit keras. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu beberapa saat kemudian, Calum menjalankan mobilnya meninggalkan rumahku.

Ketika mataku tak lagi melihat mobil Calum, aku masuk kerumahku. Lalu, kututup pintu depan dan berjalan kearah dapur. Tadi pagi-pagi sekali, ibuku kembali sibuk dengan pekerjaannya. Alex pun begitu. Di hari minggu, dimana orang-orang akan senang mendapatkan hari libur, mereka justru pergi bekerja dan belum tentu nanti malam akan pulang.

Aku menghela nafasku, terkadang aku berpikir bahwa aku memang hidup sendiri. Tidak memiliki siapapun disini.

Tiba-tiba, handphoneku bergetar digenggamanku. Senyumanku dengan sendirinya mengembang ketika melihat sebuah panggilan dari Ashton. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangkatnya.

"Hal—"

"Jalan yuk jam 11," Kata Ashton memotong ucapanku.

"Boleh. Kemana?"

"Liat aja nanti."

Lalu hening. Tak ada yang membuka suara untuk memulai percakapan.

Hingga akhirnya 3 kata yang keluar dari mulut Ashton itu berhasil membuat beratus-ratus kupu-kupu dalam perutku berterbangan, "I love you,"

"Udah dulu ya, gue mau mandi," lanjutnya. Dan dengan itu, ia memutuskan panggilan singkatnya.

Aku tersenyum malu lalu berlompat-lompat. Hingga suara ketukan dipintu rumahku berhasil membuatku berhenti melakukan aktifitasku. Dengan malas aku kembali kedepan dan membukakan pintu untuk orang itu.

Aku hampir terjatuh karena terkejut ketika melihat Luke berdiri didepanku. Sekarang. "Ada ap—" Ucapanku terhenti ketika Luke membekap mulutku dengan sebuah kain yang entah diberikannya apa karena setelah itu, aku sudah kehilangan kesadaranku.

--

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, bayang-bayang hitam itu lambat laun berganti dengan pemandangan didepanku. Aku mengedarkan pandanganku dengan bingung, dimana aku?

Aku tidak bisa melihat begitu jelas karena disini sedikit gelap. Walaupun kuyakin bahwa sekarang masih pagi, tetap saja disini gelap dan... pengap. Lalu, indra penciumanku menangkap bau aneh amis yang begitu menyengat.

Aku hendak berdiri dan pergi dari tempat aneh ini namun tidak bisa. Aku baru sadar bahwa kedua tangan dan kakiku telah diikat oleh seseorang. Mulutku pun dilakban oleh orang itu.

"Sudah bangun rupanya," Ucap seseorang yang berhasil membuatku terkejut. Orang itu lalu menghidupkan lampu kecil yang berada tak jauh dariku. Aku membelalakkan mataku ketika melihat Luke berdiri dibawah lampu itu dengan tatapan dinginnya.

"Kenapa kaget gitu ngeliat gue?"

Aku hanya menggeleng.

Luke menghampiriku lalu membuka lakban dimulutku. Ia menatapku dengan tatapan dinginnya. Disentuhnya permukaan pipiku dengan jarinya.

"Apa lo tau, ikut campur urusan orang itu gak baik, Ath," Bisiknya tepat ditelingaku dengan suara dinginnya.

"Gue gak ngerti lo ngomongin apa, Luke," aku dengan berani menatap kearah matanya yang menatapku dengan dingin, "jadi tolong, biarin gue pergi."

Luke tertawa dingin ketika mendengarkan jawabanku, "Jangan pura-pura gak tau gitu. Gue tau, lo dan temen-temen bodoh lo itu lagi berusaha buat nyelidikin gue, kan?" Tanyanya yang berhasil membuatku terdiam.

Mampus gue, mampus!

"Kenapa pucat? Berarti bener kan apa yang gue bilang tadi?"

Athena bego!

"Lepasin gue! Gu—gue gak tau lo ngomongin apaan!"

Ia tersenyum miring, "lo harus tau, gue gak suka sama orang-orang yang suka ngorek-ngorek hidup gue. Dan lo tau apa akibatnya kalo orang itu ikut campur?"

"Gue gak perduli! Lepasin!"

Luke hanya terdiam ditempatnya. Lalu, ia berjalan menjauhiku. Didekatkannya lampu itu kearah sampingku, "Lo ng—" ucapanku terhenti ketika melihat 2 mayat disebelahku.

Aku terdiam. Duniaku seakan runtuh sekarang juga. Air mataku turun begitu saja dikedua pipiku.

"Anjing! Bangsat!"

Aku mencoba untuk melepaskan diriku namun tak bisa. Kemudian, aku dengan membabi-buta menendang kemana saja mencoba untuk melepaskan kedua ikatanku dan lari dari sini.

"Percuma. Lo gak bisa kemana-mana," Ia berhenti sebentar, ia berjalan kearah sampingku, "ngebunuh mereka gak gampang loh, Ath."

"Lo itu psikopat gila! Lo udah ngerebut kebahagiaan gue! Bangsat! Cuman mereka yang gue punya..." aku tak bisa melanjutkan kata-kataku karena isakan yang keluar dari mulutku.

"Gue cuman punya abang sama nyokap gue, Luke. Kenapa lo ngambil mereka semua?" tanyaku sambil terisak.

"Udah gue bilang kan, kalo gue gak suka orang ikut campur urusan gue." Jawabnya dengan enteng.

Aku hanya terdiam dalam isakanku. Luke kemudian tersenyum, ia menarik rambutku kebelakang sehingga membuatku meringis kesakitan.

"Ini bukan waktu lo, kok," Katanya kemudian berlalu keluar meninggalkanku diruangan entah apa ini.

Meninggalkanku sendiri bersama sisa-sisa kepingan memoriku bersama kedua orang yang kusayangi dan kupunya.

Ibuku dan Alex.

--

Makin gajelas ah bodo amat. 

Maaf ya kemaren-kemaren gue gak apdet, gue capek abis perpisahan kelas. badan gue sakit semua wkwk. 

EH IYA IF YOU DONT MIND, BACA CERITA TEMEN GUE KUY CEK DI WORKSNYA jet-black-soul AJA OKAY HUEUE 

DONT FORGET TO LEAVE UR VOMMENTS. 

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang