31

835 170 20
                                    

mau ngingetin, disini nanti gue pake 2 sudut pandang. Ok. Wassalmualaikim.

----

Ashton's POV

Aku menjelaskan secara detail-cerita bohonganku, tentu saja-pada Calum. Ia tampak terkejut lalu ia mengeram marah seraya mengepalkan kedua tangannya. Tanpa ia ketahui, senyumanku sudah mengembang melihat reaksinya yang seperti itu.

"Calm, Cal. Anyway, don't worry. I know where's to find that bastard," ucapku seceria mungkin.

Calum langsung menatapku, "benarkah?"

Aku mengangguk.

"Yaudah, tunggu bentar disini. Gue ganti baju dulu," katanya lalu dalam sepersekian detik ia menghilang dari hadapanku.

Aku terkekeh pelan. Lihatlah, betapa bodohnya mereka! Bisa-bisanya mereka dengan mudahnya masuk kedalam permainan kecilku ini.

Selagi menunggu Calum, aku mengeluarkan handphoneku kemudian men-diall nomor Luke. Aku menunggu beberapa saat hingga akhirnya ia mengangkatnya.

"Apa?" Tanyanya dengan suara seraknya. Ah, kurasa ia terbangun.

"Satu langkah lagi, semuanya udah terkumpul sesuai kemauan lo,"

"Hm. Lalu?"

"Lo udah siap-siap belum? Athena gimana? Jangan lupa bawa dia. Sesuai janji kita."

"Hm. Gue siap-siap, deh. Dia aman sama gue."

"Ok." Ucapku lalu memutuskan panggilan singkatku.

Ah bodohnya.

Aku tersenyum. Lalu, aku mendongak ketika mendengar derap langkah mendekatiku. Calum dengan kaos berwarna abu-abu dan celana pendek berwarna hitam itu menuju kearahku dengan terburu-buru.

Aku melangkah mundur ketika ia hendak mengunci pintu rumahnya. Setelah itu, kami berdua berjalan kearah mobilku dan masuk kedalamnya.

Kuhidupkan mesin mobilnya dan menunggu beberapa saat hingga mesinnya panas. Beberapa saat kemudian, kulajukan mobilku membelah jalan raya yang sunyi dari kendaraan.

Aku menyuruh Calum untuk menungguku diluar karena aku hendak mencari sesuatu ketika kami sudah sampai dirumahku. Ia menurut. Ia keluar dan ia menunggu diperkarangan rumah. Aku terkekeh-lagi-lalu dengan cepat kusambar pistol yang kusembunyikan dijok belakang.

Kusembunyikan pistol itu dibelakangku. Dengan senyuman miring yang kupunya, aku turun dari mobilku dan menghampiri Calum.

Calum melihatku bingung, "kena-" ucapannya terpotong ketika aku menodongkan pistolku tepat dikepalanya.

Aku tersenyum padanya, "jalan didepan gue atau satu peluru bakal nembus dikepala lo."

Calum terlihat takut namun hendak melawan. Tambah kutekankan ujung pistolku dikepalanya. Ia akhirnya menghela nafasnya dan menurut.

Kutuntun ia masuk kedalam rumahku. Ia sedikit terkejut ketika melihat kedua sahabatnya terikat. Terlebih lagi Michael. Ia dengan refleks berjongkok dan berniat untuk membuka ikatan mereka namun dengan cepat pula kutendang punggungnya.

Ia terjerembab dan menghantam meja kayu milikku. Kurasa kepalanya terkena pinggiran meja itu sehingga membuatnya terluka. Darah segar mengalir dari kepalanya. Ia mengaduh kesakitan kemudian menatapku marah, "maksud lo apa, anjing?!" Bentaknya.

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang