Eight

146 30 10
                                    

Loving can hurt
Loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know
When it gets hard
You know it can get hard sometimes
It is the only thing that makes us feel alive

( Ed Sheeran - Photograph )

****

"ZEE!!!" teriakan Tasya berhasil membuat Zila berbalik ke arahnya.

"Kenapa cantik?" tanya Zila dengan innocent-nya. Ia bahkan memamerkan deretan giginya yang rapi itu pada Zila.

Tasya geram sebenarnya. Namun apa daya, orang yang ada dihadapannya ini hanya seorang Zila yang polos. Polos? Ah tidak, mungkin lebih tepatnya menyebalkan.

"Lu kenapa bawa bawa nama gue sih ah elah. Gara gara lu gue jadi ikutan deg-degan zee!"

Tasya sedikit menunjukkan kekesalannya.

"Sorry syaaa. Gue kan bingung mau minta bantuan sama siapa lagi. Yang baik ke gue kan cuma lo" Zila bercerita dengan wajah murungnya.

Tasya tidak tega jika sudah melihat Zila seperti ini.

Pletak

"SYA!!!" protes Zila.

Ia tak terima Tasya menjitaknya begitu saja.

"Kenapa cantik?" balas Tasya dengan seringaiannya.

"Ah elu mah. Tapi ga marah kan? Kan kan kan?" goda Zila dengan menaik-naikan kedua alisnya.

Tasya menghembuskan nafas beratnya kemudian tersenyum.

Zila selalu saja mempunyai trik-trik tersendiri agar Tasya tidak bisa berlama-lama memendam rasa geram kepadanya. Seperti memasang wajah murungnya tadi.

"Sejak kapan gue bisa marah sama sahabat gue yang paling gemesin ini?" Tasya mencolek dagu Zila.

Seketika tawa Zila dan Tasya pecah.

Tidak perlu terlalu banyak, cukup seorang namun dapat mencakup semua hal yang bisa dilakukan banyak orang. Itulah arti sahabat bagi keduanya.

"Ayo ke loker. Kita ganti baju sekarang" ajak Tasya.

Selepas pelajaran Biologi memang waktunya pelajaran Olahraga yang mengharuskan Zila, Tasya, dan teman-temannya mengganti seragam putih-abu mereka dengan seragam olahraga.

****

"UTAAAAA SEMANGAAAATTTTT!!!!!"

Zila menyemangati Putra yang sedang bertanding basket dengan teman sekelasnya yang lain.

Zila menyemangati Putra yang sedang bertanding basket dengan teman sekelasnya yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat Putra berada dalam tim yang sama dengan Jo, Karel, dan 2 orang lainnya.

Setelah pelajaran utamanya selesai, mereka memang dibebaskan oleh sang guru olahraga untuk melakukan kegiatan bebas sambil menunggu bel pulang tiba.

Pelajaran utama tadi kebetulan belajar men-drible sekaligus men-shoot bola basket. Jadi, Jo sebagai ketua tim basket di sekolah inipun berinisiatif agar mereka -murid lelaki- bermain basket saja. Jo-lah yang membagi kesepuluh teman kelas lelakinya ke dalam dua tim.

Cekrek

Zila kembali memotret Putra yang sedang beraksi di lapangan dari tribun penonton.

Foto yang Zila ambil sedari tadi sudah lumayan banyak. Ya, benar. Sejak permainan basket ini dimulai, Zila sudah menggunakan kamera Canon-nya untuk mengabadikan momen langka ini. Momen dimana ia melihat Putra dengan keringat yang menyelimuti permukaan kulitnya dan loncatan-loncatan indahnya saat memberi passing atau melakukan shooting bola basket ke dalam ring.

"Terus aja sampe memorinya abis" sindir Tasya.

Tasya yang menemani Zila sedari tadipun rasanya sudah merasa bosan.

"Tanggung syaaaa. Bentar lagi juga udahan basketnya hehe"

Cengiran kuda Zila membuat Tasya menggelengkan kepalanya. Kebiasaan, umpat Tasya.

Dan benar saja, tak lama setelah itu, permainanpun selesai.

Zila segera meneriaki Putra.

"UTAAAA SINIIIIII"

Putra segera berjalan menghampiri Zila diikuti Jo dan Karel.

Zila sengaja duduk di tribun tempat Putra, Jo, dan Karel menyimpan tas sekolahnya. Maka tidak aneh jika Putra berjalan menghampirinya.

"Yes!!! Bakalan jadi one of my nice shoot nih" Zila berkata pada dirinya sendiri ketika Putra mulai berjalan ke arahnya.

Saat jarak yang memisahkan mereka sudah mulai menipis, Zila kembali menekan tombol shutter pada kameranya.

Cekrek

Zila segera melihat hasil jepretannya dengan menekan tombol preview. Dan Waw. Ia melihat bahwa Putra sedang tersenyum!!!!!!!!

Dari sekian banyak foto Putra yang pernah ia ambil, ini adalah satu-satunya foto yang bisa dibilang paling bagus karena wajah Putra yang terlihat semakin tampan dengan senyuman di wajahnya.

Tapi ada yang sedikit mengganjal dengan foto tersebut.

Zila mengerutkan kedua alisnya.

Senyuman Putra itu memang terlihat sangat tulus. Namun sayangnya dalam foto ini, Zila menemukan bahwa senyuman itu bukan terarah kepadanya namun lebih ke arah..........

"Tasya!"

-To Be Continued-

Pendek banget ya. Kek jalan fikiran zila 😁

Love,
Cal's

Try HardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang