Fourteen

68 13 6
                                    

All alone, in my room
Waiting for your phone call to come soon
And for you, oh, I would walk a thousand miles,
To be in your arms, holding my heart

( Justin Bieber - Be Alright )

****HAPPY READING*****

"Baik. Cukup sampai sini pembelajaran kita hari ini. Apakah ada yang ingin ditanyakan tentang pelajaran barusan?"

Seorang guru dengan wibawa dan kaca matanya yang bertengger di pangkal hidungnya tampak sedang memperhatikan muridnya satu persatu.

"Tidak pak."

Jawaban serentak murid membuat bibir tebalnya tertarik membentuk seutas senyuman yang cukup manis.

"Okay thanks for your nice attention. Take care of yourself and bye!"

Guru yang diketahui mengajar pelajaran Bahasa Inggris itu pun keluar dari kelas.

Murid-murid segera membereskan peralatan menulisnya untuk dibawa pulang.

"Buat gue kan?" tanya Putra pada Zila.

Zila terperangah.

Tumben sekali Putra. Sepertinya pria itu sudah sangat terbiasa dengan perkataan-perkataan Zila terhadapnya.

Zila menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum meng-iyakan ucapan Putra.

"Ayo Sya!" ajak Zila pada Tasya yang sepertinya masih saja membereskan alat tulisnya.

Tasya menoleh.

"Lo duluan aja deh Zee. Gue ada keperluan dulu." tolak Tasya.

Zila mengerutkan alisnya.

"Keperluaan apaan emang?"

"Ituloh rapat OSIS."

Zila semakin mengerutkan alisnya.

"Lah kan biasanya juga gue tungguin lo kalo emang lo ada rapat OSIS dulu." Zila mendelikkan matanya.

"Tapi sekarang lama Zee rapat OSIS-nya. Lo pulang duluan aja. Nanti gue bisa naik taksi." Tasya mengalihkan tatapannya dari mata Zila.

Tak ingin ambil pusing, Zila akhirnya memutuskan untuk meng-iyakan ucapan Tasya.

"Oke oke. Gue duluan ya Sya!"

Zila bangkit dari duduknya dan mulai meninggalkan kelasnya.

Ia menoleh saat menyadari ternyata Putra masih ada di kelas.

"Bye uta!" Zila men-dadahi Putra dan memberikan sebuah kiss bye jarak jauh padanya.

***

"Yaelah. Baru juga sampe rumah." Zila menggerutu saat membaca sebuah pesan dari seseorang.

Zila segera mandi dan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai.

Kaos lengan panjang dipadupadankan dengan jeans dan sepatu converse-nya. Mainstream memang.

"Bi, mang Wawan mana?" tanya Zila pada pembantunya.

"Di depan. Neng mau kemana emang?" Jawab Bi Wiwin dengan ramahnya.

"Ke luar bentaran. Okedeh Assalamualaikum bi."

"Waalaikumsalam."

Zila berjalan dengan langkah malasnya menuju pintu. Terlihat sang supir sedang membersihkan mobilnya.

"Mang! Anterin Zila ke alun alun ya!" seru Zila saat dirinya sudah sampai di hadapan Mang Wawan.

"Siap neng! Sekarang ini teh?" tanya Mang Wawan dengan logat sundanya.

Try HardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang