Tewas adalah euforia, banyak pesta, banyak makanan, banyak orang.
dari puya ke puya, adalah tempat indah setelah tewas. setelah seharian, semalaman di pesta.
tapi siapa yang membuat pesta?
apa opa?
apa oma?
siapa yang membayar?
apa opa?
apa oma?
siapa yang membawa celengan babi ku?
apa opa?
apa oma?
meski bujurku adalah mati, aku masih merasakan siapa yang meminjam uangku.
aku terbangun kembali
mengambil celengan babiku
dan ku masukan ke dalam pohon terakhirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi : Analogi Klasik Kehidupan Modern
PoetryUngkapan-ungkapan nyeleneh dari jiwa yang aneh. Hukum alam sedang membuat cucu-cucu kita semakin tidak faham akan dunia. -Habib