Melebur dalam laguan rindu yang merdu
Terhanyut di sebuah apitan benih mimpi yang malu
Semu ini tak berpenghulu
Engkau..
Tak sanggup lagi lidahku ini menyebut namamu
Baik itu lugas maupun lirih dalam doaku
Sudah keluh lidahku. Kaku.
Tumbang tubuhku di atas bebatuan salju barat
Ku harap Tuhan mengizinkan aku membeku kali ini
Tahukah kenapa begitu?
Karena api yang biasa melelehkanku dalam kepalannya
Kini pergi.
Bahkan setiap aku jatuh dalam kubangan larutan es
Ia ulurkan senyumnya.
Hangat.
Aku suka itu.
Sukaku pergi.
Tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersajak Luka
شِعر'Luka adalah semestanya puisi' -Sapardi Djoko Damono Ketika luka itu ada, disaat yang sama pena mulai menggoreskan sajaknya.