Hiruk pikuk kaki kecil dalam belenggu teropong putih
Jemari kecil bertalu pada kulit hewan tak berdaya
Mengikuti kerikil yang jatuh bertubukan diatas kayu penuh rayap
Aku berjalan.
Menyusuri setiap gerbong kehidupan.
Bersalam pada tangis, mengangguk pada kebahagiaan
Ketika aku sampai.
Sebuah kursi ditengah kekosongan dunia
Sebuah takhta yang diapit oleh perundak candi masalah
Sebuah kata yang terpahat tanpa kehendak pemilik raga
Sepi.
Aku benci kata itu.
Namun, mengapa belenggu sunyi tak mampu lepas
Bahkan ketika tawa sudah tercipta dalam paras berelok semu
Mengapa harus sepi yang menjadi tempat kembali
Mengapa harus sepi stasiun akhir dari gulungan roda ini
Aku tak ingin berkawan denganmu,
Wahai sepi.
-Adeleide

KAMU SEDANG MEMBACA
Bersajak Luka
Puisi'Luka adalah semestanya puisi' -Sapardi Djoko Damono Ketika luka itu ada, disaat yang sama pena mulai menggoreskan sajaknya.