Tuhan...
Hati ini salah, ia berdetak tidak pada tempatnya
Debaran beda ini tak ingin kurasakan
Aku sudah menepisnya jauh
Hingga bentuk wajahnya jatuh tepat di titik butaku
Bahkan telah kulingkarkan kelingking saraf ini pada langit dan bumi
Sumpahku bahwa namanya tak pernah lagi meracuni pengecapanku
Tuhan...
Tapi kenapa lentera bayangnya kembali menghantui
Seketika aku merasa sebagai makhluk yang paling ingkar
Haruskah aku melepaskan sumpahku pada semesta?
Aku tersesat oleh jalur yang sudah kupilih
Pada jalan yang seharusnya menjauhkan bukan malah menumpahkan perekat
Tuhan...
Haruskah ragaku beranjak lompat dari simpang ini, walau jiwa tertinggal diam dibelakangnya?
Atau,
Menunggu masa dimana kelabu menjemput dalam kesakitan raga, saat benci yang menguasai jiwa?
Yang mana harus ku pilih?
-Adeleide
Jika kebimbangan itu semakin sering hadir, maka perlu lebih erat mengenggam pengaman ini. Aku tak akan kalah oleh kenangan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersajak Luka
Poetry'Luka adalah semestanya puisi' -Sapardi Djoko Damono Ketika luka itu ada, disaat yang sama pena mulai menggoreskan sajaknya.