Kara duduk di bangku taman sambil merapatkan kardigannya. Seperti biasa, malam ini Eugene hang out bersama anak-anak The Cola & Chips, dan Adeeva di rumahnya, karena dia nggak tinggal di asrama seperti Eugene dan Kara.
Taman tempat Kara duduk-duduk ini posisinya di belakang sekolah, diapit dua bangunan asrama 5 lantai. Taman ini menjadi semacam pembatas antara gedung asrama anak perempuan dan asrama anak laki-laki. Cukup luas dengan bunga-bungaan yang beraneka macam, bangku-bangku nyaman, ayunan, dan berbagai alat fitness yang sengaja dipasang, memungkinkan para murid yang bosan fitness di gym sekolah pindah kemari. Taman ini juga jadi tempat janjian wajib untuk siswa perempuan dan laki-laki yang ingin saling bertemu. Entahkah belajar bareng, saling tuker catatan, sekedar nongkrong, atau bahkan pacaran. Beruntung bagi Kara yang memang ingin menenangkan diri, tidak banyak yang berolahraga malam ini, jadi taman cukup sepi.
Tadi siang latihan mereka berjalan cukup lancar. Kara hanya akan menyanyikan dua lagu lusa. Walaupun ada kabar mengejutkan dari si Angin Ribut, tapi Kara cukup tenang mengatasinya. Dia sudah terbiasa menangani masalah yang berkaitan dengan masa puber remaja cowok yang getol banget nyari pacar di sekolah ini, yang kebetulan menjadikan dirinya semacam target mereka.
"Ne (Yup)! Gokjeong hajima (jangan khawatir), Kara-ya, no need to worry!" ucapnya pada dirinya sendiri. Sejak awal masuk sekolah ini Kara bertekad untuk fokus pada sekolahnya, dan lulus dengan baik. Dia tidak tertarik untuk mencicipi macam-macam pergaulan remaja yang sekarang sedang dinikmati teman-temannya, dan jutaan remaja lain di luar sana.
Kara tahu, kalau gosip yang Christopher bilang tadi benar adanya, setelah lusa hidupnya mungkin nggak akan tenang lagi sampai lulus nanti. Kalau dia jadian dengan Rangga, pasti mantannya nggak akan berhenti meneror Kara. Sudah jadi rahasia umum kalau sampai hari ini Delia masih mengejar-ngejar Rangga untuk balikan. Dan kakak kelas Kara itu, terkenal bisa melakukan apa pun agar keinginannya tercapai. Sedangkan kalau Kara menolak, maka oleh fansclub sadis Rangga ia pasti di bully habis-habisan karena akan dianggap mengganggu konsentrasi Rangga yang malang kalau dia patah hati. Kara seperti diperhadapkan dengan buah simalakama.
Kara heran, kenapa sih para cowok itu harus naksir sampai nembak-nembak dia segala? Dia nggak secantik Adeeva atau Eugene. Kalau ada hal yang menarik darinya, mungkin suaranya saja yang lumayan bagus. Tapi, lagu-lagu yang dia nyanyikan pun nggak membuat dia jadi lebih cantik mempesona. Semua lagunya bergenre kelelaki-lelakian, dan kalau manggung, Kara lebih sering merias wajahnya dengan konsep gothic. Jauh dari kesan cantik. Dan dia sangat biasa-biasa saja, nggak termasuk kalangan cewek-cewek populer. Entah apa yang disukai cowok-cowok itu darinya.
"Hei! Ngapain di sini sendirian?" sapa seseorang yang langsung menjatuhkan badannya di sebelah Kara, duduk dengan nyaman dan tersenyum pada Kara. "Udaranya enak ya malam ini."
"Efra?" Kara terkejut melihat anak ini ada di sini. "Bukannya lo lagi clubbing sama anak-anak?"
"Kata siapa?"
"Lho, Eugene kalo clubbing bilangnya sama kalian, Andrew CS." Kara langsung was-was. Jangan-jangan selama ini Eugene bohong dan ternyata bergaul dengan anak-anak nggak bener, lagi.
Efra tertawa, dan kuping Kara serasa dimanjakan dengan suara musik. Suara tawa Efra memang sudah terkenal di seantero sekolah sebagai suara ketawa paling charming. Kara sendiri baru tahu kalau suara ketawa seseorang bisa dideskripsikan dengan kata charming. Bahkan sampai dimuat di buletin bulanan Sekolah segala.
"Kan dia bilang Andre CS, Ra. Bukan Efra CS. Gue nggak pernah ikutan sama mereka kok. Andrew CS itu ya Andrew, Reynand, Kiko, pacar Eugene yang sekelas sama mereka."
Oh, jadi begitu. Pheww. Kara sempat berpikir yang tidak-tidak tadi. Dia lega lagi. Tapi, clubbing sama pacar sendiri nggak bisa dibilang aman juga sih ya. Gimana kalo mereka kebanyakan minum, terus sama-sama teler, teruuss... Ouuwh, Kara nggak sanggup membayangkannya. Semoga saja Eugene tetap berkepala dingin dan tidak bertindak sebodoh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arikara's Story : Love Has Its Own Time
Teen FictionKayaknya salah aja kalo gue berani mencintai di umur gue yang baru segini. Karena menurut gue, cinta itu sesuatu yang bertanggung jawab, yang dewasa, yang belum pantes gue rasain. Ya, ibaratnya kayak anak umur setahun di kasih sambel terasi. Belom w...