Cuaca mendung dan hawa yang cukup dingin pagi ini seperti mewakili hati Kara yang juga mendung dan dingin. Segala hal tampaknya terjadi pada Kara beberapa waktu belakangan ini secara beruntun, membuat energinya terkuras. Ia jadi tidak bersemangat melakukan apa pun. Ditambah lagi, ia sendirian terus beberapa hari ini.
Eugene belum masuk sekolah lagi. Baru kali ini anak itu absen sampai berhari-hari. Dan Adeeva sibuk dengan cowoknya--Kara bahkan masih risih menyebut lelaki itu suami Adeeva, karena situasi mereka yang aneh dan top secret itu.
Efra dan anggota band lain sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pertandingan hokey putra antar sekolah minggu ini. Mau nggak mau, karena hal ini Kara jadi memikirkan Efra juga. Pikirannya pasti terbagi antara hokey dan lomba band. Kara jadi merasa sedikit bersalah karena belum ada progres sama sekali dalam pembuatan lirik lagu yang diminta Efra. Sedangkan waktu yang diberikan padanya sudah lewat satu minggu.
Dan Edgar--bukannya Kara sekarang memperhitungkan cowok itu dalam inner circle pertemanannya, hanya saja mereka kan teman sebangku. Kara masih belum memutuskan perasaannya terhadap cowok ini. Mengingat tingkah menyebalkannya di hari pertama masuk, lalu kelancangannya di hari kedua, dan keisengannya di hari ketiga, perasaannya terhadap Edgar jelas ada di zona merah. Menurutnya kelakuan cowok ini minus. Tapi, mempertimbangkan apa yang dia ceritakan pada Kara di Le bridge waktu itu, ada sedikit rasa iba di hati Kara, dan rasa senasib sepenanggungan. Lalu suka atau tidak suka, cowok ini sudah menyelamatkan Kara dari fans club gila Rangga itu, jadi ada sedikit rasa terima kasih dalam hatinya untuk cowok itu. Apakah itu membuat status Edgar berpindah dari zona merah ke zona hijau? Tidak juga. Posisi Edgar ada di titik tengah sekarang. Artinya, Kara akan mempertimbangkan apakah ia akan mulai beramah-ramah dengan Edgar, atau tetap mengetusinya seperti sebelumnya, tergantung dari bagaimana cowok itu bersikap.
Nah, permasalahannya, semenjak insiden fans club Rangga melabrak Kara beberapa hari lalu itu, Edgar sepertinya memutuskan untuk tidak bersikap. Dia tidak mengganggu Kara seperti biasanya, tapi juga tidak bersikap baik. Tiba-tiba saja Edgar seperti menarik diri. Ia bahkan tidak masuk kelas selama berhari-hari ini.
Tapi, menarik diri versi Edgar tidaklah menarik diri sepenuhnya. Setiap hari Kara masih bertemu cowok itu. Anehnya, di spot yang sama pada jam yang sama. Pagi-pagi, Edgar akan terlihat di dekat gerbang sekolah. Berdiri bersandar di tembok dan tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri saja, seperti menunggu seseorang. Siang saat jam istirahat mulai, Edgar akan ada di internet lounge dekat kelas Kara, mengutak-atik komputer entah mencari apa. Heran juga Kara, guru-guru tidak pernah memergoki Edgar di situ, padahal dia nggak pernah masuk kelas, dan posisi i-lounge itu terbuka tidak dibatasi dinding. Jadi harusnya dia terlihat jelas di waktu-waktu itu kan. Lalu saat jam istirahat selesai dan Kara kembali ke kelas, Edgar pasti ada di reading corner yang terletak di antara perpustakaan dan ruang musik yang selalu Kara datangi, sedang tidur di sofa, atau membaca koran. Dan di kesemua pertemuan itu, Edgar hanya tersenyum tipis dan mengangguk sopan pada Kara kalau kebetulan mereka saling melihat.
Pagi ini pun sama. Edgar lagi-lagi berdiri bersandar di tembok dekat gerbang sekolah, seperti hari-hari kemarin, terlihat sedang menunggu seseorang yang entah siapa. Saat Kara sudah cukup dekat, tiba-tiba Edgar melihat ke arahnya, lalu cowok itu tersenyum padanya. Samar.
Tak bisa dihindarkan lagi, setelah diberi senyum seperti itu, atas nama kesopanan tentu saja Kara harus membalas. Maka Kara pun melempar senyum juga, sambil terus berjalan.
Kara sebenarnya jadi merasa sedikit aneh. Melihat bagaimana dia dan Edgar berinteraksi sejak pertama berkenalan, menurut Kara Edgar sama sekali nggak cocok bersikap seperti ini. Edgar lebih cocok terlihat menyebalkan melakukan hal-hal yang selama ini dia lakukan pada Kara dengan wajah minim ekspresinya yang biasa. Bukannya bertingkah sopan dengan senyum maksanya itu dan tidak melakukan apapun. Dan inilah yang kemudian membuat Kara jadi sangat penasaran. Ada apa sih dengan Edgar? Siapa yang ditunggu Edgar di situ setiap hari yang membuatnya sampai bolos sekolah segala?
KAMU SEDANG MEMBACA
Arikara's Story : Love Has Its Own Time
Teen FictionKayaknya salah aja kalo gue berani mencintai di umur gue yang baru segini. Karena menurut gue, cinta itu sesuatu yang bertanggung jawab, yang dewasa, yang belum pantes gue rasain. Ya, ibaratnya kayak anak umur setahun di kasih sambel terasi. Belom w...