Aku melihatnya berjalan dengan senyum yang melebar di kedua sudut bibirnya. Umurnya masih 6 tahun saat itu. Ia selalu mengikutiku kemana-mana. Aku tidak keberatan sama sekali dengan tingkahnya yang membuatku selalu ada dalam benaknya. Aku juga tidak mengerti kenapa gadis sekecil dia sudah menempatkan seseorang yang spesial di hatinya selain orang tuanya.
Ia menggenggam tanganku dan menarikku untuk mengikutinya. Aku hanya diam dan mengikuti setiap langkahnya. Senyumnya yang indah selalu membuatku nyaman berada didekatnya. Umurku yang hanya berbeda satu tahun dengannya, tidak membuat gadis itu takut padaku. Justru ia selalu bertekad menatapku dan membuatku takluk padanya. Walaupun terkadang aku berlaku dingin padanya, dia justru bisa membuatku luluh pada sikapnya.
"Felix.. kau melamun ya?" suaranya terdengar di telingaku. Membuatku tersadar dan meresponnya dengan tatapan datar tanpa suatu expresi apapun padanya.
"Tidak." Jawabku singkat. Aku melihatnya memanyunkan bibirnya dan melengos ke arah lain untuk mengacuhkanku.
"Apa?" tanyaku mencoba meresponnya. Gadis itu berbalik dan menatapku dengan senyum manisnya. Sikapnya selalu bisa berubah dengan cepat.
"Aku ingin es krim itu" pintanya. Ia melihatku dengan puppy eyes-nya. Aku mendekat ke arahnya dan melihatnya dari jarak yang sangat dekat.
"Kau itu sudah besar. Beli sendiri sana! Aku akan menunggumu disini, kau mengerti?" jawabanku tak di indahkan olehnya. Setelah mendengar aku yang membalas permintaannya dengan ceramahan, dia lebih milih segera melangkahkan kakinya pergi dan membeli es krim sendiri. Aku tersenyum tipis saat melihatnya kesal padaku. Dia justru terlihat sangat manis saat itu.
Aku pun memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman. Aku memperhatikannya yang sedang memakan es krim dengan lahap. Aku membiarkan apa yang ingin ia lakukan. Sambil mengawasinya, aku membuka buku yang sengaja aku bawa untuk menghilangkan kebosananku saat menunggu Rena bermain di taman kota.
Hampir 30menit aku menghabiskan waktuku untuk membaca buku yang ada ditanganku. Mataku bergerak mencari keberadaan Rena. Ia tidak lagi ada di tempat ia makan es krim. Aku pun bangkit dari dudukku dan memasukkan bukuku kedalam tas kecil yang terlampir di lengan kananku. Aku mulai berjalan mencari keberadaan Rena.
Di beberapa tempat aku mencarinya, tapi tak kunjung ku temukan. Namun, saat aku berbalik, aku melihatnya tengah berlari-lari. Ia terlihat bersenang-senang disana. Aku rasa dia menemukan teman baru. Tanpa sadar bibirku melengkung membentuk sebuah senyuman saat melihat gadis itu terlihat baik-baik saja. Aku rasa tidak perlu mengkhawatirkan. Aku memutuskan untuk kembali ke tempat dimana aku duduk tadi. Tapi sebelum aku berbalik arah, aku kembali memperhatikan Rena lagi.
Ia berlari dengan gembira. Aku melihatnya berlari keluar dari taman menuju ke jalan raya. Mataku membulat saat itu. Ada truk melintas dengan kecepatan diatas rata-rata. Membuat persendianku kaku dan kakiku tidak bisa aku gerakkan. 'Rena aku mohon lari jangan keluar ke jalan raya' hatiku terus bergumam. Ku lihat truk itu semakin melaju cepat dan Rena berdiri tepat di tengah-tengah jalan dimana truk itu melintas.
"Renaaaaaa" aku berteriak kencang. Saat itu aku melihat seorang pria terpental jauh dari tabrakan truk besar yang akan menghantam Rena. Lalu, aku juga melihat Rena terlempar dalam dekapan tubuh seseorang yang menolongnya. Yang menyelamatkan Rena ada dua orang sekaligus. Kakiku melangkah dengan kaku saat mendekat ke arah Rena. Kakiku berlutut dan segera mendekap Rena dalam pelukanku.
Rena tadinya ada dalam dekapan seorang wanita. Aku melihat di sekujur kepala wanita itu penuh dengan darah. Sepertinya terjadi karena ia melindungi Rena dan kepalanya terbentur sesuatu. Aku melihat ke arah lain. Seorang pria tergeletak dengan penuh darah disekujur tubuhnya. Ia tertabrak truk yang melintas tadi. Sepertinya ia ingin menyelamatkan istrinya yang tadinya ingin menyelamatkan gadis kecil yang tak lain adalah Rena yang saat itu mengalami bahaya yang akan menerjangnya.
Kulihat disisi lain, saat aku mendekap Rena dalam, aku melihat seorang gadis yang umurnya berkisar seperti Rena. Ia menangis dan terlihat menyedihkan saat melihat ke arah seorang pria yang tergeletak dengan penuh darah juga ke arah seorang wanita yang kepalanya penuh dengan darah.
'Apa dia anak dari kedua orang tua yang menyelamatkan Rena?' pikirku.
Setelah kejadian itu, aku mendengar bahwa kedua orang yang menyelamatkan Rena tak terselamatkan karena mereka terlalu mengeluarkan banyak darah. Bukan hanya itu. Adanya benturan hebat yang di alami wanita itu menyebabkan darah yang mengalir di otaknya membeku. Begitupun dengan pria yang mencoba menyelamatkan istrinya.
Rena sendiri mengalami luka yang bisa saja membuatnya trauma dari kejadian itu. Aku selalu ada disampingnya. Mencoba membuatnya menjalani hari-harinya seperti sedia kala. Tidak mengingatkannya akan hal yang membuatnya dalam kejadian yang hampir merenggut nyawanya saat itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The End of Story
Teen FictionGadis yang begitu beruntung. Banyak orang yang mencintai dirinya. Tapi juga begitu banyak rahasia yang terselubung dalam hubungannya dengan beberapa kerabat bahkan kakaknya sendiri. Begitu tak bisa di tebak. Dan sesuatu yang tak dimengerti di masa l...