4

7.8K 636 111
                                    

hai semua sorry cerita ini telat ^^ silahkan dilanjutin baca...

Happy Reading!!!

.


.


.

"Ya Tuhan... Putriku!!! Ada apa denganmu sayang? Kenapa kau basah seperti ini Anna?" Sara berteriak khawatir setelah melihat kondisi putri cantiknya yang sudah basah kuyup dan perban di kakinya membuatnya bertambah panik.

"mom..." lirih Anna. Gadis itu terlihat lemah dan ketakutan dan memeluk Sara begitu erat.

"ada apa sayang? Katakan pada mommy, jangan menangis putriku" panik Sara menghapus air mata putrinya yang kembali menetes.

"tidak... kau harus mandi dulu. Mommy sudah menyiapkan air hangat untukmu sayang... ayo..." Sara membawa putrinya yang terlihat dalam keadaan tidak baik-baik itu untuk menenangkan diri dengan berendam.

.


.


.


.


"ada apa Ana... katakan kepada mommy..." pinta Sara dengan lembut sambil mengusap luka putrinya itu dengan handuk hangat.

"aku... aku hanya... aku pikir..." Ana terlihat bingung, takut, dan bimbang untuk mengatakan yang sebenarnya kepada ibunya itu. Dan sekali lagi ia menatap wajah ibunya yang terlihat panik itu kepadanya.

"aku hanya merasa seseorang mengikutiku mom... aku pikir ia seorang pencuri" ucap Ana berbohong kepada ibunya itu. Sara tentu saja menahan nafas mendengarnya.

"Oh Tuhan, sayang. Kau harus dijaga mulai dari sekarang. Kau harus pergi bersama supir ke kantor Ana. Mommy bisa mati kalau terjadi sesuatu denganmu sayang..." Sara memeluk putrinya itu segera untuk menenangkannya. Dan Ana hanya menghela nafas lalu menutup matanya erat.

       Ya Tuhan, maafkanlah ia yang telah berbohong kepada ibunya. Tapi ini demi kebaikannya. Jika ibunya mengetahui jika Denis lah mate nya maka mungkin ia akan di jauhkan dari pria itu. Sebenarnya, ia tidak akan benar-benar hidup tanpa melihat wajah pria itu. Viola membutuhkannya

      'kau juga membutuhkannya Ana. Jujurlah pada perasaanmu. Sepasang mate mencintai tanpa syarat. Mereka tidak akan di pisahkan sekalipun kau menolak. Hatimu akan tetap menoreh namanya. Karna aku akan selalu bersamamu untuk mengenangnya'

Ana semakin mempererat pelukannya saat mendengar tutur Viola. Hati kecilnya tersentuh mendengar itu.

.


.


Mata polos Ana kini menatap bulan purnama yang indah melalui balkon kamarnya. Wajah cantiknya terlihat begitu bingung dan sendu. Namun membuat ia terlihat benar-benar menggemaskan.

"apakah ia akan meminta maaf viola?" tanyanya pelan

'tentu saja Ana... dia harus melakukan itu padamu'

"apa kau pikir, saat aku menunjukkan siapa diriku, aku akan dapat memaafkannya?" tanya Ana lagi.

Dia bukanlah gadis munafik yang juga berpura-pura tidak membutuhkan pasangan. Ia memimpikan itu setiap malam. Akan membiarkan kekasih hatinya menikmati cintanya yang masih terbilang sempurna itu.

My Brother was My Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang