6

6.9K 531 41
                                    

Hai hai hai semuaaaa... Maaf author galau ini mengganggu malam indah kalian. Lagi dpet mood nulis dan sbenernya idenya dari keadaan yg aku galau in dr crita ini. Yang bsa kasih sarannya di kasih ya buat next nya gmana... Makasih buat yg udh stia nggu... Cepet kan? Hehe... Btw ini lumayan pendek dr part sblumnya karna bkinnya cman sbentar. Seharusnya ini jd sambungan part 5 bukan jd part 6. Tapi ya udh lah... Oke cuap2 nya

Happy Reading ya!!!!!

Backsound : Little Do You Know

,

.

.

.

   Anna membuka matanya dengan keadaannya yang lebih baik. Mata indahnya mengelilingi setiap sudut dan sisi ruangan asing tempat ia berbaring. Bau harum ruangan ini menenangkannya dan membuat ia merasa nyaman.

   Perlahan ia bangun dari tidurnya dengan terus memandangi kamar yang besar ini. kamar yang di dominasi dengan warna putih abu-abu. Ini warna kesukaannya dan kamar ini seperti kamar yang ia inginkan yang tidak pernah ia bayangkan.

‘di mana ini Anna?’ tanya Viola tiba-tiba.

‘aku harap aku juga mengetahuinya Vio’ jawab Anna tanpa berbicara.

   Anna melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. dan ia mulai gelisah karna tidak juga menemukan petunjuk di mana ia berada sekarang. Anna memutar kepalanya dan berjalan menuju nakas.

   Matanya membulat dan nafasnya tercekat melihat sebuah figura seorang pria yang tidak asing baginya. Tubuhnya lemas dan panik menderanya.

“kenapa aku di sini? Apa ia membawaku? Tidak, kemarin aku masih di apartemenku... Ya Tuhan!!!! Bagaimana ini???” Anna berguman panik dan matanya memanas karna ketakutan.

CKLEK

Anna berbalik sambil menahan nafasnya. Aroma manis itu... sial... ia harus kembali menahannya. Matanya bertemu dengan pria itu. Pria yang ia hindari selama ini. Anna bingung harus melakukan apa...
Dan memutuskan untuk memutus kontak mata dengannya sebelum pria itu menyadari akan ada air mata yang menetes darinya.

“Siaaalll!!! Anna.. jangan menahannya!!!” pria itu berteriak membuat Anna terkejut, lalu pria itu berjalan cepat menuju Anna. Mencengkram pundak Anna untuk mendekat padanya.
Bagaimana ia bisa mengetahui jika ia adalah Anna? Dan apa ia tahu jika selama ini ia menahan Viola untuk tidak menebarkan aroma mate mereka?

“kau mendengarku? Aku bilang lepaskan... aku sudah megetahui semuanya...” tegas Denis dengan nada yang begitu cemas.

  Anna menaikkan padangannya dan bertemu dengan Denis. Pria itu menatap lirih Anna yang meneteskan air matanya. Ia  menjangkau wajah Anna untuk menghapus air matanya namun Anna menghindar saat ingin disentuh olehnya.

“Anna?” panggil Denis dengan lembut. Namun Anna hanya menatap kearah lain  dan mencoba menahan air matanya yang terus menetes.

“kau bisa kembali sakit jika menahannya. Jika bukan untukku maka lakukan untuk dirimu sendiri. jangan menyiksa dirimu... Aku mati jika kau sakit...” ucap Denis kembali dengan lembut.

“kau mendengarkanku?” tanya Denis sekali lagi yang masih tidak mendapat respon dari Anna.

“maaf Anna? Apa kau ingin aku bersujud untuk meminta maafmu? Aku... aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?...” ucap Denis lagi dengan frustasi. Mulut Anna masih tertutup rapat dan ia tetap menahan wolf itu di dalam tubuhnya.

“Siall!!! Bicaralah Anna... aku ingin mendengar suaramu...” mohon Denis dengan begitu lirih hingga ia ikut meneteskan air matanya.

“pergi... jangan dekati aku...” lirih Anna yang hampir tidak terdengar.

My Brother was My Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang