7

7.2K 538 51
                                    

Hai semua... Author galau ehh galau... Balik lagi ni... Hampir sebulan ya gk lanjutin? Sebulan itu cepet amat ya? Atau akunya yg lama lanjutin... Efek libur panjang setelah kuliah... Gk penting ya? Aku minta maaf ya buat yg nggu crita ini. Akunya suma bsa slow update. Tpi cerita ini tetep lanjut kok sampai end.. Maaf jika part ini kurang memuaskan atw sebagainya karna author hanya manusia biasa yang beruntung punya readers yg pengertian :* terima kasih buat yg nggu... Janji author updatenya part setelahnya paling lambat seminggu sesudah part ini di post ya... Hehe... Selamat membaca, dan jangan lupa vote komennya.
Typo adalah hadih terindah author buat readersnya :v #ditimpuk

.

.

.


Back Sound : Halo - Beyonce

-

-

-

-

Kaki kecil milik Anna kini berjalan tanpa alas kaki di atas aspal keluar dari tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Tempat yang di kepung pohon tinggi di sebelah kanan dan hamparan pasir pada sebelah kiri. Sepertinya ia akan melihat pantai sebentar lagi.

Benar...

Gadis itu melarikan diri dari istana prbadi milik Denis dengan meloncati jendela tinggi. Akibatnya kakinya sedikit berdarah namun masih dapat ia tahan. Dan kini ia harus berjalan pulang. Satu-satunya jalan yang berada di tempat itu. Sesekali Anna mendesah, bukan karna lelah, namun karna ia bingung apa yang ia lakukan dan apa yang ia harus lakukan sekarang.

Ya Tuhan... pria itu adalah cahayanya, pria itu adalah orang yang ia cari, pria itu adalah mate-nya, pria itu adalah yang ia cintai, dan pria itu pula yang pernah menorehkan luka yang sangat menyakitkan dalam hidupnya. Sekarang ia kabur dari pria itu.

'kau baik-baik saja Anna?' tanya Viola pada Anna yang tengah merenung namun tetap melangkahkan kakinya.

"ya Vio... aku baik-baik saja..." jawab Anna lirih.

Ia tidak sedang sakit, ia sudah sembuh. Hanya saja ia bingung dan juga kemana ia harus pergi? Bagaimana jika Denis menemukannya lagi? Ia harus mencari tempat persembunyian untuknya.

BRUM... BRUM...

Anna melebarkan mata cantik miliknya lalu ia berlari kearah hamparan pasir dan bersembunyi di balik batu besar. Di balik itu ia melihat mobil hitam yang mengkilat melintas di depannya.

Itu Denis, pria itu hampir saja melihat Anna saat mencoba menoleh namun Anna dengan cepat sembunyi di balik batu yang besar itu dengan perasaan yang berdebar.

'ia tidak melihatnya Anna... ayo kembali berjalan....' ajak Viola kembali.

Setelah beberapa menit berjalan di hamparan pasir Anna melihat tepian pantai yang membuat ia tersenyum. Senyum yang sangat manis yang membuat matahari terasa berharga akan kehadirannya karna dapat menyinari senyum manis itu. Ia tersenyum dengan mata sayunya menyaksikan deburan ombak yang sangar merdu iramanya.

"aku menyukai pantai Vio... sudah lama aku ingin kepantai tapi Grandma melarangnya karna aku tidak dapat berenang... sial sekali bukan?" ucap Anna mencoba mengalihkan pikirannya dari Denis.

'apa kau masih tidak dapat menerimanya Anna?' tanya Viola yang membuat senyum manis Anna memudar. Anna terdiam lama sebelum menjawabnya.

"kau pikir aku aku ingin menolaknya? Ia yang menciptakan alur ini, dan aku hanya mengikutinya. Jika aku ini manusia biasa maka aku tidak akan berada untuknya. Aku akan mengumpatinya, memukulnya dan tidak akan pernah lagi bertemu dengannya...." ucap Anna panjang lebar namun tetap tenang.

My Brother was My Mate?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang