Gadis berambut hitam itu segera menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Pasalnya hari ini adalah hari pertama dia ujian sekolah tapi malah bangun kesiangan.
Ardianti Viella atau biasa dipanggil Vella. Berambut hitam legam sepinggang, postur tubuhnya tidak kurus juga tidak gendut, serta kulitnya tidak terlalu putih tetapi Vella sangat merawat kulitnya menjadikan kulit itu bersih bening. Siapapun yang melihatnya tidak akan pernah pernah bosan karena gadis itu manis.
Hobi travelling ala backpaker, mamanya adalah mantan pramugari, sedangkan papanya bekerja sebagai pilot disalah satu maskapai di Indonesia bersama kakak perempuannya, Reva.
"Ma, kok gak bangunin adek sih?? Kan terlambat ini, aku lagi usek." Ujarnya sedikit emosi. Tapi, ia sedang berbicara dengan mamanya jadi ia berusaha untuk tidak membentak atau memarahi mamanya.
"Mama udah bangunin, kamu malah tidur lagi."
Kakak perempuannya, Reva yang baru bangun dari tidurnya ikut duduk di meja makan. "Papa mana??" Tanyanya
"Udah berangkat tadi jam lima. Kamu terbang lagi kapan??"
"Lusa ma." Jawab Reva sambil mengambil nasi beserta lauk-pauk
"Aku berangkat. Udah telat."
Vella segera menyalakan mobilnya dan melaju ke sekolah terburu-buru. Untungnya jalanan tidak begitu macet, jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai di sekolahnya.
Sesampainya di sekolah, Vella langsung menuju ke kelasnya dengan berlari. Masa bodo orang-orang yang melihatnya dengan tatapan aneh, yang penting dia sampai di kelasnya segera.
"Huaaahhh.. Kelasnya gak bisa dipindah di bawah apa??" Kata Vella setelah mendaratkan bokongnya di kursi. Baru saja menarik napas, Gina yang berperan sebagai sahabatnya sejak kelas 4SD itu berteriak macam toa dan duduk di kursi sebelahnya.
"GILA LU VEL, UDAH JAM BERAPA NIH LO BARU DATENG. UNTUNG AJA GAK TELAT." Cerocosnya membuat telinga kiri Vella sedikit sakit.
"We biasa aja sih, mama tadi gak bangunin."
Tidak lama setelah mereka berbincang-bincang, pengawas ujian masuk ke kelas dengan membawa dua map coklat tebal ditangannya yang Vella yakin itu adalah LJK dan soal ujian.
"Oke anak-anak, kumpulkan tas kalian di depan, hpnya mohon dimasukkan kedalam tas atau ditaruh di atas meja guru. Kalau saya tahu kalian bermain hp selama ujian berlangsung, saya pastikan hp kalian kembali setelah kalian lulus." Bu Lusi memperingati murid-muridnya
"Yaahh kok gitu bu??" Gumam para siswa
"Berani berbuat, berani menanggung resiko." Kata Bu Lusi sembari membuka kedua map coklatnya satu per satu. "Sudah cepat ditaruh dan kembali ke kursi kalian."
Ujian berlangsung sengit selama 2 jam. Selama itulah kelas menjadi dingin dan hening. Hanya ada suara pensil yang bergesekan dikertas LJK sambil sesekali terdengar siswa yang berdecak karena tidak paham soal atau tidak menemukan jawaban.
• • •
Vella berdiri lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kelas. Tiba-tiba, Gina memanggilnya. "Vell.. Gue pulang bareng ya??. Sekalian kita belajar bareng." Pinta Gina dengan mata berbinar.
"Hmm.. Boleh."
Vella yang hendak mengambil ponsel dari sakunya menghentikan kegiatannya ketika tidak sengaja melihat laki-laki tampan bertubuh tegap dengan headphone melingkar di lehernya menatap lurus melewati dirinya tanpa menoleh. Bahkan melirik pun tidak.
"VELL.. LO KOK NGELAMUN SIH??" Seketika kupingnya menjadi sakit ketika Gina berteriak disebelahnya.
"Buset tuh mulut. Bisa gak sih ngomong pelan-pelan??"
"Maaf. Eh ada apa?? O.. Itu kan.." Mata Gina melotot saking kagetnya melihat kakak kelasnya. Oh, mantan kakak kelasnya lewat tanpa menyapa sahabatnya itu.
Bukannya dulu mereka deket??
"Udah yuk, kita langsung ke rumah. Nanti pulangmu takut kemaleman." Ujar Vella menarik tangan Gina menuju lapangan parkir
Di dalam mobil sunyi, tidak ada yang membuka pembicaraan. Setelah kejadian tadi, Vella memilih bungkam. Di sebelahnya, Gina terlihat gelisah akan perubahan sikap pada sahabatnya, biasanya Vella akan bercerita tentang apapun yang ada dipikirannya dan dengan senang hati Gina mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu.
"Vell, are you okay??" Tanya Gina hati-hati sambil tangan kanannya mengangkat serta jarinya menyatukan jari manis dan ibu jari membentuk bulatan.
"Gapapa, aku gak mikirin Mas Venzo kok." Jawabnya seakan tahu apa yang dipikiran Gina. Ia tersenyum melihat tingkah laku Gina yang membuatnya gemas.
"K-Kenapa ya?? Vell.. Lo beneran gak punya perasaan apa-apa sama Kak Venzo?? Secara kalian berdua tuh akrab banget."
"Nggak lah haha ada-ada aja, kita udah kenal sejak aku masuk SMA kan?? Lagian Mas Venzo udah aku anggep sebagai sahabat aku kok. Apaan sih udah ah gak usah dibahas."
"Tapi.." Gina ingin menanyakan lebih dalam lagi, tapi melihat Vella sedang berkonsentrasi menyetir akhirnya ia harus mengubur dalam-dalam ke-kepo-an-nya itu
• • •
"Minum apa Gin??" Tanya Vella yang sudah beranjak hendak menuju dapur
"Elah.. Biasanya lo nyuruh gue ngambil minum sendiri. Udahlah anggep aja rumah sendiri, gak usah sungkan." Cerocosnya membuat Vella mengernyit lalu tertawa terbahak-bahak
'Apa aku salah??' Batin Gina.
Satu detik, dua detik. Tiba-tiba Gina tersadar apa yang membuat Vella tertawa seperti itu. "Eh.. Ngg.. Ma-maaf gue tadi. Ah Vell lo jangan ngetawain gue gini dong. Jadi sungkan nih." Ucap Gina dengan wajah bodohnya
"Aduh lucunyaa hahaha.." Vella tidak berhenti ketawa melihat ekspresi Gina
"Apaan sih. Udah kamu biasanya juga bilang gitu kok." Ujar Gina terlihat salah tingkat sambil mengusap tengkuknya.
"Kamu?? Kamu bilang kamu?? Haha.. Kok aneh ya rasanya. Kamu kenapa salting gitu?? Gara-gara tadi habis liat Mas Venzo??" Tanya Vella bertubi-tubi.
"Apaan sih. Gue udah punya Bimo ya, lagian udah sering juga bilang aku kamu sama Bimo." Belanya
Hening.
Bimo??
* * *
a/n:
Maafkan segala typo, error. Jangan lupa votementnya yaa. Makasih😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Pilot
Teen Fiction"Jangan mengira bahwa semua laki-laki itu tidak baik. Jika kamu tidak membuka hatimu untuk kutempati, mengapa kamu memilihku??" "Aku yakin, seiring berjalannya waktu aku bisa mencintaimu. Bukankah kita perlu belajar??" "Aku akan berusaha untuk perca...