Tiga Belas

3.5K 223 11
                                    

'Kalau ditanya, jangan bilang-bilang kamu anaknya papa.'

Itu pesan Papa Vella sebelum ia menjalani seputaran tes masuk flying school. Apa Vella sudah pernah bilang kalau papanya termasuk orang yang paling dihormati? Papa Vella adalah orang yang tegas, cekatan dalam bertindak, serta berwibawa itu karena ayah dari Papa Vella merupakan seorang tentara yang kalau mendidik anaknya bahkan cucunya tidak main-main.

Papa Vella selalu merasa risih jika ada orang yang terlalu tunduk pada dirinya, padahal menurut Vella papa adalah orang yang paling santai, bisa diajak becanda, dan juga sharing. Maka dari itu Reva, Bimo, dan Vella sangat dekat dengan papanya.

"Kenapa pesawat bisa terbang?"

Pertanyaan tersebut sudah tidak asing lagi bagi Vella, selama dia menjalankan tes, Venzo, papanya, mamanya, Bimo dan Reva dengan setia mensupport Vella dari jarak jauh maupun saat ada di rumah. Mereka banyak mengajarkan Vella apa yang belum diketahuinya, memberitahunya apa saja persiapan yang harus dilakukan selama tes.

Hawa dingin dari pendingin ruangan menemani kegugupan Vella. Ya, Vella sangat gugup karena kalau kata orang-orang sih 'antara hidup dan mati.' Maksudnya di ruangan inilah Vella harus bisa meyakinkan 3 orang dihadapannya bahwa ia bisa dan layak diteriman di BIFA dan bekerja di Garuda Indonesia. Baru saja masuk ruangan, jantung Vella berdegup kencang dan sekarang tangannya terasa basah serta dingin.

"Karena pesawat mempunyai sayap yang berbentuk aerofil, hal itulah yang membuat kecepatan angin diatas permukaan sayap lebih cepat daripada yang dibawah sehingga tekanan dibawah sayap lebih besar dan menghasilkan daya angkat." Ujar Vella mantap.

"Instrumen pesawat apa saja yang kamu ketahui?"

"Yang inti ada 6 Airspeed indicator, attitude directore indicator, altimeter, vertical speed indicator, digital gyro indicator, turn and back indicator."

"How would you act as a pilot during an emergency?"

'Ck..' Vella berdecak dalam hati. 'Bahasa inggris. Jawab apa nih?' Vella terlihat berpikir untuk memberikan jawaban terbaiknya.

"Express my feeling first," Vella sengaja memberikan jeda ketika melihat tiga orang dihadapannya yang menatapnya lekat. "It is best to prove through examples, that I can keep my calmness during such problems, and..."

"... I can self-control the emergency situation and assign tasks for team members if necessary."

"Perfect."

"Kamu agamanya apa?" Sekarang giliran interviewer yang berada ditengah memberi pertanyaan.

"Islam Capt."

"Hapal rukun islam?"

"Hapal Capt."

Vella bingung, kenapa pertanyaannya jadi di luar seputaran penerbangan? Tapi ia tidak menunjukkannya, cukup kebingungannya berputar-putar di dalam otaknya.

"Coba sebutkan."

● ● ●

Perasaan lega menyambut Vella ketika ia keluar dari ruangan interview, meskipun tadi Vella sedikit lebih enjoy setelah diajak mengobrol tapi tetap saja rasa deg-deg-an itu ada.

Lagu Flashlight dari Jessie J. melantun merdu didalam tas selempang milik Vella. Nama seseorang yang sudah satu bulan tidak menemuinya tertera di layar ponsel. Satu bulan belakangan Vella dan Venzo sama-sama sibuk dengan urusannya masing-masing membuat mereka harus melepas rindu hanya dengan mendengar suara atau melihat wajah pasangan masing-masing melalui layar persegi miliknya.

"Halo?"

Ada perasaan senang ketika suara bariton milik Venzo menyeruak memasuki pendengarannya, ya meskipun sering melakukan video call dan juga teleponan, tapi hari ini beda.

Woman PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang