Dua Belas

3.5K 155 0
                                    

"Vella?" Suara serak sekaligus dingin itu menyeruak memasuki pendengaran Vella.

Vella terperanjat kaget ketika mengetahui siapa yang sedang berdiri di ambang pintu balkon dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa bener itu semua?" Tanya Venzo dingin dengan ekspresi datar.

'Yang mana? Apa saja yang dia denger?' Hati Vella dilanda ketakutan.

"Nggak." Vella mengelak. Ada benernya perkataan Reva tadi, 'jangan nyesel kehilangan seseorang untuk kedua kalinya.' Vella tidak ingin itu terjadi pada dirinya. "Kak please.."

"Aku gak mungkin salah denger kan? Reyhan?" Jawaban Venzo seakan memberikan jawaban pada hatinya yang kini bertanya-tanya.

Tanpa Vella sadari, setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya. "SALAH." Ucapnya tegas.

Venzo berbalik hendak menuju kamarnya. Vella langsung berjongkok menghapus air matanya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

'Lupakan Reyhan. Ya. Lupakan. Jangan pernah berharap sesuatu yang tidak pasti sedangkan yang pasti sudah di depan mata.' Serunya dalam hati.

Ia juga bergumam, "jangan nyesel kalo lo kehilangan seseorang untuk kedua kalinya." Entah apa yang ia rasakan, tapi hatinya terasa sakit saat Venzo hendak meninggalkannya seolah-olah Venzo akan pergi darinya, dan dirinya akan berakhir seperti dulu saat bersama Reyhan.

Ia pun berdiri lalu dengan cepat melangkah menyusul Venzo dan memeluk seseorang yang kini ada bersamanya. Vella dapat merasakan tubuh Venzo menegang ketika sepasang tangan melingkar di pinggangnya, memeluknya dari belakang.

"Jangan peduliin soal tadi, aku maunya sama Kak Venzo." Ujarnya, bahkan ia sedikit kaget dengan ucapannya yang meluncur bebas dari bibir mungilnya. Mulutnya tahu apa yang harus diucapkan ketika hati kecilnya menginginkan Venzo, bukan Reyhan. Tanpa disadari sudut bibir Venzo terangkat mendengar ucapan Vella.

'Rindu itu pasti ada ketika lo bertemu dengan orang yang sudah lama gak lo temui, apalagi orang itu adalah seseorang yang lo cintai. Keinginan untuk kembali itu sekedar perasaan rindu karena sudah lama gak ketemu.'

Kata-kata Reva sekarang seolah berguna bagi apa yang sedang dialami oleh Vella. Ya, mungkin keinginan kembali dengan Reyhan hanya sebatas keinginannya karena rasa rindu yang mucul secara tiba-tiba.

"Jangan pergi." Lanjut Vella yang berusaha sekuat tenaga menahan air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Venzo, selama ini Vella belum pernah sekalipun menangis di depan Venzo. Tadi kan hanya setetes.

"Tapi aku harus pergi." Rasanya Vella ingin menangis dan menjerit saat itu juga, ia menyesal. Menyesal karena mempunyai keinginan untuk kembali bersama Reyhan, ia hanya ingin Venzo. Hanya Venzo.

"Beberapa jam yang lalu hatiku berkata 'aku percaya, seiring berjalannya waktu aku bisa mencintaimu', dan ternyata itu benar. Waktu terus berjalan, dari detik ke menit, menit ke jam, perasaanku berubah hanya dalam beberapa jam karena perkataan Reva." Suara Vella terdengar sangat serak karena menahan tangis, ia juga menggigit bibir bawahnya. "Perasaanku ke Reyhan mungkin cuma sebatas rindu. Please, jangan pergi."

Masih dengan posisi yang sama, Venzo mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa perasaanmu cepat berubah?" Tanyanya bingung.

"Karena aku gak pengen kehilangan seseorang untuk kedua kalinya. Seseorang yang dulunya sahabatku, yang selalu melindungiku, yang selalu menemaniku, seseorang yang aku sayang selain Gina dan keluargaku, dan sekarang dia adalah pacarku."

Woman PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang