"I Lost It!"

9.6K 1.2K 17
                                    

Gadis itu terbangun dengan keadaan yang sangat kacau. Matanya berkunang-kunang saat ia berusaha melihat sekeliling. Kepalanya terasa berat dan perutnya mual. Setelah mengerjap-kerjapkan mata beberapa kali –berusaha mengusir kunang-kunang yang mengaburkan pandangannya– ia mendapati dirinya tengah berbaring di sebuah sofa, dengan seragam sekolah, rambut berantakan dan bau alkohol.

Ruangan itu gelap, dan sepi. Cahaya matahari berusaha menyeruak masuk lewat gorden-gorden yang masih tertutup rapi. Dan hanya suara denting dari jam dinding yang menemaninya. Gadis itu perlu mengerjap-kerjapkan matanya, lagi, untuk menyadari bahwa ruangan itu adalah ruang tengah di rumahnya.

Gadis itu merubah posisinya, dari berbaring menjadi duduk. Dahinya terkerut. Ia yakin ia telah 'melakukan' sesuatu semalam. Namun ketika ia berusaha mengingatnya, ia mendapati kepalanya berdenyut-denyut dan rasa mualnya semakin menjadi-jadi.

Ia lalu beranjak dari sofa. Ia memilih mengabaikan apa yang terjadi semalam dan berjalan ke dapur, berusaha mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa mualnya. Kakinya yang lemas dipaksakan berjalan, menciptakan langkah-langkah gontai. Dibukanya pintu lemari pendingin di dapur. Air mineral dalam botol adalah benda pertama yang berhasil ia raih. Tanpa berpikir panjang lagi, dibukanya penutup botol itu dan diteguknya air di dalamnya.

Ponselnya –yang ada di saku kemeja seragamnya– bergetar saat tegukan ketiga. Ia mengambilnya setelah meletakkan botol air kembali di lemari pendingin. Sebuah pesan chat terpampang di layarnya, lengkap dengan nama dan foto profil si pengirim yang tampak tidak asing.

Cepatlah baikan.

Gadis itu menekuk dahinya. Ditatapnya lekat-lekat pesan dan foto profil si pengirim. Ia memeras otaknya, berusaha mencari tahu mengapa lelaki itu mengiriminya pesan dan menyuruhnya cepat baikan. Namun tetap saja kepalanya kembali berkata tidak.

Ia mengacak-acak rambutnya gusar. "Aigo, ada angin apa Sehun sunbae mengirimiku pesan begini?"

***

"Annyeong, Kim Yerim!" sapa seorang gadis dengan bersemangat saat seorang gadis lainnya masuk ke dalam kelas pagi itu.

Yang disapa terlihat kacau. Warna kehitaman menghiasi bagian bawah matanya. Rambut cokelatnya yang panjang dan bergelombang diikat satu dengan asal. Ditambah lagi, seragamnya tidak ia masukkan dengan rapi ke dalam rok.

"Yerim-ah, semua baik-baik saja, kan?" tanya gadis yang menyapanya tadi. Matanya yang kecil mengekori Yerim ke bangkunya.

Gadis yang dipanggil Kim Yerim tidak menggubrisnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas bangku. Kedua lengannya ia lipat dan tempatkan di atas meja, lalu wajahnya ia benamkan di antara lipatan itu.

"Yerim-ah," panggil gadis itu lagi, kini suaranya lebih pelan. "Bagaimana? Kau sudah pergi ke orang pintar yang aku ceritakan padamu?" tanyanya.

Ia bahkan terlihat lebih antusias lagi setelah mendapat anggukan lemah dari Yerim. "Lalu bagaimana? Apa yang ia berikan padamu?" tanyanya.

"Permen,"

"Lalu? Lalu? Kang Shinwoo sunbae harus memakannya, bukan begitu?"

Yerim mengangguk lagi.

Gadis itu menyeringai. "Berikan permen itu padaku. Aku akan menaruhnya di loker milik Shinwoo sunbae. Sunbae itu suka makanan manis, bukan? Ia pasti akan segera memakannya, dan ia akan jatuh cinta lagi padamu. Kau tidak perlu bersedih lagi," ujarnya dengan berapi-api.

Yerim menghela napas. "Itu masalahnya, Shin Mirae," katanya lemas.

Mirae mengerutkan dahi. "Apa? Masalah apa?"

"Aku menghilangkan permen itu,"

"Ah, jinja! Kenapa kau bisa begitu ceroboh, Kim Yerim?!" seru Mirae. Suaranya yang nyaring menusuk telinga Yerim, mengharuskan gadis itu menutup telinganya jika ia tidak ingin dibuat tuli.

Yerim mendengus. "Aku terlalu banyak minum soju kemarin, aku pergi ke tempat orang pintar itu...,"

"Kau mabuk?! Aigo!" potong Mirae dengan lantang.

Plak! Sebuah buku tebal berjudulkan "History of Korean Literature" mendarat dengan keras di kepala berambut karamel Mirae. "Kecilkan suaramu, babo-ya!" desis Yerim kesal. Bagaimanapun, ia tidak mau teman-teman sekelasnya yang lain mengetahui bahwa dirinya –yang masih duduk di tahun kedua sekolah menengah atas– well, minum terlalu banyak dan pulang dalam keadaan mabuk.

Mirae mengusap-usap puncak kepalanya. Bibirnya ia kerucutkan. "Apa kau tidak ingat apapun? Mungkin kau lupa meletakkannya atau menjatuhkannya di suatu tempat," ujarnya.

"Entahlah, tapi sepertinya aku bertemu seseorang kemarin sepulang dari rumah orang pintar itu," sahut Yerim sambil kembali mengingat.

Mirae menghela napas. "Bagaimanapun, kau harus menemukan permen itu. Itu satu-satunya harapan agar hubunganmu dengan Shinwoo sunbae terjalin kembali,"

***

under spellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang