Sigh

5.5K 1K 8
                                    

Gadis itu berjalan menyusuri trotoar dengan langkah yang dibuat secepat mungkin. Bibirnya dikerucutkan dan kedua tangannya terkepal. Ia tampak kesal. Tak jauh di belakangnya, seorang laki-laki dengan seragam sekolah yang sama, berjalan dengan santai. Seberapa cepat pun si gadis berjalan, kaki-kaki jenjang si lelaki selalu berhasil membuat dekat jarak di antara mereka.

"Sampai kapan kau akan terus mengikutiku?!" tanya gadis itu kesal.

"Siapa yang mengikutimu?" si lelaki balik bertanya.

"Kau mengekoriku sejak tadi, Sunbae!"

"Aku tidak mengekorimu,"

Gadis itu tiba-tiba berhenti, membuat si lelaki juga mendadak menghentikan langkahnya jika tidak mau mereka bertabrakan. Gadis itu membalikkan tubuhnya dengan cepat ke belakang, ditatapnya wajah dingin si lelaki dengan geram.

"Kau masih bisa mengelak, eoh?! Pulang saja ke rumahmu! Dasar kurang kerjaan!" serunya.

Si lelaki, masih dengan wajah datar, menyahut dengan santai, "Aku memang akan pulang ke rumah. Ini jalan menuju rumahku,"

Si gadis mendadak tertegun. Tidak hanya rasa kesal, kini rasa malu juga ikut menyelubungi benaknya. Ia membalikkan badannya lagi dan kembali berjalan, kini dalam diam. Sedangkan lelaki yang bersamanya hanya tersenyum geli.

Gadis itu merasa ia adalah orang paling bodoh yang pernah hidup. Jika saja kemarin malam ia cukup sadar untuk pulang dari tempat si dukun, kini pasti Kang Shinwoo sudah memakan permen dengan guna-guna itu dan mereka bisa kembali bersama.

Namun yang terjadi adalah ia benar-benar mabuk dan bertemu lelaki ini. Parahnya lagi, ia menggoda, memeluk, bahkan pulang bersama dan memberikan permen itu padanya! Dan sekarang ia tengah berjalan bersama laki-laki yang tak pernah ia sukai itu, yang kemungkinan besar telah memakan permennya. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana jika laki-laki yang tengah berjalan di belakangnya itu dibuat tergila-gila padanya karena telah terkena guna-guna. Aigo, itu mungkin akan menjadi hari kiamatnya dunia –tentu saja dunia si gadis!

"Sehun ­sunbae," panggil gadis itu setelah mereka berjalan dalam diam selama beberapa menit.

"Hmm?" sahut Sehun.

"Apa kau memakan permen yang kuberikan kemarin?"

Sehun tidak segera menjawab. Entah apa yang tengah ia pikirkan. Bagaimanapun, si gadis tidak bisa melihat ekspresi sunbae-nya itu karena ia tengah berjalan membelakanginya. Jujur saja, ia tengah penasaran setengah mati akan nasib permen itu. Apakah manisan itu berhasil termakan atau bagaimana. Namun ia terlalu malas untuk menanyakan hal itu –tepatnya ia tak mau membahas lagi kejadian super memalukan kemarin.

"Memangnya kenapa?" Sehun balik bertanya.

"Mungkin saja kau belum memakannya,"

"Bagaimana jika aku belum memakannya?"

"Kembalikan permen itu padaku,"

"Bagaimana bila aku tidak mau mengembalikannya?"

"Sebenarnya kau sudah memakannya atau belum?"

"Bagaimana jika aku sudah memakannya?"

Yerim menghela napas panjang. "Terserahlah,"

***

under spellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang