Lunch

3.3K 346 18
                                    

Jeonghan berpikir sejenak, sesekali matanya menyusuri ruangan besar itu karena bisa saja tawaran Seungcheol itu membawanya pada masalah dan itu tidak boleh terjadi.

"Baiklah, tapi saya harus mengantar nampan ini dulu ke pantry, Tuan bisa menunggu saya di Lobby ? " Jeonghan menundukkan kepalanya tak berani menatap sang lelaki muda itu.

"aku ikut, kau bisa memberitahu padaku setiap inci ruangan disini bukan? "

Kali ini Jeonghan menarik nafasnya berat lelaki ini menyebalkan sekali, kalau saja bukan putra Presdir ia tak akan mau mengantarkan pria ini. Oh ayolah sejak pagi Jeonghan terus bekerja dan belum ada istirahat. Tidak bisakah ia duduk dengan nyaman barang sedetik saja?

"baiklah, mari ikut saya"

Setelah menaruh nampan, mereka segera menyusuri setiap sudut ruangan. dan setiap sudut Seungcheol terus saja bertanya pada Jeonghan tentang apapun yang dirasanya baru, dan Jeonghan menjawab dengan sangat lembut menjelaslan setiap detail ruangan secara terperinci.

Sesekali Seungcheol mencuri pandang pada Jeonghan, sedangkan Jeonghan terus menatap kedepan tanpa melihat kearah Seungcheol sedikitpun

"Baiklah tuan, ini adalah ruangan terakhir, Devisi Auto Desaign devisi ini sangat penting karena semua barang yang perusahaan ini kembangkan berasal dari ide ide jenius para ahli desain, saya rasa cukup untuk penjelasan ruangan ini. Jadi apa ada pertanyaan tentang ruangan ini tuan? " tanya Jeonghan ramah.

" hm sebenarnya aku sedang lapar, jadi kau mau menemani ku untuk makan siang? "

Jeonghan menganga lebar, pertanyaan macam apa ini? Oh tuhan bahkan pekerjaannya sama sekali belum selesai dan orang ini malah meminta menemani nya untuk makan siang? bersama? baiklah bukan itu yang menjadi masalahnya kali ini namun, akan seperti apa seluruh isi kantor jika mengetahui sang putra presdir makan siang bersama office boy yang bahkan tidak dikenal seperti dirinya? berkali-kali Jeonghan menahan dirinya untuk tidak membantah walaupun ia sudah sangat kesal dengan Putra presdir yang seenaknya itu.

"maaf tuan saya tidak bisa "

"tidak bisa? ini sudah jam makan siang kau pasti belum makan ayolah "

" maaf tuan, tapi saya tidak bisa, maksud saya begini ahh hmm... " Jeonghan berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk sekedar menolak ajakan Seungcheol dengan sopan.

" jadi maksudnya? kau akan menemani ku kan? "

" baiklah tuan" Jeonghan menyerah lelaki dihadapannya ini semakin lama semakin menyebalkan otaknya terasa buntu hanya untuk menghindari manusia tergolonh sempurna didepannya ini.

" oke kita makan diluar, kau tinggal menunjukkan dimana biasa kau makan siang"

Tanpa menunggu jawaban lagi, Seungcheol segera menarik lembut pergelangan tangan Jeonghan dengan semangat, berlari menuju mobilnya terparkir saat ini. Jeonghan berusaha mengikuti langkah kaki Seungcheol bahkan hingga ikatan pada rambutnya terlepas, baiklah setidaknya ini bisa melindunginya dari tatapan tajam orang-orang kantor.

Disinilah mereka sebuah kedai kecil yang menjual macam makanan rakyat yang sangat ramah dikantong, berkali-kali Seungcheol mengucek matanya.

"tempat apa ini? "

"kedai jjangmyeon tuan "

" hah? tidak bisakah kita makan di restoran Italia? atau paling tidak Cafe begitu?"

" hm, bukannya tuan tadi meminta saya menunjukan tempat saya biasa makan? dan ini tempatnya tuan "

"baiklah terserah, tolong pesankan aku yang terenak disini"

Jeonghan tersenyum lalu mendatangi pemilik kedai dan memesan makanan favoritnya.

" Jadi siapa nama mu? " tanya Seungcheol membuka obrolan mereka kembali

"Yoon Jeonghan, anda bisa memanggil saya Jeonghan tuan " kata Jeonghan sembari tersenyum.

" nama yang indah, kau pasti mengenalku bukan? " Jeonghan menggeleng pelan sambil melihatkan cengiran bodohnya.

" hah? kau tidak mengenalku? aku Choi Seungcheol bagaimana mungkin kau tak mengenalku? astaga kau ini "

" maafkan saya tuan" sesal Jeonghan, kepalanya terus tertunduk kali ini ia takut.

" tak apa, panggil saja aku Seungcheol bila kita sedang berada di luar seperti ini, kurasa usia kita juga tidak terlampau jauh " Seungcheol berucap lembut, kini Jeonghan mulai mengangkat kepalanya lalu tersenyum manis dan mengangguk setuju.

pandangan keduanya bertemu cukup lama
"Aku bisa mati bila terus menatapmu han!" geram Seungcheol dalam hati.

hanya sekitar 5 menit dua piring jjangmyeon sudah mendarat diatas meja bulat berukuran sedang itu. Aroma khas jjangmyeon menguar dari balik asap yang mengepul. Jeonghan segera menyumpit jjangmyeonya tak lupa seperti biasa ia akan sedikit berbicara keras

" Selamat menikmati jjangmyeomnya yippi~"

"Selamat makan nona manis " balas seungcheol melihat aksi konyol Jeonghan.

alhamdulillah balik lagi hihi
tinggalkan jejak bisa kali ah ya? jangan sider terus eheheh vote / komen kalian itu sangat membantu loh guys

Royal Son [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang