part 4

2.1K 155 4
                                    


Naina memandang Sirish yang tampak berfikir setelah tahu bahwa Naina akan dinikahkan oleh orang tuanya.
"Tak bisakah kau bersabar menunggu?" tanya Sirish dengan mata manisnya. Naina menggeleng, dan Sirish memejamkan mata. Lama mereka saling diam dan Sirish membuka mata.
"Pergilah. Jika itu pilihanmu." Ujarnya. Hancur hati Naina mendengarnya, dia berharap Sirish memilih dirinya daripada karirnya.
"Banyak aktor yang sukses setelah pernikahannya. Jadi kenapa kau begitu takut?" Naina tampak emosional.
"Dan banyak juga yang hancur. Itu sulit." Sirish menatap mata kekasihnya yang berkaca-kaca.
"Sulit, atau karena kau mencintai kekasih settinganmu itu?" tanya Naina mengungkit gossip hubungan asmara Sirish dan artis pasangan hits-nya di film.
"Aku terpaksa berpura-pura pacaran dengan dia untuk membuatku selalu dalam publikasi, itu benar. Penonton juga sangat senang dengan hubungan kami. Kami pasangan luar biasa di layar, dan hubungan kami menjadi bagian dari publisitas karir kami. Itu kenapa, aku minta kau bersabar. Ketika penonton bosan dengan kami, atau kami tak lagi ada kontrak kerja, aku akan umumkan bahwa kaulah kekasihku." Sirish meletakkan kedua tangannya di pundak Naina. Lalu merangkulnya.
"Tapi ibu tidak akan bersabar untuk itu." Bisik Naina lirih. Sirish melepaskan pelukannya.
"Sama seperti kau tak bisa melawan ibumu, maka aku juga tak bisa melawan manajer dan timku." Ujarnya menarik nafas. Naina langsung menyambar tasnya di meja dan keluar dari kamar hotel. Pulang dengan hati hancur.

Tiba di rumah dia langsung masuk kamar dan mengunci diri. Dia mengambil semua foto bersama Sirish yang dia tempel di dinding, lalu mengguntingnya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia merebahkan diri di tempat tidur. Dia kembali ke masa dimana dia pertama kali mengenal si artis dan kemudian saling jatuh cinta.

Ketika itu Sirish melakukan adegan film berlokasi di butik tempat Naina bekerja. Naina menjadi figuran sebagai dirinya sendiri, yaitu pelayan toko. Disitulah benih-benih cinta tumbuh. Sirish meminta nomor telepon Naina, dan mereka jadi sering berhubungan. Mereka sering saling curhat, dan saling memuji satu sama lain. Hingga suatu hari, Sirish mengajaknya bertemu di sebuah tempat yang tak terjamah oleh orang umum. Sirish mengundang Naina ke apartemennya yang mewah, namun dia tak membawanya ke dalam. Justru naik ke puncak menara apartemennya. Disanalah dia menyatakan cinta. Dan sejuta rayuan telah meluluhlantahkan hati Naina.

Naina pun awalnya tak ingin semua orang tua perihal hubungannya dengan sang artis. Tapi gunjingan tetangga yang menganggapnya tak laku, atau bahkan ibunya yang terus menderita dengan ejekan teman-temannya membuat Naina akhirnya buka suara. Dia mengakui memiliki kekasih seorang artis. Dan ibunya amat sangat bangga. Hingga seolah melakukan konferensi pers pada teman-temannya. Dan disinilah petaka cinta dimulai.
Wartawan mencium berita ini, dan langsung menjadi headline semua surat kabar dan infotaiment. Naina diburu hingga bossnya merasa tidak nyaman karena butik miliknya terus didatangi wartawan.

"Aku harus bagaimana?" Naina menemui Sirish di sebuah hotel sambil kebingungan.
"Seharusnya kau rahasiakan dulu Naina. Manajemenku marah, mereka tak mau aku terlibat hubungan serius dulu."
"Ini hidupmu. Mereka hanya perlu urus pekerjaanmu."
"Tidak Naina, seorang artis, hidup dan pekerjaannya ada ditangan manajemennya. Jadi kumohon. Katakan saja pada wartawan bahwa kau bukan kekasihku. Dan ibumu hanya berangan-angan, lalu disalah artikan." Ujar Sirish terlihat kesal.
"Dengan kata lain kau ingin aku mengatakan, bahwa ibuku gila pada para wartawan?" Naina tampak geram. Sesalah apapun ibunya, dia tak mau menghina ibunya sendiri demi pria yang baru dikenalnya dan baru masuk dalam hidupnya.
"Ada pilihan lain?" tanya Sirish.
"Jika kau mencintaiku harusnya kau tak perlu takut karirmu akan jatuh."
"Cinta bisa datang dan pergi kapan saja Naina." Jawab Sirish tampak bingung dan langsung menerima panggilan dari manajernya. Naina pun langsung keluar dari kamar hotel itu dan menangis.

Esoknya, justru dia mendapati berita bahwa Sirish sedang dekat dengan aktris lawan mainnya di beberapa film. Fansnya amat bahagia dan sebagian ada yang meneror Naina agar tak mendekati Sirish, karena mereka sangat setuju jika pasangan favorit mereka itu menikah. Naina pun tak mendapatkan jawaban pasti dari Sirish. Tapi, di tiap kesempatan, mereka memang sangat mesra. Bahkan tatapan mata mereka seolah benar-benar sedang jatuh cinta.

****
Keluarga Veer akhirnya datang untuk melamar Naina. Bagi Suman, tak peduli menantunya lebih tua dari anaknya. Dia hanya ingin anaknya menikah dengan wanita yang tepat, yang kelak bisa menggantikannya sebagai ibu jika dia tiada.
"Ibu tak takut jika dia tidak menghormati suaminya yang muda ini?" tanya Veer ketika di perjalanan menuju rumah Naina.
"Tidak akan. Selagi masih ada ibu, dia pasti akan menuruti ibu."
"Bagaimana jika ibu sudah tiada?" tanya Reshma, adik Veer. Ibu menoleh marah dan melotot. Reshma langsung diam beku. Veer tersenyum melihat ibunya kesal.
"Dia akan jadi pengganti ibu. Merawat kalian semua."
"Kenapa ibu tak suruh ayah saja menikahinya, jadi cadangan ibu." Celoteh Veer tanpa rasa berdosa. Dia tak tahu ibunya sudah mengepal dan segera melancarkan serangan, namun suaminya mencegah.
"Sudah, Veer hanya bercanda. Mana ada wanita mau bersaing denganmu." Ujar suaminya sambil menahan tinju istrinya. Veer dan Kavita menahan tawa.

Akhirnya mereka tiba di rumah tujuan. Mereka dan rombongan disambut hangat oleh keluarga Naina dan juga para tetangga yang bahagia. Mereka mempersilahkan masuk, dan ibu langsung menuju kamar Naina.

Naina digandeng ibunya menuju ruang tamu, lalu duduk disamping ayahnya. Veer melirik sedikit pada Naina yang masih menunduk dan tak melihat ke arahnya.
"Naina, tuangkan tehnya untuk Veer." Ujar ibunya dengan senyum yang sudah jelas terlalu dipaksakan.
Naina segera mengambil gelas kosong dan menuangkan teh, lalu berjalan sedikit dan menyerahkan tehnya pada Veer. Saat itulah mata mereka bertemu untuk pertama kalinya. Veer tentu berdecak kagum melihat keindahan mata Naina, karena selama ini hanya selalu ingat akan senyumannya saja. Sedang Naina akhirnya tahu si anak muda kesayangan Suman, yang sempat beberapa kali bertemu tapi tak pernah dia melihatnya secara jelas. Ternyata pria bercambang tipis dan terlihat nakal tapi cukup sopan hari itu.

Gangga dan Suman sibuk membahas masalah pernikahan, mulai dari EO dan tata cara lainnya. Sedang Naina tampak seperti mengantuk mendengar celotehan dua teman yang dulu bermusuhan itu. Veer tersenyum melihat Naina yang menarik nafas kesal karena entah apa yang dibahas oleh ibu mereka. Bahkan ke hal yang sangat tak penting seperti Naina nanti harus punya anak berapa, dan Naina harus berhenti bekerja.
"Yang akan menikah itu Naina dan Veer, atau anda berdua, bu?" tanya Mela kesal. Gangga dan Suman menoleh tanda tak suka dengan pertanyaan teman dari Naina itu. Mereka mendelik memandang Mela yang hanya bisa berkata "Ups."

" Dia benar, biarkan Naina dan Veer bicara berdua. Mereka ingin seperti apa. Sekarang sudah modern, kita hanya mencari jalan untuk mereka. Selanjutnya merekalah yang menentukan." Ujar ayah Veer.
"Baiklah, kalian pergilah berdua. Mengobrollah.." ujar ibu mereka sambil menarik keduanya ke belakang. Naina menarik nafas lega ketika duduk di kursi taman belakang. Veer duduk dan tertawa pelan.
"Mereka benar-benar agresif." Katanya sambil duduk di samping Naina. Naina tersenyum menoleh.
"Apa boleh buat. Asal ibu senang." Jawabnya singkat.
"Kau terpaksa menerima lamaran ini? " tanya Veer. Untuk pertama kalinya mereka duduk berdua.
"Mmm sempat berfikir, mungkin kau seagresif ibumu." Canda Veer membuat Naina tersenyum pahit. Tapi Naina tak pernah mau melihat ke arahnya langsung.
"Jadi, kau akan tetap menerima pernikahan ini meski kau tak mencintaiku? Karena kita baru bertemu?" tanya Veer lagi penasaran, karena Naina lebih banyak diam.
"Ada pilihan lain?" tanya Naina sambil memandang Veer yang manggut-manggut.
"Tidak. Akupun menerima karena ibuku. Aku ingin dia bahagia. Biarlah cinta..."
Bruuuuk!!!!
Veer dan Naina seketika menoleh ke belakang. Rupanya ibunya dan teman-temannya menguping dan berdorongan hingga terjatuh pada akhirnya. Naina menggelengkan kepala karena merasa ibunya terlalu konyol.
"Ibu?" Naina berdiri.
"Kami dengar Nak. Kalian sepakat menikah. Kami sangat bahagia." Ujar Gangga dan Suman berpelukan. Dan langsung menjejali mulut anak mereka dengan manisan. Lalu membagikan manisan pada semua orang. Veer dan Naina menganga dengan manisan di mulut mereka. Lalu berpandangan dan pasrah dengan keadaan.

bersambung again....

Bukan suami IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang