BAGIAN III

2.1K 156 6
                                    

Sepertinya cinta telah merubah segalanya. Biasanya aku adalah cewek supercuek yang tak pernah memikirkan dandananku-walau dulu aku punya gebetan. Hampir setiap hari Mama selalu menceramahiku soal dandanan, namun aku tak pernah peduli. Aku selalu menggerai rambutku, tidak melakukan apa-apa. Paling-paling aku hanya menguncirnya saat jam pelajaran olah raga. Itupu jarang kusisir. Dan hampir setiap hari pula Mama selalu bernyanyi menyuruhku memakai bedak. Katanya sih biar penampilanku terlihat lebih baik. Tapi aku tak pernah menurutinya. Toh tanpa bedak wajahku nggak jelek-jelek amat.

Namun pagi ini aku merubah segalanya. Aku masuk kamar Mama dan meminjam kosmetik serta jepit rambut Mama. Ku sapukan bedak milik Mama di wajahku dan memulaskan lipgloss yang kubeli kemarin di bibirku. Jujur aku merasa aneh dan tak nyaman.

Setelah selesai memake up wajahku, aku beralih mendandani rambutku. Aku menyisir rambutku sampai benar-benar rapi lalu menjepitnya. Jujur ini adalah pertamakalinya aku berdandan sebelum berangkat ke sekolah. Semoga saja tidak sia-sia usahaku pagi ini, semoga saja aku terlihat menawan, terutama di depan Steven.
"Pagi, 19 apaku saat melihat Mama sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

Mama baru akan menjawab. Tapi tiba-tiba Mama bungkam saat melihatku. Mama melotot tak percaya. Pasti Mama terkejut.

"Gimana, Ma? Cantik kan aku hari ini?" Tanyaku dengan pede-nya.

"Iyasih, cantik. Tapi sejak kapan kamu jadi suka dandan begini? Trus itu bedak, lipgloss, sama jepit dapet darimana?"

"Kalo lipgloss aku beli sendiri. Kalo yang lain aku minta sama Mama. Boleh, ya, Ma."
Mama hanya mengangguk.

Aku mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan sepotong omelet. Tiba-tiba aku merasakan tangan seseorang memegang jidatku.

"Kamu sakit?" Tanya Papa.

"Papa lebai deh. Aku nggak pa pa, Pa."

"Tumben kamu pagi-pagi dandan? Ada angin apa?"

"Angin putting beliung kali." Kataku asal sambil menyuapkan nasi ke mulutku.
Ku biarkan Papa menatapku bingung. Aku pura-pura cuek.

"Mm. . . Mama tau. Pasti kamu lagi jatuh cinta kan?" Celetuk Mama.
Aku tersedak air putih yang sedang kuminum. Dugaan Mama tepat sekali.
Duh. . .! Kok Mama tau aja kalo aku lagi jatuh cinta?

"Kok kamu kaget gitu? Kenapa? Tebakan Mama bener ya?" Kata Mama.

Aku sedang sibuk mengelap mulutku yang basah. Belum sempat aku menjawab, Mama sudah ngomong lagi.

"Mama tau kok lagak kamu kalo lagi jatuh cinta. Mama dulu kan juga pernah muda. Pernah jatuh cinta."

"Mama apaan sih?!" Dengusku malu.
Selama sarapan, mama dan papa terus menggodaku.

Duuh! Maluuu. . .!!! Kali ini aku harus menghabiskan sarapanku lebih cepat. Biar bisa kabur dari Mama dan Papa.

***

Dengan agak sedikit kurang percaya diri, aku berjalan melintasi koridor sekolah menuju kelas. Dalam otakku, aku terus menerka bagaimana reaksi Sammy saat melihat penampilanku yang beda dari biasanya. Sepertinya akan ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Pertama (kalau aku boleh bermimpi) Steven akan terpesona dan kagum. Kemungkinan kedua-bisa dibilang kemungkinan yang lumayan buruk- Steven akan mencuekiku dan nanti aku akan terkesan lebai. Semoga kemungkinan kedua tidak terjadi.

Ketika sampai di ambang pintu kelas, aku bertemu Al yang sedang piket. Dia berhenti menyapu sejenak dan menatapku. Kalau dilihat dari sorot mata dan ekspresi wajahnya sih, sepertinya dia terkejut dan kagum. Al menghalangi jalanku.

Cintaku KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang