BAGIAN IV

1.9K 145 2
                                    

Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasanya. Alunan musik menemani pagi hariku. Headset tepasang di kedua telingaku dan aku bersenandung kecil.

"When I look at you, I see forgiveness, I see the truth. You love me for who I am. Like the stars hold the moon. . .." Aku bernyanyi sambil meletakkan tas di mejaku.

Nyanyianku terhenti seketika saat tiba-tiba kulihat sebuah amplop di laci mejaku.

Sepertinya ini surat.
Penasaran, aku membuka amplop itu dan membaca suratnya. Ternyata isinya hanyalah lirik lagu.

Dear : Yuki

Nuansa Bening

Oh, tiada yang hebat dan mempesona

Ketika kau lewat dihadapanku, biasa saja

Waktu perkenalan lewatlah sudah

Ada yang menarik, pancaran diri terus mengganggu

Mendengar cerita sehari-hari

Yang wajar tapi tetap mengasyikkan

#Kini terasa sungguh. . .

Semakin engkau jauh, semakin terasa dekat. . .

Akan ku kembangkan Kasih yang engkau tanam di dalam hatiku

Oh, tiada kejutan pesona diri

Pertama ku jabat jemari tanganmu, biasa saja

Masa pertalian terjalin sudah
ada yang menari

Baying-bayangmu, tak mau pergi

Dirimu nuansa-nuansa ilham

Hamparan laut tiada bertepi

#
Menatap nuansa-nuansa bening

Tulusnya do‟a bercinta

#
Kini terasa sungguh. . .

Kini terasa sungguh. . .

Pemuja Rahassia

Hey ini lagu kesukaanku! Dan pengirimnya adalah seorang pemuja rahasia. Yang benar saja? Aku punya pemuja rahasia?!

Aku membolak-balik surat ini. Mencari tau siapa pengirimnya. Sayang, Si Pemuja Rahasia tidak mencantumkan namanya. Aku berbalik, kepalaku berputar untuk melihat apakah ada yang menonton,menertawakanku, atau (kalau boleh bermimpi) terlihat berharap-harap.

Tidak ada yang mencurigakan. Mereka terlihat biasa saja. Aneh sekali, aku benar-benar ingin tau siapa pengirimnya. Tapi siapapun dia, pasti dia adalah seorang pengecut sejati. Masa hanya untuk mencantumkan nama dalam suratnya saja dia tidak berani?

***

Duduk di kelas, pikiranku dipenuhi oleh hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Pikiranku hanya terpusat pada satu hal : surat kaleng itu. Aku tau seharusnya aku mengabaikannya dan menanggapinya sebagai gurauan orang iseng. Aku tak berani bermimpi bahwa aku benar-benar punya penggemar.

Mungkin aku tak perlu menceritakan tentang surat kaleng pada siapapun termasuk pada Citra. Sebaiknya memang tak perlu ada yang tau.

***

Selama tiga hari berturut-turut, setiap hari aku menemukan surat kaleng di laci mejaku. Isinya selalu sama, lirik lagu. Awalnya aku tidak menanggapinya. Tapi lama kelamaan aku penasaran dan agak sedikit paranoid mengenai surat ini. Apakah Pemuja Rahasia itu serius? Tidak hanya sekedar iseng mengirimiku surat? Sekarang aku harus menceritakan hal ini pada Citra. Mungkin saja dia bisa membantuku.

Cintaku KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang