15. New Beginning

15 2 2
                                    

Pagi-pagi begini, tiba-tiba saja Mika mengirimiku e-mail. Isinya bisa dibilang sangat singkat. Tapi bermakna bagiku.

New day and new beginning.

Entahlah. Itu memang singkat. Tapi membuatku tersenyum. Aku kembali teringat keputusan Mika. Dia meninggalkan Fella. Aku mengerti, namun aku masih berusaha membujuk Mika untuk kembali dengan Fella. Namun Mika hanya menolaknya dan tersenyum.

Yah... Awal baru di lembar yang baru...

***

“Hei! Katanya tim basket cowok ada manajer baru,” Fendy tiba-tiba menghampiriku di kelas.

Aku hanya mengernyitkan dahiku. “Hubungannya sama aku?”

Fendy hanya menatapku dengan mulutnya yang menganga, seakan dia sedang menanggapi ocehan orang bodoh. “Kau suka Mika kan?” katanya tiba-tiba.

Sontak langsung kutampar wajahnya. “Eh, maaf. Aku kaget.” kataku meminta maaf saat menyadari bahwa aku baru saja menampar Fendy.

“Sialan. Malah digampar.” gerutunya sambil melirikku kesal.

Aku hanya meringis. “Tahu darimana?” tanyaku kembali ke topik masalah. Aneh saja kan. Aku nggak pernah cerita ke Fendy. Tapi tiba-tiba saja dia tahu.

“Ayolah... Aku kan dekat dengan Mika. Dia cerita padaku.” Fendy memutar bola matanya.

Aku hanya dapat diam. “Lupakan saja. Aku nggak urusan sama manajer baru itu.” kataku cuek.

Fendy hanya mengangkat bahunya. “Terserah deh,” katanya sambil menjulurkan lidahnya.

Menyebalkan deh. Kadang aku heran kenapa Fendy bisa semenyebalkan itu. Apalagi dia itu ketua kelas. Aneh.

***

“Hei! Ra!” Mika berseru padaku sambil melambaikan tangannya dari tengah lapangan.

Aku hanya tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Semenjak Mika putus dengan Fella, aku mulai terbiasa untuk kembali akrab dengan Mika. Fella nampak menghindari Mika dan menghiraukanku. Aku sempat berusaha berbicara dengan Fella. Dia hanya membalas dengan senyuman. Dan aku tahu, dibalik senyuman itu ada sejuta kesedihan yang terpendam.

Aku hanya menghela nafas dan tersenyum saat Mika berhasil memasukkan three point yang bisa dibilang sempurna.

“Mau pulang bareng?” tanya Mika sambil menghampiriku saat istirahat.

Aku hanya tersenyum. “Boleh,”

Mika hanya membalas dengan senyuman, kemudian kembali menuju ke lapangan.

Kurasa hubunganku dan Mika sudah kembali seperti semula. Begini saja aku sudah senang. Tapi perlahan-lahan aku sadar. Aku kembali serakah. Aku kembali berharap pada Mika. Mungkin kali ini aku hanya akan memendam perasaanku dan menyampaikannya diam-diam.

Ya.. Lagipula ini adalah awal yang baru. Aku akan melakukan hal yang baru. Kali ini aku tidak akan berharap saja. Aku akan berusaha.

Setidaknya, akan ada hal yang berbeda...

***

“Ra, katanya tim basket cewek lagi cari anggota baru. Kamu tertarik?” Tiba-tiba saja Mika menawarkanku bergabung di tim basket cewek.

“Hah? Nggak.” kataku singkat.

Mika nampak terkejut mendengar jawabanku. “Tapi ketua basketnya tertarik sama permainanmu sewaktu class meeting.” Mika berusaha membujukku.

Aku hanya diam sebentar. “Aku memang menarik perhatian. Baru main saja sudah terkilir,” balasku cepat mengingat keadaanku waktu class meeting.

“Aku beneran Ra.”

Aku hanya diam sebentar. Menimbang-nimbang dahulu. Mungkin bisa kulakukan untuk mengisi waktu luangku. Lagipula sewaktu SMP aku sempat ikut tim basket cewek, namun tidak bertahan lama. Yah, bagaimanapun kaum cewek sepertinya musuhku.

“Kayaknya tetap nggak bisa Ka. Aku selalu musuhan sama anak cewek.” Aku kembali mengelak dan menolak ajakan Mika.

Mika hanya tertawa mendengar perkataanku. “Tenang saja. Mereka baik kok. Lagipula nggak semua cewek sama.” katanya sambil masih tertawa.

Aku hanya dapat mengerucutkan bibirku. Mungkin kata-kata Mika ada benarnya juga. Lagipula kalau aku mengindari anak cewek, lama kelamaan aku malah anti terhadap cewek.

“Jadi? Gimana?” tanya Mika lagi.

Aku hanya mengangguk kecil. “Akan kucoba deh,” balasku singkat. Dari ekor mataku dapat kulihat Mika hanya tersenyum mendengar perkataanku.

***

“Jadi kamu yang namanya Tara?” Mitha, ketua tim basket cewek menatapku dari ujung rambut hingga ujung kakiku.

Aku hanya mengangguk kecil. Aku tidak tahu harus bilang apa lagi. Aku tidak pandai berbasa-basi dengan cewek.

“Oke! Kamu diterima. Aku sudah pernah lihat permainanmu.” Mitha langsung menepuk tangannya dan merangkulku.

“Eh? Langsung diterima?” tanyaku heran. Setahuku, bila ingin masuk tim basket harus melalui seleksi dan tes.

Mitha hanya tersenyum. “Yap, kamu bisa langsung ikut latihan.” balasnya singkat kemudian menarikku ke arah gedung olahraga.

“Loh? Tempat latihannya sama anak cowok juga?” Aku hanya dapat menatap gedung olahraga dengan heran. Nampak jelas ada Mika disana.

Mitha hanya tersenyum. “Iyalah. Anak cowok latihan di lapangan kalau anak cewek mau latih tanding. Kalau latihan biasa sih, latihannya barengan.” jelasnya sambil menarikku kearah pojok.

“Nah! Semua, kenalin ini Tara. Adik kelas kita.” Mitha berseru riang saat mengenalkanku pada anggota tim basket lainnya.

Setelah berkenalan aku hanya dapat mengambil satu kesimpulan. Ini menyenangkan. Semua anggotanya sangat periang dan bukan tipe anak cewek yang kuhindari selama ini. Mungkin aku akan betah disini.

“Oiya. Kamu belum kenalan sama manajer kita. Ayo aku kenalkan.” Mitha kembali menarikku. Kini ia menarikku ke sisi lain gedung.

Dari kejauhan, nampak gerombolan anak-anak cowok. Satu hal yang bisa kutebak, manajer ini pasti cantik. Dan benar saja. Saat berhasil bertemu dengan manajer itu, aku seakan melihat malaikat.

Namanya Tiara. Rambutnya panjang dengan warna hitam yang berkilau. Kulitnya putih, badannya langsing namun pendek. Ada lesung pipi di kedua pipinya. Dia imut.

Selama latihan, aku tidak menghiraukan tim basket cowok sama sekali. Aku terlalu asik dengan Mitha dan anggota lainnya. Namun saat latihan selesai, aku baru menyadari satu hal. Perempuan cantik akan selalu disukai. Itulah yang kutangkap saat melihat Tiara dikelilingi anak-anak cowok.

Aku memang tidak masalah dengan hal itu. Tapi aku kembali takut. Aku hanya dapat berharap Mika tidak tertarik dengan Tiara.

Aku hanya dapat berharap untuk hal ini.

Sisanya, aku akan berusaha...

PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang