3. Truth

31 6 0
                                    

Dimana sih? Katanya di taman kan?

"Hei!" Mika mengagetkanku dari belakang. "Nunggu lama ya? Sori... Tadi fotoku ini ketahuan. Terus malah dijadikan bahan bercandaan." katanya sambil terkekeh pelan.

Aku hanya dapat tertawa membayangkan bagaimana dia dijadikan bahan candaan. Yah.. Harus kuakui dia memang aneh dan lucu. Tapi, itulah yang membuatku menyukainya.

"Malah ketawa.. Nggak jadi kuberi loh," ancam Mika sambil melambaikan fotonya di hadapanku.

Aku langsung diam dan mengacungkan jempol.

"Oke, tapi jangan tertawa ya. Soalnya aku sudah berbaik hati mau memberi foto ini loh!" Mika kembali mengancam.

Aku mengangguk. Namun, saat fotonya berada di tanganku, aku tidak dapat manahan tawaku. Wajah Mika yang meringis di foto itu membuatku ingin mati saja. Namun, saat kulihat wajah Mika agak kesal, aku berusaha menahan tawaku.

"Jadi? Aku keren kan?" ujarnya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Yah.. Bolehlah.." balasku sambil menahan tawa.

Oh ya! Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini. Aku harus mengatakannya. "Ah! Mika.. Aku se-"

"Mika! Kamu dicari cewek cantik tuh!" Tiba-tiba beberapa teman cowokku datang. Cewek cantik? Fella ya? Memangnya ada apa dengan Fella?

"Bawel ah! Aku pergi dulu ya Ra.. Dagh!" Mika langsung melesat pergi. Argh! Padahal aku belum sempat bilang padanya. Padahal upacara kelulusan sudah selesai. Berarti aku harus menunggu Mika di gerbang sekolah.

***



Mika kemana ya? Apa jangan-jangan sudah pulang duluan? Masa aku harus ke rumahnya? Apa aku tunggu ya? Ah, itu ada Joe, teman dekat Mika.

"Ah, Jo, kamu lihat Mika nggak?" Aku bertanya pada Joe.

"Mika? Ada sih.. Tadi dia lagi jalan di koridor belakang sekolah bareng Fella." jawab Joe sambil memandangku dengan tatapan yang agak aneh.

"Oh.. Oke deh. Eh, kenapa lihatin aku? Ada yang aneh? Apa jangan-jangan kamu naksir aku ya?" kataku sambil menggoda Joe, yang wajahnya langsung nampak keaal. Seru juga menggoda Joe. Anaknya seru dan asik diajak bercanda.

"Nggak. Ngapain juga aku naksir sama cewek yang sama sekali nggak ada manis-manisnya. Aku heran aja. Kok cuma kamu yang dapat foto Mika. Aku aja nggak dapat. Padahal aku kan teman dekatnya," balas Joe sambil cemberut.

"Ye, nyari cewek kok manis-manis? Mau nyari cewek gula tuh? Lagipula, kenapa memangnya kalau aku dapat foto dari Mika? Kamu mau juga? Kalau iya aku bilang ke Mika deh,"

"Bawel ah. Foto itu? Aku minta? Nggak lah. Yah, Aku cuma nebak-nebak aja. Mungkin dia ada rasa sama kamu?"

Hah? "Nggak usah ngomong aneh-aneh deh.. Ah! Sudah dulu ya. Dagh!" kataku sambil berlalu.

Yah.. Jujur saja, mendengar kalimat itu dari Joe, teman baik Mika memberiku sedikit harapan. Boleh saja kan aku berharap padanya?



Ah, itu Mika. Eh dia bersama Fella?

Sontak aku langsung bersembunyi di balik tembok sepanjang koridor. Eh? Tunggu dulu, kenapa aku harus bersembunyi? Aku kan harus menyatakannya! Ini bukan saatnya untuk bersembunyi.

"Fella, aku mau bilang sesuatu," Kudengar suara Mika yang terdengar serius. Mendengar itu, aku langsung refleks kembali bersembunyi.

Kudengar Mika menghembuskan nafas yang terdengar berat.

"Aku suka sama kamu. Maaf, aku selalu kasar atau kaku kalau sama kamu. Tapi aku masuk SMP swasta demi mengejarmu," suara Mika terdengar jelas hingga ke telingaku.

Apa aku tidak salah dengar? Mika menyukai Fella? Inikah yang dimaksud Mika dengan 'mengejar sesuatu' di sekolah berikutnya? Mengejar Fella?

Dapat kulihat dari balik persembunyianku. Fella nampak terkejut, namun akhirnya tersenyum.

"Makasih. Sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama." balasnya pelan.

Mereka mempunyai perasaan yang sama. Bodohnya aku karena tidak menyadari itu.


Oh Tuhan.. Aku tidak sanggup melihatnya. Sepahit inikah kenyataannya? Secepat inikah aku tersakiti? Aku bahkan belum menyatakannya. Apa aku tidak mempunyai kesempatan?

Mataku berkaca-kaca. Perasaanku ini tidak dapat kutahan lagi. Di balik persembunyianku itu, aku menangis, dan menyaksikan perpisahan kecilku sendiri.

PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang