Balas Dendam

3.1K 140 13
                                    

"Luke, Andy apa kalian ingin memakan daging segar? 3 orang ini kita potong seperti biasa, tetapi bagian tubuh si keriting ini kita makan sekarang. Kelihatannya segar jika langsung dimakan." Usul Ayah dan disetujui oleh Luke dan Andy.

Mereka bertiga memakan habis semua daging di tubuh sang korban. Luke memainkan bola mata sang korban dan Andy hanya terkekeh melihat tingkah kembarannya ini.

"Aahh aku sangat suka usus manusia. Panjang, licin, love it. Kenapa orang lain tidak mencoba nya saja seperti kita? Sungguh, ini sangat lezat." Ceracau Andy sambil terus menyeruput usus-usus itu layaknya mie instan.

"Bagian mana yang kau suka, Luke?" Tanya Ayah disela-sela ia sedang melahap seonggok ginjal bulat-bulat.

"Hah? Me? Hm.. sepertinya aku mulai menyukai bagian mata Ayah. Saat mata itu aku makan, ada cairan yang keluar dan cceesss.. rasanya begitu menyenangkan. Lagipula sebelum aku memakannya, aku memainkannya dulu layaknya sedang memegang bola pingpong. Itu sangat menyenangkan Ayah." Luke tersenyum lebar kearah Ayahnya karena memang Luke merasakan kesenangan.

"Good boy." Ayah mengacak rambut kedua anaknya ini tanda sayang.

"Ayah, kita pulang sekarang saja. Aku sudah sangat lelah." Andy memelas. Begitu juga dengan Luke.

"Manja. Baiklah ayo kita bereskan semuanya agar tidak ada yang curiga." Perintah Ayah.

***

"Ah mereka sudah mau pulang. Sebaiknya aku menunggu di bawah gedung ini sambil menunggu orang itu." Ucap Thiago sambil melirik pemuda yang berada di gedung sebelah.

*7 menit berlalu*

"Hei.. wait."

Panggil Thiago kepada pemuda yang baru saja keluar dari sebuah gedung. Pemuda itupun otomatis menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Thiago.

"Who are you?" Tanya Thiago .

Jarak mereka kini sekitar 3 meter. Thiago penasaran namun enggan untuk mendekati pemuda tersebut. Pemuda itu yang memulai. Ia mulai memperdekat jaraknya dengan Thiago. Kini jaraknya hanya sekitar 1 meter diantara mereka berdua.

"Me? Untuk apa kau tau siapa aku?" Pemuda itu balik bertanya pada Thiago.

"Aku pikir kita memiliki tujuan yang sama." Thiago menyeringai didalam kegelapan malam.

"What do you mean?"

Kini Thiago semakin memperdekat jarak antara mereka berdua.

"I'm Thiago . And you?" Thiago memberikan tangannya dengan maksud ingin berkenalan.

"Percy." Jawabnya singkat sambil membalas jabat tangan Thiago.

"Nice to meet you, Percy." Thiago memperlihatkan deretan-deretan giginya.

"Just Perce. Nice to meet you too, Thiago." Percy pun ikut memperlihatkan deretan-deretan giginya yang tertata rapi.

"Well. Apa kau mengenal mereka?" Tanya Thiago tanpa basa basi.

"Mereka? Siapa?" Percy pura-pura tidak mengerti padahal ia mengerti betul apa yang dimaksud oleh Thiago.

"Diatas gedung, teropong, keluarga kanibal." Ucap Thiago to the point.

"Oh. Mereka? Ceritanya panjang. Wait, you saw me?" Percy terkejut.

"Sure. Aku berada di gedung sebelah gedung dimana kau sedang mengintai mereka."

"Ah bagaimana mungkin aku tidak melihatmu. Aku hanya fokus pada mereka. Aku sibuk mencari kelemahan mereka hingga aku tidak memperhatikan keadaan sekitar." Percy menjelaskan.

Psycho or Cannibal?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang