"Nada bangun ih, itu Bu Renita udah mau dateng" Aku menggoncang-goncangkan tubuh Nada yang sedang tidur saat menunggu guru memasuki kelas. Hari ini dia masuk sekolah. Dan aku sangat bahagia melihatnya masuk sekolah. Setidaknya terpampang senyuman di wajah Nada walaupun aku baru melihatnya beberapa kali untuk hari ini.
"Ha?... Eh Gen temenin gue ke kamar mandi yuk" Ucapnya saat mengangkat wajah kusutnya itu.
Aku berdiri dan mengikuti Nada dari belakang. Setelah mendapat izin dari Bu Renita, aku dan Nada segera pergi ke kamar mandi yang terletak kurang lebih 5 meter dari kelasku.
Nada berhenti secara tiba-tiba yang membuat aku―yang sedang berjalan di belakangnya―menabraknya. "Aww. Ngapain sih lo berhen―ti" Aku terkejut setelah mendongakkan kepalaku mencari apa sumber yang membuat Nada memberhentikan langkahnya.
Difa. Dia berhenti tepat di depan kami berdua lengkap dengan tongkat di tangan kanannya.
Hanya tatapan sinis yang terpancar dari matanya. Dan tatapan itu tertuju hanya ke arah Nada.
"Ehm, Nad. Kita jadi kan ke kamar mandi?" Aku memecah keheningan ini.
"Udah ya Dif, kita duluan." Aku kemudian menarik tangan Nada setelah ku dengar tidak ada yang angkat bicara.
Namun tarikanku tertahan. Difa mencekal tangan Nada.
"Gue denger lo jarang masuk juga ya selama gue ga masuk? Kenapa?" dia menjeda ucapannya pada Nada.
"Oh, lo sakit juga ya?" sambungnya kembali.
"Sakit gara-gara bingung mau milih siapa ya? Mulia banget tuh kayanya sakit lo ya." Difa melanjutkan―lagi―omongannya.
Aku hanya melihat Nada terdiam di tempatnya tanpa suara. Sial, hal-hal seperti ini biasanya ampuh membuat Nada tidak akan masuk ke sekolah selama 1 tahun kedepan.
"Oiya, gue masih nunggu pilihan lo lho. Lo bisa kasih tau ke gue apa pilihan lo. Gue ga peduli gimana cara lo nunjukin pilihan itu. Yang jelas lo harus pilih. Your Boyfriend, or your Boy Friend." Difa melanjutkan kembali omongannya itu dan terus menatap Nada secara intens. Sementara yang ditatap hanya berani melihat kearah depan dengan pandangan yang tak berisi.
"Udah dulu ya Difa. Gue sama Na―"
"For your information, itu bukan pilihan yang bagus." Nada akhirnya mengucapkan sebuah kalimat yang sukses memotong kalimatku.
"But i'll try to choose," Nada menjeda kalimatnya.
"So, do not blame it on me if i can't do. Or, my choice doesn't same like your opinion, Darling." Nada menyunggingkan senyumnya setelah berucap sarkastik. Dan kemudian menarik tanganku dengan kasar ke arah kamar mandi.
"Nad, Nad tunggu." Aku berusaha mengejar Nada yang berjalan terlalu cepat.
"Lo gila apa? Ha?" Ucap ku masih mengejar Nada yang terlebih dahulu sudah masuk ke kamar mandi.
"Lo harus milih salah satu diantara mereka. Lo tau itu kan Nad?! Lo sadar kan apa yang lo omongin barusan?!" aku sedikit berteriak kepada gadis berambut panjang ini.
"Ini bukan pilihan, Gen." Nada mengepalkan tangannya. Rahangnya tampak mengeras.
"Gue mau mereka berdua. Atau ga sama sekali. Titik." Ucapnya.
"Ya tapi Nad, Lo gabi―"
"Gue gaakan bisa bahagia sama yang satu sementara yang satu lagi menderita diatas kebahagiaan gue Gen. LO TAU ITU KAN HA?! GUE UDAH BERAPA KALI NGOMONG HAL INI SAMA LO" Nada memotong ucapan ku. Kali ini aku dibuat bungkam olehnya. Ucapan yang Nada ucapkan dengan nada tinggi ini adalah murni benar adanya.
"Nad, tapi ini artinya lo ngorbanin diri lo sendiri. Lo tau itu kan Nad?" Aku berusaha mendekati Nada yang masih belum melonggarkan kepalan tangannya itu.
"See? Gue emang bisa berbuat apa kalo udah kaya gini hm? Gue terjebak. Mau gue pilih apapun, gue bakalan ngebunuh diri gue sendiri, kan?" Nada bicaranya seakan bertanya. Tapi aku yakin, pertanyaan Nada kali ini tidak membutuhkan jawaban.
"Gue bakal nunjukin ke Difa dan Rio kalau gue gabakal milih salah satu diantara mereka sampe kapanpun juga." Ucapnya lagi masih dengan rahang yang mengeras.
"Gimana caranya?" Balasku.
Nada hanya tersenyum miring tanpa menatapku.
•―――•
•―――•
•―――•
620 words dan ini part terpendek ayey wkwkwk.
lots of love,
-ichaedh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYFRIEND Or BOY FRIEND
القصة القصيرةLebih baik yang mana? Kehilangan kekasih mu? Atau kehilangan sahabat mu? Iya, aku yakin kau pasti menjawab tidak keduanya. Atau bahkan, lebih baik kehilangan salah satunya. Tapi satu hal yang perlu kau tau. Aku akan lebih memilih kehilangan keduanya...