Chapter 3

136 22 0
                                    

Aku sudah siap dengan kemeja hitam, dan celana jeans sebetis warna putih ku. Rambut ku aku biarkan tergerai. Sabtu ini aku ada janji ingin menonton film di bioskop dengan Tisha. Dia sudah menunggu di ruang tamu sejak 10 menit yang lalu.

Geni tidak ikut. Bukan karna dia tidak mau, tetapi Mama Geni tidak memberikan izin. Geni adalah satu dari sekian orang yang mendapatkan perlakuan over protective dari orang tuanya. Ya, aku dan Tisha sudah memaklumi itu. Sebab itu kami hanya berdua hari ini, tapi kami selalu bilang ke Geni kalau kami ingin pergi menonton atau semacamnya. Setidaknya, dia sudah diajak.

"Udah Nad? Yuk, Taxinya juga udah dateng" Tisha berdiri dari sofa. Dia tampak manis dengan rok 2 cm diatas lutut warna putih dan baju kaos lengan panjang warna biru muda.

"Bun, Afa pergi ya" aku meraih tangan Bunda dan menciumnya.

"Tante aku pergi ya, makasih tante udah dibuatin minum jadi ngerepotin hehe" Tisha nyengir. Dasar pencitraan.

"Iya Tisha, hati-hati ya. Kalau Afa nakal bilangin ke tante yaa." Balas Bunda.

Sial. Kenapa jadi aku?

•―――•

•―――•

•―――•

"Sha Ujan. Gimana nih kita pulang?" Ucapku setelah keluar dari Mall itu.

Kondisi aku dan Tisha benar benar tidak ada uang sedikit pun lagi. Yang tersisa hanya selembar uang berwarna abu-abu. Tidak perlu aku sebutkan nominalnya, kau tebak saja sendiri. Tadi aku bukan hanya menonton film. Tetapi juga membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu penting. Begitu juga dengan Tisha. Kami bahkan tidak menyadari kalau uang kami sudah mau habis.

Sebab itu aku kebingungan sekarang bagaimana cara aku bisa sampai di rumah tanpa betis yang membesar karena aku terlalu banyak berjalan. Jarak rumah ku dengan Mall ini cukup jauh. Tidak lucu kalau aku harus pulang berjalan kaki. Apalagi di keadaan yang hujan seperti ini.

"Gue udah mau dijemput Lando Nad, tapi gue tungguin lo deh sampe lo dijemput juga" Kata Tisha.

"Ah gila, gue minta jemput sama siapa?" Aku tidak mungkin meminta Bunda menjemputku, apalagi Deza, apalagi Kawi, apalagi Ayah. Nol besar. Aku harus berbuat apa sekarang?

Akupun membuka ponsel ku, dan membuka aplikasi LINE di dalamnya. Ada pesan dari Difa.

(Message Via LINE)

Andifa Akmal Dritama: Nad, udah pulang nonton? Lagi dimana?

Nada Zharfa Fabiola: Udah, masih di depan Mall nih gue, gabisa pulang. Soalnya gaada duit lagi terus juga ujan.

Andifa Akmal Dritama: Yauda gue jemput aja mau gak?

Nada Zharfa Fabiola: Eh boleh bangettt. Tapi ngga ngerepotin kan?

Andifa Akmal Dritama: Ngga kok, santai. Gue jalan yaa.

By the way, Difa itu teman seangkatan ku. Dia kelas 10 IPA C. Sedang aku berada dikelas 10 IPA A. Dia sudah lama mendekatiku. Akupun juga menaruh rasa tertarik padanya. Mungkin agar lebih mudahnya, bisa dibilang Difa adalah gebetan ku.

Lando yang notabene adalah pacarnya Tisha pun datang. Tisha menghampirinya. Sepertinya dia ingin memimta Lando untuk menungguku mendapat jemputan.

"Tish, gue dijemput Difa nih" Ucapku saat Tisha sudah kembali menghampiriku.

"Hah? Serius? Makin deket aja ye mainnya jemput-jemputan sekarang" Ucapnya menggodaku.

"Ah gila lu ah. Apaan si, biasa aja kok" Ucapku kesal. "Yaudah lu duluan aja Tish gapapa. Gue nunggu disini aja sendiri" sambung ku.

BOYFRIEND Or BOY FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang