Three : Zain

68 33 13
                                    


"Kalian pacaran?" Tanya Mila dan Bayu bersamaan.

"Belum tapi akan bay" jawab zain enteng.

"What gila aja gue pacaran sama lo. Mimpi aja lo! Ortu gue juga mau jodohin gue sama anak temen bokap gue, pliss deh Millaa kasih gue solusiii." Lena memasang wajah memelas,

Dia tidak tau kenapa dia akan dijodohkan sama anak om Andri.

"Tunggu berarti kalo lo gak dijodohin lo mau jadi pacar gue?" ucap zain.

"Kapan gue bilang hah? " tanyaku.

"Tadi." jawab Mila, Bayu, dan Zain serempak.

"Masa sih,  perasaan gue gak bilang deh. Udah ah gak usah bahas. Gue kan lagi tanya tentang perjodohan gue bego" ucapku dengan mengerucutkan bibirku.

"Ya udah lah terima aja kenapa sih." Jawab Bayu dan Mila kompak.

"What! Gila aja! Gue Gak Mau! Sumpah Demi! Mila gue harus gimana, kalo gue gak nurutin omongan bokap. Dia pasti kecewa banget sama gue Mil Dan tadi gue pura-pura punya pacar! Siall Siall. Gue Harus Gimana." Gumamnya

"Lo cerewet juga ternyata."

Pandangan ku beralih keorang yang ada disampingku. Zain!

"Masalah buat lo!" Jawabku ketus

"Enggak sih, tapi gue bisa bantu lo." Jawab Zain

"Serius lo?" Tanya Lena curiga.

"Serius cantik." Jawab Zain dengan senyum menghiasi wajahnya.

Lena menelan ludahnya melihatnya, jantungnya kini berdetak kencang. Lena mengalihkan pandangannya,

"Ekhem kita jadi kambing congek nih, kita cabut aja yuk" ajak Bayu

"Yux. Takut ganggu orang pacaran" Jawab Mila.

Kata-kata Bayu dan Mila sukses memuatnya buatku melongo.

"Udah jangan difikirin omongan mereka." Ucap Zain mengusap rambut Lena.

Lena tertegu, Zain segera menurunkan tanganya dan menggaruk rambut nya yang tidak gatal. Menyadari suasana yang menjadi canggung, Lena berusaha melanjutkan pertanyaanya tadi.

"Em, oh ya caranya gimana?"

"Ntar pulang sekolah lo tunggu gue digerbang, gue cabut dulu ya! gue lupa mau keruangan kapsek." Lena mengerutkan dahinya.

"Lo buat onar?" Tanya Lena

"Ya nggak lah, sembarangan!"

"Terus?" Tanya Lena

"Kepo!!" Jawab singkat Zain dengan menjulurkan lidahnya.

"Aish masa gue ditinggal sendirian sih. " gerutuku.

Aku segera meminjam novel lalu meninggalkan perpustakaan.

🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Jam menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Kelas mulai sepi siswa siswi satu persatu berhamburan keluar kelas.

"Len pulang yux. "Ajak Mila.

"Lo duluan aja, gue belakang ntar." jawabku.

Aku memilih tetap dikelas dan mendengarkan lagu menggunakan earphone. Aku tidak suka dengan keramaian, jam segini pasti gerbang sangat ramai. Sudah 15 menit aku berdiam diri dikelas, gerbang pasti udah mulai sepi.

Aku bangkit dari tempat duduk mengambil tasku , dengan gontai aku berjalan dari lorok ke lorong, kelasku hari ini emang paling pojok jadi membutuhkan waktu yang cukup lama. Kelas kelas sudah sepi hanya tinggal beberapa murid yang mengikuti ekstra kulikuler.

"Woy gue tungguin dari tadi juga."

"Astaga!" Baru sampai gerbang udah ada yang ngagetin.

"Apaan sih lo!" Cowok didepannya ini emang ngajak ribut emang. Gak liat apa orang lagi capek.

"Cepet naik!" Dia fikir siapa.

Suara deru montor mulai terdengar. Tapi aku masih tetap dalam posisi.

"Lo lupa? Lo katanya minta bantuin tentang perjodohan!"

"Oh iya, gue lupa Zain sorry." Aduh gue lupa

"Cepet naik , pake nih jaket gue."

Dia kembali kesifat awalnya. Aku hanya memutar bola mataku. Langsung ku ambil jaket nya dan memakainya untuk menutupi rokku karna montor yang di pake Zain montor gede. Aku langsung naik montor nya.

"Pegangan, gue gak mau lo lecet ntar gue lagi yang dimarahin." Semprot Zain

"Modus banget sih lo!"

"Ish dibilangin ngeyel."

Montor yang di naiki Zain kini berjalan keluar dari sekolah dengan kecepatan sedang, dengan tiba-tiba zain meninglatkan kecepatannya.

"Zain kalo lo mau mati jangan ajak- ajak gue dong!! sialan lo!" Berbagai umpatan keluar dari mulutku

"Makanya pegangan!"

Kecepatan kini bertambah lagi reflek kini tanganku melingkar di punggungnya. Bau maskulin khas Zain dapat tercium karna jarak yang sangat dekat ini, kini jantungku mulai berdetak cepat. Ini aneh tapi gue rasa parfum yang di pake Zain familiar buatku. Cuaca hari ini langit mendung, mungkin bentar lagi akan hujan. Selang 20 menit kemudian montor yang dikendarai Zain mulai memasuki perumahan elit, kecepatan kini sudah berkurang. Montor berhenti di rumah warna putih megah, suara klakson berbunyi nyarin sang penjaga pun membukakan gerbang. Montor pun memasuki pekarangan rumah.

"Lo gak mau turun?" Tanya Zain. Pegangan ku terlepas, segera aku turun dari montor.

"Lo kenapa, wajah lo pucet."

"Gue fine kok." gue bohong banget padahal kepada gue pusing banget.

"Ok."

Zain berjalan mendahuluiku, aku membututinya di belakangnya. Tapi baru 3 langkah sakit di daerah kepalaku semakin bertambah, aku berusaha tetep mengikuti langkah Zain,  namun usahaku gagal, baru selangkah tubuhku ambruk kelantai semuanya berubah menjadi gelap.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Hurt ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang