tweleft

37 21 6
                                    

#Hati2 banyak typo.

~~~~~~~~~~~

"Serius lo? Ah gue tau lo ngibulin gue kan?"
"Buat apa gue ngibulin lo? Gak ada guna."
"Kalo Mila nanyain tentang gue berarti  rencana gue berhasil. Dong!" heboh Michael.
"Rencana?" Radit mengerutkan dahinya.
"Yup, Rencananya gini nih. Pertamkan gue pacaran tuh sama sahabat Mila. Kedua Gue yakin tuh dia pasti cemburu. Ketiga kalo dia udah kasih lampu hijau gue tinggal mutusin temennya Mila. Keempat gue nembak Mila terus kita CLBK selesai." jelas Michael panjang lebar.
"Gila lo bajingan bangsat tai anj*ng. Lo gak punya otak apa." geram Radit menggebrak meja kantin tanpa memberdulilkan bakso yang belum tersentuh itu akan tumbah ataupun pecah.
Mike yang melihat itu hanya menaikkan sebelah alisnya melihat respon sahabatnya itu. Radit memang punya masalah dalam hal perempuan tapi melihat responnya yang sekarang membuat nya terkejut.
"Lo harusnya mikir. Oke  lo pacaran sama cewek itu gak pake baper. Tapi gimana kalo cewek itu justru baper hah? Cewek itu harusnya dilindungi bukan disakiti. Gue tau lo bajingan tapi kali ini lo udah keterlaluan tau gak.  Gue kecewa punya temen kaya lo." Radit langsung meninggalkan Mike tampa menoleh sedikitpun.
Mike sempat merasa bersalah namun segera ia tepis.
"Aneh." Mike mengedikkan bahunya.
Mike beralih pada hpnya ia mencari kontak nama Mila. 'Aha, ketemu juga'.
Mila: "hallo Mike."
Mike: "hallo baby. Miss you."
Mila: "Aneh lo!"
Mike: "ntar malem ada acara?"
Mila: "kayanya sih free, kenapa?"
Mike: "diner yux."
Mila: "diner?"
Mike: "yup, ditempat biasa. Gue tunggu disana tepat jam 7 ok."
Hening beberapa saat!
Mila: "oke deh."
Mike: "jangan lupa"
Mila: "apa? Guru gue udah mau masuk nih."
Mike: "dandan yang cantik."
Mila: "iya ih bawel."
Mike: "and one again."
Mila: "what again honey?"
Mike: "i love you."
Mila: "i love you too."
Clik.!
Seringaian keluar dari bibir Mike. Apa dia bilang. Benar bukan rencananya.

**********

Zelena(Lena) Prov.

Arghh..!!! Aku mengerjabkan mata berkali kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk keretinaku. Bau obat dan alkohol memenuhi indra penciumanku. 'Kenapa gue dirumah sakit?'
"Yah Lena sadar yah."
Suara rusuh yang berasal dari tempat duduk sofa membuatku menoleh. lenguhan lolos dari mulutku saat kurasa kepalaku berdengut.
"Sayang jangan bergerak dulu." cegah Ayah.
"Ayah aku panggilin dokter dulu." ucap Asa yang dibalas dengan anggukan oleh Ayahnya.
"Mana yang sakit sayang?"
"Gak ada yang sakit yahh!" dustaku.
"Sabar ya sayang bentar lagi dokter datang sayang."
Sejurus dengan itu pintu terbuka menamakkan Asa yang membawa dokter beserta beberapa suster dibelakangnya.
"Lebih baik yang lain keluar dulu." perintah seorang suster.
Gilang dan Asa hanya dapat mendesah tak rela namun masih tetap menuriti ucapan suster tersebut.
Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan Lena.
"Dengan keluarga pasien?"
Sontak Gilang dan Asa bangkit dari duduknya.
"Iya dok saya ayahnya." balas Gilang.
"Jadi gini keadaan anak bapak sudah stabil. Untuk pasien pasca melakukan operasi wajar jika mengalami pusing kepala ataupun muntah muntah. Namun sejauh ini kondisinya baik baik saja." ucap dokter panang lebar.
"Syukurlah." balas Gilang dan Asa bersamaan.
"Pasien bisa pulang kira kira besok siang. Namun harus melakukan rawat jalan. Jangan lupa obatnya harus diminum teratur." lanjut dokter.
"Baik dok makasih banyak."
"Sama sama. Sudah menjadi tugas saya sebagai dokter. Kalo begitu saya permisi."
Dokter telah berlalu, begitu pula dengan Gilang dan Asa yang sudah kembali keruangan Lena dirawat.

"Ayah sama kakak kok gak jadi balik ke jerman?" tanya Lena.
"Aish. Adek gue aja sakit gini mana tega abangmu ini yang tampan tingkat dewe tinggalin kamu sendirian."
"Mulai deh tingkat kepedeannya." cibir Lena.
Gilang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya ini.
"Ayah bersyukur kamu gak papa. Ayah sempat takut kehilangan anak gadis ayah."
"Lena kan kuat yah."
"Gimana sama memori lo.  Udah inget masa lalunya belom?" tanya Asa.
"Udah."
Hening beberapa saat seperti sibuk dengan fikiran masing masing.
"Lena masih anaknya ayah kan? Lena masih adiknya abang kan?" tanya Lena lirih.
"Pasti lah." jawab Gilang dan Asa kompak.
"Aaaaa Lena sayang sama ayah sama kakak juga." Lena langsung menghambur kepelukan kakak dan ayahnya.
"Jadi sekarang ceritain sama kita tentang keluarga kamu." tanya Asa antusias.
"Aku ...." ucapannya tergantung, otaknya sedang berfikir keras.
"Aku apa?" kini Gilang ayahnyalah yang penasaran.
"Aku yatim piatu...." dia ingat betul ibunya meninggal saat melahirkannya dan ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat saat ia sedang kerja, lalu "aku punya kakak."
”tunggu." arghh otak udang ini kenapa susah banget ngingat kakak sendiri sih.
"Aku masih belum ingat tentang kakakku maaf. Argh pasti aku akan jadi adik paling durhaka didunia."
"Jangan dipaksa kalo emang gak inget." ucap Asa lembut sambil mengusap rambut adik kesayangannya ini.
"Istirahat gih, biar besok udah boleh pulang."
"Aku kan abis tidur panjang yahh masa disuruh tidur lagi." lena menggembungkan pipinya.
"Iya deh iya. Ayah pulang dulu aja istirahat. Biar Lena aku yang jaga yah." perintah Asa.
"Baiklah, jaga adikmu ini. Pastikan obat yang diberi dokter diminum nya." ucap Gilang ayahnya sebelum berlalu meninggalkan kakak beradik tersebut.
"Sekarang cerita ke kakak siapa Zain?" tanya Asa menginterupsi. Ia benar benar penasaran kenapa adiknya sakit kepala sebegitu hebatnya hanya karena telfon dari seseorang yaitu Zain.
"Zain....? Telfon..?" Lena memutar otaknya untuk memahami semuanya yang tampak abu abu.
"Tunggu Zain?" tubuhnya langung bangkit dari tidurnya.
"Run!!!" pekik Lena membuat Asa kebingunngan.
"Kenapa lari?" tanya Zain bingung.
"Telfon Bayu." perintah Lena.
Asa langsung membuka hpnya mencari nama Bayu.
"Nih nomernya udah gue telfon tunggal nunggu diangkat."jelas Asa.

"Haloo"

"Bay ini gue. Jawab gue dimana Zain dirawat?"

"Rs. Kasih Ibu kenapa emang?"

"Ruangan?"

"Anggrek nomer 3."

Clik!
Panggilan dimatikan sepihak oleh Lena.
"Ini Rumah sakit apa kak?"
"Rs. Kasih ibu kenapa?" jawab Zain polos.
Lena langsung mengambil infus lalu ia turun dari brankar, namun usahanya gagal. Tubunya tumbang beruntung ada Asa yang sigap menangkapnya.
"Jangan jalan dulu. Dokter bilang harus istira-"
"TAPI GUE HARUS LIHAT KEADAAN DIA KAK. GUE GAK BISA TENANG KALO DIA KENAPA KENAPA." Bentak Lena. Dadanya naik turun menahan emosinya yang meluap luap, ia mengerucutkan bibirnya.
"Kyaa turunin gue." pikik Lena saat dirasakan tubuhnya diangkat dari brankar.
"Udah diem. Dimana ruangannya?" tanya Asa.
"Anggrek nomer 3."

Asa menggendong adiknya untuk mencari ruangan anggrek nomer 3. Aksi yang dilakukan Asa memang membuat banyak orang melihatnya. Beberapa dari mereka melihatnya iri namun tak jarang pula mereka membisikkan kata-kata yang kurang suka.  Namun Asa dan lena menghiraukannya.

"ANGGREK NO. 3"

-------

Hurt ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang