Number Eight

117 26 4
                                    

Aku mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatanku. Tubuhku terasa begitu lemas dan kepalaku masih berdenyut kencang. Aku menggeliat pelan. Samar-samar kudengar suara bel berbunyi. Kulirik jam dinding, waktu telah menunjukan pukul 2 siang. Aku bangkit, bersandar di kepala ranjang. Fikiranku melayang kembali mengingat-ngingat kejadian tadi siang. Saat mengobrol dengan Zain rasa pusing mendatangiku. Terpaksa aku kabur ke UKS. Siall gue lupa lagi beli obat tadi malem.
"Argh" aku memijat pelipisku.

Kenapa kejadian hari ini begitu datang bertubi-tubi sih. Dari berangkat bareng Lucas, terus Lucas yang mau cium gue, kak Asa dan papa yang Pulang, dan kenapa sakit kepala gue kambuh lagi. Padahal semua saran dari dokter Billy gue jalanin semua.

Aku menurunkan kakiku dari ranjang berjalan kearah pintu. Sekolahan sudah sepi. Hanya beberapa murid yang masih di kelasnya.

'Ah sial emang kelasku paling belakang jadi mau gak mau gue harus berjalan jauh.'
Badanku masih lemas lagi. Apa Mila, Bayu, dan Zain nyariin gue ya?.
Langkahku akhirnya berhenti juga di depan kelasku. Pintu kelas masih tertutup.
Cklek!

"Lucas?" Ucapku ditelan angin hingga tak tersengar oleh orang yang kupanggil.

Aku melihat lucas yang tertidur dibangku ku memegangi tasku. Lihatlah bahkan saat tidur dengan wajah polosnya mempertambah ketampanannya.

"Luke Hay."aku mengusap rambutnya.
Apa dia ketiduran nungguin aku?

"Eemmm" Lucas mengerang, matanya mengerjab berkali kali.

"Hay bangun, pulang yux." Ajakku.
Lucas menguap.

"Oh oke. Sorry gue nyariin lo dari tadi tapi gak nemuin lo, jadi gue nungguin dikelas lo eh malah gue yang ketiduran" Lucas meringis dan menggaruk tengkuruknya yang tidak gatal.

"Lagian lo juga sih gue cariin gak nemu-nemu. Ngumpet dimana sih, kalo lo masih marah ma gue, gue minta maaf." Sambung Lucas.

"Selow woless okay, gue laper gue cari makanan aja yux." Aku menarik ujung baju Lucas agar berjalan cepat.

"Tapi gue gak laper Len."

"Tapi gue laper bego."

"Apa lo bilang, gue gak bego ya gue rengking 1 paralel kalo lo tau. Dan gue tau lo rengking 1 dari bawah." Tukas Lucas.

Aku hanya mendengus. Apa apaan dia. Dia fikir dia siapa!!

"Ya udah kalo lo gak mau gue bisa pergi sendiri. Gak perlu lo hina hina gue dulu kalo lo emang gak mau nemenin gue."

Aku berjalan mendahului Lucas tanpa menghiraukan panggilan dari Lucas.

"LENAA!!" Suara teriakan dari belakangku membuatku menghentikan langkahku dan mencari asal suara tersebut.
Zain?

"Gue nya-"

"Gue laper Zain." Belum sempat Zain mengucapkan sesuatu aku langsung memotongnya.
Zain tersenyum lalu mengusap rambutku. Mungkin itu kebiasaan Zain lakukan padaku.

"Oke ayo cari makan." Zain menarik tanganku menuju montornya.
Derungan montor terdengar nyaring ditelinganya.

"Ayo naik len."

Hurt ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang