Eleven

37 20 3
                                    

Suara pekikan seorang gadis menggelegar seantero apertemen milik Michael membuat semua orang didalamnya diam terpaku. Erangan menggelagar terdengar kembali. Keringat mulai membasahi dahinya. Sesekali ia memukuli kepalanya sendiri. Hingga tubuhnya terkurai lemas ambruk dan tak sadarkan diri.

Michael yang baru sadar dari lamunannya langsung menggendong gadis tersebut membawanya kerumah sakit untuk diberikan penanganan medis.

Dari belakang Andri ayah Michael, Gilang ayah Lena, Lucas dan juga Asa mengikuti Michael.

"Sabar sayang kita akan kerumah sakit." ucap Michael pada gadis tersebut.
Tidak ada jawaban karna gadis tersebut masih tak sadarkan diri. Mike langung membawa Lena ke Rumah Sakit terdekat. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Keadaan jalan ibu kota yang lumayan sepi membuatnya cepat sampai kerumah sakit.

Kurang dari 30 Menit kini mobilnya sudah memasuki area rumah sakit. Mike langsung membawa Lena masuk kedalam rumah sakit tersebut.
"Sus tolong pacar saya." ucap Michael pada suster yang duduk dimeja resepsionis.
Suster tersebut langsung membawanya ke ruangan UGD.
"Baik mas, silahkan mas melakukan biaya administrasi dulu." ucap suster tersebut.
"Biar saya saja sus yang bayar. Mike kamu jaga Lena saja." ucap ayah Lena.
Susterpun mengiyakan, begitupula Mike.

Suster mendorong tempat tidur yang Lena tempati kearah ruangan UGD. Diikuti pula Mike, Andri, Lucas dan Asa.
"Maaf yang lain dilarang masuk." perintah suster yang memblokir akses pintu ruangan UGD.
Mereka hanya bisa mendesah kecewa. Mereka memilih duduk ditempat duduk sebelah pintu UGD dengan fikiran yang berkecamuk diotak masing masing.

Mike merogoh saku celananya mengambil sebuah hp. Hp itu bukan miliknya melainkan milik orang yang sedang terbaring tak sadarkan diri diruang UGD, siapa lagi kalo bukan Lena. Mike membuka hp tersebut. Untung tidak ada kunci sehingga dirinya bebas mengetahu apa yang ada didalamnya. Tujuan utamanya adalah panggilan terakhir. "BAYU". Dahinya mengerut 'siapa dia' fikirnya dalam hati. Mike langsung menelfon balik nomer bernama 'bayu' tersebut.

"Gimana len darah lo apa? Tadi gue udah telfon kembar sialan dika diki katanya sih darahnya sama."

"........."

"Len lo masih disana?"

"Halo."

"Halo lo siapa? Mana lena?"

"Dia dirumah sakit. Gue gak perduli siapa lo. Gue hanya mau tau apa yang lo bilang sama lena sampai dia kesakitan hah!"

"APA? Dimana lena sekarang? gue cuma bilang temen kita kecelakaan dan dia kekurangan darah. Terus aku tanya golongan darahnya apa?"

"Hanya itu?"

"Ya, dimana lena sekarang?"

"Rumah sakit Kasih Ibu."

Clik.
Mike menutup telfonnya tanpa mendengar balasan dari penelfon tersebut. Gilang Ayah Lena juga sudah kembali setelah menyelesaikan urusan administrasinya. Selang beberapa menit pintu UGD terbuka menampilkan dokter yang memeriksa keadaan Lena.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya ayah Lena.
"Lebih baik kita bicarakan diruangan saya." balas dokter tersebut.
"Baik dok." jawab ayah Lena.
Mike, asa dan ayah Lena mengikuti dokter dari belakan. Sedangkan ayah Mike ditugaskan menunggu di UGD.
Mereka memasuki ruangan doter tersebut.

"Sebelumnya saya ingin bertanya sebenarnya apakah pasien pernah mengalami benturan yang sangat keras dikepalanya?"
Semua hanya diam karna memang tidak ada yang tau. Namun suara gegaduhan terdengar jelas dari belakang pintu. Membuat semua orang menoleh kearah pintu dengan kening berkerut.

Hurt ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang