“Apa yang kaufikirkan, Juliet?” –Charlie Rowe.
****
-Justin Bieber Point Of View-
Aku memberitahu Niall akan hilang nya Juliet, dan dia terkejut. Tentu saja. Aku yakin bahwa penculik itu kembali mengancam Juliet tadi malam, namun ada satu hal yang tidak kumengerti. Jared. Mengapa penculik itu belum juga mengembalikan Jared? Jared adalah anak yang cerdas -Itu yang ku tahu dari Juliet. Jika penculik itu sudah mendapatkan Juliet, mengapa ia belum mengembalikan Jared? Kini kurasa hanya ada dua kemungkinan. Pertama, penculik Jared dan penculik Juliet adalah orang yang berbeda. Atau Kedua, ...Jared memang tidak ingin pulang dan ingin terus bersama mereka.
Jika aku berfikir kemungkinan yang pertama, itu tanda nya semuanya akan menjadi semakin sulit, tentu saja aku akan mengejar Juliet terlebih dahulu, namun ...aku yakin Juliet tidak akan mau dibawa kabur begitu saja tanpa Jared, namun jika aku berfikir kemungkinan kedua itu tanda nya penculik Juliet adalah orang yang cukup dekat dengan Jared. Oh! Ralat, penculik itu mungkin bisa dikatakan sangat dekat dengan Jared sehingga Jared masih ingin bersama mereka.
Aku mengeluarkan ponselku, lalu dengan gerakan cepat aku mengetikan nomor ponsel Julia lantas ku dekatkan ponselku ke telingaku. Aku menunggunya, menunggu Julia mengangkat panggilan dariku. Astaga, dia lama sekali, sudah lebih dari 8 nada yang terdengar dari ponselku, namun Julia masih belum mengangkatnya, aku mengetuk-ngetukan jari telunjuk ku pada ujung lututku dengan cepat, berharap dengan begitu Julia akan mengangkat panggilanku dengan cepat, dan ...akhirnya suara Julia kembali terdengar di telinga ku.
“Justin?” Suara Julia terdengar parau, dapat dipastikan bahwa kembaran dari Juliet ini pasti habis menangis, bahkan isakannya masih terdengar hingga saat ini.
“Julia, bisa aku bertemu denganmu sekarang juga?“
“Tentu, dimana?”
“Di Café dekat rumah mu? Bagaimana?”
“I'm on my way,” Aku menghela nafas lega, tadinya aku sempat berfikiran bahwa Julia juga ikut diculik oleh penculik Juliet dan Jared itu, karena kau tahu, dia adalah gadis yang ceroboh, tidak jauh berbeda dengan Juliet, Juliet juga bisa menjadi sangat ceroboh apalagi kebiasaan nya melamun saat aku sedang menyalin PR nya di Cafetaria. Aku mempehatikannya. Tentu saja.
Meskipun aku tidak menoleh kearahnya setiap saat, namun aku tahu dia memperhatikan ku sambil melamun, dan mengingat hal itu membuatku terkekeh pelan, meskipun tak bisa kupungkiri bahwa aku benar-benar merindukannya sekarang, aku merindukan suara nya, wajah nya, canda nya, tawa nya, bahkan kecerobohan yang ada pada dirinya.
Aku ingin bersama dengannya, memeluk tubuhnya dengan erat, berusaha menyalurkan kehangatan untuknya, berusaha membuatnya tenang setiap kali ia menangis atau mendapat masalah, aku suka memeluk Juliet karena aku merasa nyaman saat berada di dekatnya, saat aku memeluknya aku merasa bahwa dunia hanya akan menjadi milik kami berdua.
Yeah, hampir semua pasangan di dunia akan mengucapkan kata itu bukan? Dunia akan terasa menjadi milik berdua saat sepasang kasih sedang bersama, bedanya adalah aku dan Juliet tidak berpacaran, Oh! Maksudku belum, kami belum berpacaran namun cepat atau lambat ia pasti akan menjadi milikku.
Dan mendengar kenyataan bahwa aku belum berpacaran dengan Juliet membuatku merasa bersalah pada Julia. Julia ...Julia! Oh! Astaga, bagaimana aku bisa melupakan Julia? Dia pasti sudah berada di Cafe saat ini, dan aku justru melamun di sofa ruang tamu rumahku. Astaga, bodohnya aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HeartBreaker ( Justin Bieber's Indonesian Love Story )
FanfictionGue suka sama dia. Gue sayang sama dia. Bahkan, gue cinta sama dia. Tapi sayang, kita cuman sahabat. *** Gue terkadang merasa ga adil. Karena kembaran gue bebas melakukan apa aja. Sedangkan gue selalu dituntut untuk jadi anak baik, pinter dan nurut...