Shocked

488 8 0
                                    

Warning : Maap nge-Post nya kelamaan.

-Juliet Gilmore’s Point of View-

Aku, Charlie, Jared, dan Greyson kini sedang berada di Food Court bandara Verona untuk sarapan. Well, aku tidak makan selama perjalanan, dan itu cukup membuatku kelaparan. Charlie tidak memesan makanan karena ia bilang jika ia sedang tidak dalam keadaan lapar, sedangkan Greyson dan Jared, mereka memang tukang makan.

Charlie bangkit dari duduknya ketika ponselnya berdering, lalu ia mulai menjauh dari tempatku berada saat ini begitu saja, aku tidak ingin tahu siapa yang menelfonnya, lagipula aku juga tidak peduli dengannya sama sekali. Aku menjatuhkan garpu dan sendok ku sehingga suara dentuman antara sendok, garpu dan piring terdengar cukup kencang, membuat Greyson seketika menoleh kearahku.

Aku menatap kosong ke depan. Mood makan ku hilang. Yang aku inginkan sekarang adalah bersama dengan Justin, bukan dengan Charlie. Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Jika saja aku bisa membawa Jared pergi dari tempat ini sekarang juga, mungkin aku sudah melakukan sejak tadi, namun, kurasa tidak semudah itu.

Jared terlampau dekat dengan Greyson. Dipisah kamarkan dengan Greyson saja dia tidak mau, bagaimana jadinya jika aku memisah kota-kan mereka? Mungkin Jared akan menangis setiap malamnya, dan tentu saja aku tidak ingin itu terjadi. Greyson berdehem, membuatku seketika menoleh kearahnya. Aku memberinkan tatapan -ada-apa?- pada Greyson yang dibalas Greyson dengan desahan. Apa? Apa yang salah?

“Kau memikirkan Justin, am I right?” Greyson menautkan salah satu alisnya, kini aku yang mendesah, ya, Greyson memang benar, aku memang memikirkan Justin sejak tadi, aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkannya sekarang. Astaga.

 “Kau tahu tentang Justin?”

“Tentu saja, aku yang mencari tahu tentangnya. Well, harus kuakui, ia cukup pandai dalam bermain basket, namun, ia benar-benar seperti bajingan diluar sekolah-” Aku terkekeh. Well, itu benar-benar membuatku merindukannya kembali sekarang. “Kau tahu Juliet? Kurasa Justin juga menyukaimu, hanya saja ia terlalu tidak percaya diri untuk menyatakan cinta nya padamu, sehingga ia menyatakan nya pada Julia yang-”

“Wait, dari mana kau tahu tentang yang satu itu?” Aku menatapnya dengan tatapan menyelidik, membuatnya berdigik ngeri, Greyson tidak menjawab. Ia justru mengeluarkan ponsel nya dan mulai menyibukkan dirinya dengan ponselnya seakan-akan pertanyaanku tadi sama sekali tidak masuk ke dalam gendang telinganya. Astaga, ia masih sama seperti dulu.

“Greys-”

“Katakan padaku seberapa besar kau mencintai Justin?”

“Wait, what? Apa maksudmu Greys?”

“Seberapa besar kau mencintai Justin, Juliet? Apa kau benar-benar mencintainya, atau kau sudah tidak lagi mencintainya sejak Justin menyatakan cinta nya pada Julia?” Suara Greyson kini lebih tinggi dari sebelumnya. Astaga, aku benar-benar tidak mengerti apa maksudnya.

“Greyson, aku tidak mengerti-”

“Kau hanya harus bilang Ya atau Tidak! Apa kau mencintai Justin, Juliet Gilmore?” Suara Greyson semakin meninggi, aku mendesah.

“Ya, aku mencintainya. Sangat.”

“Hubungi dia sekarang. Dengan ponselku,” Greyson mengulurkan tangannya yang menggenggam ponsel pipih berwarna hitam, dengan segera aku mengambil ponsel pipih itu dari genggamannya.

“Pergilah ke toilet bandara ini, agar Charlie tidak curiga,” Aku hanya mengangguk, lalu dengan langkah kelewat cepat aku berjalan mencari toilet yang ada di bandara ini. Ah! Dapat!

HeartBreaker ( Justin Bieber's Indonesian Love Story )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang