CHAPTER 07

110 13 0
                                    

Yunho memejamkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pandangan matanya. Bau pengap langsung menyeruak menusuk hidung. Dia berada disebuah gudang tua.

"Sudah bangun." Ucap seseorang yang lebih tepat disebut bisikan.

Kesadaran Yunho belum sepenuhnya pulih. Kepalanya masih terasa berputar dan badannya terasa sakit. Ia merasakan tangan dan kakinya diikat dengan kuat pada kursi yang didudukinya.

Dia mencoba membuka mulutnya tetapi tidak ada kata yang keluar. Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?

"Tenang saja kau tak akan mati dengan cara seperti ini," lanjut pria itu.

"Apa yang kau inginkan?" kata Yunho setelah kesadarannya kembali.

"Aku tak yakin kau bisa memenuhi apa yang aku inginkan."

Yunho menatap sosok yang kini berada di hadapannya. Ia tidak mengenalinya, mungkin karena pria itu masih mengenakan masker dan topi.

Pria itu berjalan sambil menarik kursi mendekati Yunho. Pikiran Yunho semakin kalut, dia tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padanya. Mungkin dia sudah harus menyiapkan skenario terburuk yaitu kematiannya. Pria itu melipat dan meletakkan tangannya pada sandaran kursi –kursinya dibalik– menghadap Yunho.

"Hadiah." Katanya pelan sambil memperlihatkan selembar foto. Yunho terdiam, dia mengetahui dengan pasti apa yang ada dalam foto tersebut. Itu adalah foto keluarganya dan juga Yoomi sekitar sebulan yang lalu pada saat keluarga mereka berlibur di Pulau Jeju, merayakan peringatan pernikahan kedua orang tuanya yang ke-16.

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka?" desis Yunho.

"Tak ada. Aku hanya ingin mengambil semua yang telah kau rebut dariku." Kata pria itu lagi sambil meremas foto tersebut dan melemparkannya ke arah Yunho.

"Memang apa yang telah aku rebut darimu?!" teriak Yunho, ia telah kehilangan kesabarannya kali ini. "Aku bahkan tidak mengenalmu."

"Kau memang tidak mengenalku." Pria itu tersenyum getir, "Karena keberadaanku telah dihapus oleh seseorang."

"Jika kau membenciku. Jangan pernah libatkan keluargaku dalam hal ini." ancam Yunho.

"Aku tidak bisa menjamin hal itu."

"Aku akan membunuhmu jika kau menyentuh mereka barang seujung rambut."

Pria itu menarik rambut Yunho membuatnya menengadahkan kepalanya. "Kau bukan di posisi untuk memilih." Ancamnya sambil mengeluarkan ponsel. Setelah itu hanya teriakan seorang gadis yang terdengar. Yunho menyadari bahwa itu adalah suara Jihae. Dia tidak bisa membayangkan apa yang telah pria itu lakukan hingga mampu membuat Jihae berteriak seperti itu.

Pikiran Yunho mulai kacau, otaknya menolak untuk menerima apa yang baru saja dia dengarkan. Semakin ia berusaha untuk menolak bahwa itu suara Jihae maka semakin sering juga wajah Jihae terlintas dalam pikirannya.. "Hentikan! Aku akan membunuhmu!" Yunho berteriak frustasi

"Akan kunantikan." Pria itu meninggalkan Yunho setelah mematikan rekaman suara itu.

"YA!" teriak Yunho berusaha lepas dari ikatan yang membelenggunya. "Kau tidak lebih dari seorang pengecut yang menyembunyikan diri dibalik masker!"

Diraihnya sebuah kayu seukuran tongkat bisbol, pria itu membalikkan badannya dan berjalan cepat.

Deg. Rasa sakit dirasakan Yunho pada kepalanya disertai cairan hangat yang mengalir melewati wajahnya. Pukulan itu tidak cukup kuat untuk membuatnya kehilangan kesadaran tapi cukup untuk membuatnya kepalanya sakit seperti terbelah. Ia meringis kesakitan.

The Fregoli DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang