CHAPTER 26

106 14 0
                                    

Dan akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Jaejoong memasuki ruangan interogasi yang sudah mulai terasa akrab baginya. Namun kali ini detak jantungnya menjadi tak beraturan, tatkala ia melihat sosok yang kini akan berhadapan dengannya. Ia memandangi sosok itu dengan sorot mata yang sulit dijelaskan. Amarah, kerinduan, dan kebencian semua tergambar di dalamnya. Ia pun mulai mengambil tempat duduk di depan wanita itu. Tangannya sedikit bergetar.

Wanita yang duduk di depannya saat ini adalah Lee Eunju, ibu kandung Jaejoong.

Ia memandangi putranya begitu lekat, air matanya tak mampu lagi ia bendung. Begitu lama-nya ia tak melihat Jaejoong. Putranya yang ia tinggalkan di Daegu. Yang mungkin saat ini telah amat sangat membencinya.

"Jaejoong..." ucap ibunya sambil berusaha menggapaikan jemarinya ke wajah Jaejoong. Namun Jaejoong menarik wajahnya, tak sudi untuk disentuh. Eunju sangat memahami alasan kenapa Jaejoong bersikap seperti itu. Memang ia pantas dibenci. Memang ia bukan seorang ibu yang baik. Ia sesungguhnya telah gagal menjadi seorang ibu.

"Ibu tahu kau marah pada ibu..." lirihnya lagi, bulir tangis itu semakin deras membasahi wajahnya yang sudah menua. "Memang ibu salah, ibu tidak mengurusmu, tidak memberimu kasih sayang. Namun semua itu sebenarnya tidak seperti yang kau pikirkan..."

Hening. Jaejoong hanya memandangi ibunya dengan lekat. Wajahnya terlihat sedih sekaligus marah. Namun ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya terdiam.

"Maafkan ibu..." Eunju terisak kembali, tangisnya mulai tak terkendali.

"Kenapa ibu meninggalkan aku?" tanya Jaejoong dengan suara lirih seperti anak kecil. "Aku selalu menunggu ibu, tapi ibu tak pernah datang. Apakah ibu sudah melupakan aku?"

"Tidak sama sekali..." Eunju meraih tangan putranya dan menggenggamnya dengan erat. Ia pun menatap Jaejoong begitu dalam. "Ibu mencari pekerjaan ke Daejeon untuk memperbaiki hidup kita. Namun ibu tak mungkin membawamu. Ibu tidak punya uang sepeserpun saat itu, jadi ibu harus menitipkanmu agar kau tidak kelaparan. Agar kau tidak kedinginan... ibu sangat ingin menengokmu di Daegu, namun uang yang ibu punya tak pernah cukup untuk pergi ke sana. Sampai akhirnya ibu memiliki cukup uang dan ibu pergi untuk menemuimu, namun kau sudah tidak ada. Orang-orang di sana mengatakan kau sudah keluar dari sana dan memulai sendiri hidupmu karena kau sudah bisa bekerja sendiri. Apakah kau tahu betapa ibu sangat mencemaskanmu saat itu? Setelah itu ibu mencarimu kemana-mana, bertanya pada semua orang, bahkan ibu merasa tak bisa kembali ke Daejeon sebelum ibu menemukanmu. Namun kemudian ibu sadar, kau mungkin sudah tumbuh menjadi lelaki yang pintar. Kau tentu bisa menjaga dirimu. Itulah yang berulang-ulang ibu bisikkan pada diri sendiri saat dalam perjalanan kembali ke Daejeon..."

Jaejoong tampak mulai menitikkan air matanya. Ia merasakan rindu yang begitu mendalam pada ibunya. "Lalu ibu menikah lagi dengan pria itu?"

"Maksudmu Tn. Jung? Ibu menikah dengannya karena dia pria yang sangat ramah dan penuh tanggung jawab. Tapi ibu tidak pernah menceritakan banyak hal tentangmu karena ibu tak mau membuatnya ikut khawatir. Cukup ibu saja yang memikirkan cara untuk menemukanmu. Dia sama sekali tidak jahat, dan ibu tidak meninggalkanmu karena ibu ingin bersamanya. Percayalah pada ibu... tidak ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya demi bersama dengan laki-laki lain..."

Sejujurnya Jaejoong masih sangat menyayangi ibunya, namun ia tidak tahu apakah ia harus percaya dengan semua cerita yang baru saja diakui ibunya. Ia sudah terlalu lama menanam-kan keyakinan di hatinya bahwa penyebab ibunya meninggalkannya adalah karena pria itu. Bahkan pria itu juga yang mungkin sudah membunuh ayahnya. Ia sampai saat ini masih belum meyakini bahwa ayahnya bunuh diri dengan racun. Menurutnya memang ada seseorang yang sengaja ingin membunuh ayahnya. Dan orang itu adalah Tn. Jung.

"Sekarang apakah ibu rela meninggalkan pria itu demi aku?"

Pertanyaan itu membuat Eunju tersentak. Ia tak menyangka Jaejoong akan menanyakan hal itu. "Ke-kenapa kau ingin ibu meninggalkannya?"

"Karena aku bisa menjaga ibu. Kita bisa hidup tanpa dia, dan aku tidak pernah ingin memiliki pengganti ayah."

"Ta-tapi..." Eunju merasa bingung harus menjawab apa. Ia sudah terlanjur menyayangi keluarga itu. Tn. Jung, Yunho, dan Jihae. Tetapi ia juga meyayangi Jaejoong. Namun ia tak pernah menduga Jaejoong ingin agar ia meninggalkan keluarga barunya. Jaejoong yang sudah ia sakiti sekian lamanya, Jaejoong yang tidak pernah mendapatkan haknya sebagai anak untuk mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Apakah kali ini pun dia akan mengecewakan Jaejoong lagi untuk ke sekian kalinya?

"Ibu tidak bisa, kan?" desak Jaejoong. "Aku tahu ibu memang tidak mungkin bisa lebih me-milih aku dibandingkan mereka. Ibu tidak pernah menyayangiku."

Jaejoong mendorong kursinya dan beranjak pergi begitu saja meninggalkan ruangan kecil itu.

"Jaejoong..." lirih Eunju. "Ibu sangat menyayangimu." Kata-kata itu hanya bisa diteriakkan-nya dalam hati. Karena ia tahu, kini walau seribu kali pun ia mengucapkannya, Jaejoong tidak akan percaya.

***

Yoochun menepuk bahu Eunju—atau yang lebih dikenalnya sebagai Ny. Jung—saat ia melihat wanita itu keluar dari ruangan. Ia sudah melihat apa yang terjadi di dalam sana dari balik kaca 2 arah. Pembicaraan antara Jaejoong dengan ibu kandungnya telah semakin mem-perjelas motif pembunuhan. Jaejoong mencari seseorang dengan ciri fisik yang sama seperti Tn. Jung. Dan kini jelaslah sudah kenapa Jaejoong membenci pria yang tak dikenalnya itu.

"Aku kira dengan mempertemukannya denganmu akan membuat situasinya menjadi lebih baik," ucap Yoochun dengan suara menyesal.

Eunju hanya tersenyum sedih. "Jaejoong tidak dapat disalahkan atas semua ini..."

"Mungkin tidak, tapi putramu sekarang sudah berubah menjadi seorang pembunuh," Yoochun mengeluarkan sebuah kertas dan menunjukkannya pada Eunju. Itu adalah hasil tes kejiwaan yang dulu pernah dilakukan pada Jaejoong. Dan hasilnya menunjukkan bahwa dia memiliki kepribadian yang tidak biasa. Dia adalah seorang psikopat.

Eunju tampak masih tidak bisa menerima informasi itu. Dia menggeleng kuat, membayang-kan wajah putra kecilnya yang tak berdosa. Putranya yang terbuang. Ialah yang membuat Jaejoong tumbuh menjadi seorang psikopat.

"Detektif Park, aku mohon jangan sakiti dia. Jaejoong sudah waktunya merasa bahagia. Jika kau ingin menghukum seseorang, maka hukumlah aku..."

Yoochun sekali lagi mengelus bahu Eunju dengan penuh empati. "Maafkan aku, Ny. Jung. Tapi jika kau ingin membuatnya bahagia, maka bahagiakanlah dia sekarang."

***

The Fregoli DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang