CHAPTER 15

97 11 0
                                    

Hujan turun ketika Jaejoong bangun tengah malam. Napasnya terasa berat dan keringat dingin mengalir melewati sekujur tubuhnya. Malam ini terasa berat bagi Jaejoong, mimpi-mimpi membuatnya cemas. Akhirnya ia bangun dan duduk meringkuk di ujung kasur.

Beberapa jam kemudian hujan mulai reda, sinar matahari masuk melewati celah-celah jendela. Membuat Jaejoong tersadar bahwa hari sudah pagi. Ia mulai bangkit.

"Aku tidak boleh seperti ini." katanya sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya. Meraih handuk dan masuk ke kamar mandi.

Ia membiarkan kepalanya diguyur oleh air yang mengalir. Berharap bahwa air itu dapat menghilangkan semua kecemasannya. Malam itu Yoochun tidak membawanya secara paksa ke kantor polisi karena ia berjanji akan memenuhi panggilan pihak kepolisian keesokan harinya.

"Kau mau kemana?" tanya Jihoon saat melihat Jaejoong keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi padahal setahunya Jaejoong sedang tidak ada jadwal kuliah hari ini.

"Detektif itu datang lagi. Ia melihat kamarku dan menemukan sesuatu yang dianggap mencurigakan. Sehingga ia memintaku untuk memberikan keterangan," jelas Jaejoong.

"Jika kau tidak bersalah, kau seharusnya tidak perlu takut. Buktikan saja pada detektif itu kalau kau tidak bersalah. Semoga kecurigaannya terhadapmu segera menghilang." kata Jihoon mencoba menenangkan.

Jaejoong hanya tersenyum tipis sambil melambaikan tangannya. Ia segera mengendarai sepeda motornya menuju kantor polisi.

***

"Selamat pagi, Kim Jaejoong." Sapa Yoochun saat melihat Jaejoong sudah duduk di dalam ruangan interogasi.

Yoochun tidak melihat alat-alat medis yang menempel pada tubuh Jaejoong seperti pada Changmin. Ia yakin bahwa ia sudah meminta Yoona dan Dr. Kang untuk melakukan hal yang sama.

"Kenapa?" tanya Jaejoong saat melihat wajah kebingungan Yoochun. "Kau pasti bertanya-tanya kenapa mereka tidak memasang alat deteksi kebohongan padaku, kan?"

Yoochun mengambil duduk di depan Jaejoong dan menunggu penjelasannya lebih lanjut.

"Aku menolaknya," terang Jaejoong, "Kau tidak boleh memaksa seorang saksi untuk menggunakan alat pendeteksi kebohongan jika ia menolaknya bukan?"

"Sepertinya kau mengetahui soal hukum." Jawab Yoochun. "Apa ada alasan khusus mengapa kau menolaknya?"

Jaejoong terdiam, ia tidak tahu harus memberikan alasan yang mana.

"Kuharap kau mau bekerja sama. jika kau tidak mau, kau akan kena masalah karena meng-hambat kerja polisi." Ancam Yoochun, dia terdiam untuk melihat reaksi Jaejoong tetapi Jaejoong tetap menutup mulutnya. "Kau pasti memiliki masalah yang ingin kau sembunyi-kan, selama masalah itu tidak berhubungan dengan kasus yang kutangani maka aku tidak akan menanyakannya. Dan maaf soal tempo hari."

Jaejoong tersenyum getir. Ia mengingat kejadian tempo hari saat Yoochun bertanya mengenai keluarganya. Ia hanya membalas dengan anggukan pelan.

Dr. Kang memasuki ruangan dan mulai memasangkan beberapa sensor pada tubuh Jaejoong. Jaejoong hanya bisa diam dan berharap ini segera berakhir.

Setelah semua sensor terpasang, Yoochun memulai dengan 4-5 pernyataan sederhana seperti nama, alamat dan beberapa informasi yang sudah diketahuinya saat membaca profil Jaejoong. Hal ini dilakukan untuk merekam parameter seperti detak jantung pada saat keadaan normal. Hasil grafiknya memperlihatkan gelombang naik-turun yang stabil. Jaejoong menjawab semua pertanyaannya dengan jujur.

"Kau tahu bahwa 3 kasus pembunuhan berantai yang kutangani, semua korbannya mati karena racun?" tanya Yoochun. "Apakah–"

"Aku tahu." Potong Jaejoong. Yoochun menatapnya emosi, ia merasa bahwa Jaejoong tidak sopan karena memotong pembicaraan seperti ini. "Junsu menceritakannya padaku. Kau sudah menahan Junsu karena kau mencurigainya sebagai pelaku. Jadi mengapa kau juga mencurigaiku hanya karena sebuah buku?"

The Fregoli DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang