CHAPTER 19

92 9 1
                                    

Yoochun baru saja memperoleh konfirmasi dari Dokter yang menuliskan resep itu. Dokter itu mengatakan memang benar bahwa Kim Junsu adalah salah satu pasiennya.

"Kim Junsu, dia adalah salah satu pasienku. Dia didiagnosa menderita Cluster Headche –sakit kepala cluster– sejak 4 tahun yang lalu. Sudah 2 tahun terakhir ini dia berhenti mengkonsumsi Janis Thorn, tetapi beberapa bulan yang lalu dia datang dan memintaku untuk menuliskan resep itu lagi, karena sakit kepalanya mulai muncul," kata sang Dokter.

Dari kesaksian dokter itu dapat dipastikan bahwa Junsu akan menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan Kim Seokjin.

"Detektif Park, surat penangkapan yang kau minta sudah terbit!" seru Kyuhyun.

***

Jihoon menatap Jaejoong yang duduk di hadapannya. Wajahnya sangat kurus dan dia terlihat sangat lesu, seperti sebagian harapan hidup telah direnggut darinya.

"Bersemangatlah sedikit," saran Jihoon. "Setidaknya kau bisa berpura-pura bahagia, karena temanmu ini datang menjenguk."

Jaejoong hanya menarik ujung bibirnya. Ia membalas tatapan Jihoon yang berusaha untuk tidak terlihat khawatir. Tapi bagaimanapun juga hanya Jihoon yang masih peduli kepadanya saat ini. Setelah kejadian di kamarnya waktu itu, ia yakin bahwa Junsu akan membencinya.

Menjadi hal yang biasa ketika Jaejoong ditinggal oleh temannya, sifatnya yang cuek dan terkesan dingin menyebabkan ia jarang memiliki teman dekat. Ia mulai berhenti menghitung orang yang hilang didalam kehidupannya sejak berumur 12 tahun.

Tiba-tiba sebuah kenangan muncul dalam pikirannya. Seperti sebuah film lama yang diputar ulang. Potongan-potongan gambar itu terasa begitu nyata. Sebuah kenangan pertama tentang kehilangan.

Jaejoong kecil sedang bermain mobil-mobilan di pemakaman. Ia tidak menyadari keadaan saat itu adalah awal dari perjalanan hidupnya yang pahit. Seorang wanita berjalan mendekat dan memeluknya. Dalam pelukan yang erat, wanita itu menangis menumpahkan segala kesedihan atas kehilangan orang yang disayanginya. Pada hari itu Jaejoong kehilangan Ayahnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jihoon sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Jaejoong.

"Ya, tentu saja," jawab Jaejoong berbohong. Ia memejamkan matanya beberapa saat untuk menghilangkan bayangan itu.

Diam sejenak.

"Aku tidak menyangka kau bisa menjadi tersangka dalam kasus yang berbelit seperti ini," kata Jihoon, "tapi mereka sudah menemukan tersangka utama, kau akan segera dibebaskan."

"Kau meretas database kepolisian?" tanya Jaejoong curiga.

"Pelankan suaramu, aku tidak ingin dipenjara hanya karena menembus pertahanan mereka yang lemah," kata Jihoon sambil memperlihatkan deretan giginya. "Aku hanya melihat beberapa file yang tingkat rahasianya tidak terlalu tinggi. Tidak seperti seseorang yang kukenal."

Jaejoong tersenyum, "aku hanya sedikit bersenang-senang."

"Kau pikir aku akan percaya?"

"Terserah kau saja," jawab Jaejoong tidak peduli

Raut wajah Jihoon kini mulai serius, ia memajukan badannya. "Kau sudah mememukan orang yang kau cari?"

Jaejoong menganggukkan kepalanya, "belum lama ini."

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Jaejoong hanya kembali tersenyum.

***

Hidup normal Junsu kini sudah kembali. Ia akan segera lulus dan mungkin akan bekerja di luar negeri. Ia sebenarnya bertanya-tanya bagaimana nasib Jaejoong saat ini, sepertinya dia masih tinggal di tahanan polisi. Sempat terpikir di kepalanya untuk menjenguk Jaejoong di sana, menghiburnya sekaligus mungkin melihat wajahnya yang ketakutan. Namun untuk apa dia membuang-buang waktu untuk menemuinya? Mungkin sebentar lagi pun akan muncul berita bahwa Jaejoong sudah resmi menjadi tersangka. Sungguh malang nasibnya, pikir Junsu.

The Fregoli DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang