our time - part 2

1K 72 3
                                    

Sasori dan Kakashi sudah berada sebuah gudang di belakang game center, melanjutkan pembicaraan mereka berdua. Sasori dengan keringat dingin yang sedikit menetes dari pelipisnya, ia sedikit takut. Bagaimana jika Kakashi mengadukan tentang ia kepada kepolisian? Bias gawat urusan. Dia belum menyelesaikan masalah Deidara, makanya dia belum siap untuk masuk penjara.

"aku memang sudah mencurigaimu sejak lama, gelagatmu itu mencurigakan di mata ku" suara tenang Kakashi menginterupsi pemikiran Sasori yang melalang lintang entah kemana.

"heh, aku tidak menyangka kalau kau akan ikut masalah ini hingga sebegitunya. Kali ini siapa yang menyuruhmu? Sasuke?" Suara Sasori seakan santai menutupi kegugupannya, Kakashi hanya dapat menyeringai di balik maskernya.

"Tidak, ini inisiatifku sendiri. Lagi pula bukan kah perfect timing? Saat rekanmu tewas, aku datang menggantikan. Kau tahu simbiosis mutualisme bukan?" Kakashi kembali bersuara.

"apa maumu?"

"mauku? Aku mau kita bekerja sama. Aku tidak akan mengadu pada kepolisian tentang pengkhianatanmu, dan kau tidak akan mengadu pada Akatsuki tentang jati diriku" penawaran itu terlihat menggiurkan bagi kedua pihak, mereka akan masing-masing aman pada tempatnya.

"cheh, baiklah" Sasori berjalan mendekat hingga mereka cukup dekat untuk berjabat tangan.
"aku tidak pernah menyangka akan melakukan kerja sama seperti ini denganmu, Kakashi Hatake"

"Aku pun sama seperti dirimu Sasori, kita di pihak yang sama"

~madu~

Naruto sampai di depan apartemennya pukul sembilan malam. Wajahnya terlihat tidak karuan, dia stress. Memikirkan tentang ancaman itu membuatnya frustasi. Jika ia membunuh Hinata, dia akan dibunuh Orochimaru. Jika dia membatalkannya, Orochimaru diperintahkan untuk membunuhnya. Dan jika ia diam pun, Orochimaru beserta kawanannya akan mencari lalu membunuhnya. Ini semua sangat dilemma.

Belum lagi dengan pemimpin Orochimaru yang misterius itu, siapa dia sebenarnya? Dari tindakannya ia seperti seorang perfeksionis yang tidak memiliki rasa takut sama sekali. Ada lagi yang membuatnya berpikir terus, satu pertanyaan yang selalu mengganjal dipikirannya. 'Apa salah Hinata hingga mereka ingin membunuhnya?' itu yang selalu ada dipikirannya.

Sebenarnya ia tidak mau membunuh Hinata, justru Uzumaki yang satu itu sudah berjanji untuk menjaganya. Janjinya pada mantan partnernya sewaktu masih jadi anggota akatsuki itu memang ingin ia tepati, sangat ingin malah. Tapi, jebakan dari Orochimaru itu membuatnya harus berada dalam situasi seperti ini. Bukan jebakan sih sebenarnya, tapi keteledorannya yang tidak membuka isi map itu terlebih dahulu sebelum tanda tangan kontrak adalah penyebabnya.

Tidak mau banyak berpikir lagi akhirnya ia memasukkan kunci namun dia sadar kalau pintu itu tidak terkunci. Aku kelupaan lagi untuk mengunci? Kalau ada Teme, dia pasti akan memarahiku batinnya sambil tersenyum mengingat berapa kali ia sudah diomeli oleh temannya hanya karena kunci pintu. Memang hal sepele, tapi kalau begitu kan mungkin saja dia kemasukan maling seperti sekarang.

Sedikit kaget ketika ia melihat ada sepasang sepatu berwarna hitam yang tidak dikenalnya berada di dalam apartemen milik sang blonde. Benarkah dia kedatangan maling? Tapi mana mungkin seorang maling meletakkan sepatu begitu rapi tanpa lupa untuk dibalik? Sopan sekali maling itu.

Dengan perlahan ia berjalan masuk mencari di arah dapur yang langung lurus, tidak ada orang. Mungkin saja dia di ruang tamu? Benar saja, disana ada seseorang yang tertidur miring ke arah tv. Surai ravennya melambai lambai tertiup angin dari jendela yang masih terbuka di dekatnya. Wajahnya tertutup tangan putih pucat. Dengan sekali lihat saja Naruto tahu kalau itu pastilah Sasuke, tapi untuk apa dia kemari?

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang