someone strange

869 60 3
                                    

Tuut..

Tuut...

Tuuut...

Bip.

"moshi-moshi Naruto-kun.." huft.. akhirnya dia menjawab juga, apa Hinata tidak tahu kalau sedari tadi itu dia sudah bersiap untuk pergi ke apartemen sang kekasih karena sudah tidak menjawab tiga teleponnya dan sepuluh smsnya. Berlebihan memang, tapi bagi seorang yang di ambang kematian hal itu bisa jadi wajar-wajar saja.

"Hinata.. kenapa tidak balas sms dan teleponku yang tadi?" Tanya sang blonde itu dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

"bisa kau matikan dahulu teleponmu, Nona?" ada suara lain diseberang sana, dan dari suara berat itu sepertinya laki-laki.

"siapa disana, Hinata?" Tanya sang Uzumaki, kali ini lebih serius. Cemburu? Tidak, dia tidak pernah cemburu pada setiap pria yang mendekati dan menyukai Hinata karena kalian sudah tahu jawabannya. Hanya saja di saat seperti ini? Tidakkah dia harus curiga.. mungkin saja salah satu pesuruh Orochimaru.

"etto.. gomen, aku sedang ada tamu.. nanti akan ku telepon lagi" dan Bip! Akhirnya telepon itu pun berakhir dengan Naruto yang merasa khawatir tingkat tinggi. Bagaimana tidak? Mungkin saja ia akan mati begitu saja? Se tidak cintanya Naruto pada Hinata, ia masih merasakan rasa sayang untuk gadis itu.

'bagaimana kalau dia disodori pistol? Bagaimana kalau dia sampai diculik? Aku tahu Orochimaru seperti apa, setidaknya dia akan menyiksa Hinata lebih dahulu. Atau jangan-jangan... argh!!aku tidak bisa tenang sama sekali.' Ia menjambak rambutnya sendiri frustasi tanpa menyadari kalau para perempuan di sekitarnya itu sedari awal memperhatikannya.

Berada di café memang bisa sedikit menenangkan diri dari fikiran negative. Terbukti sekarang Naruto sudah sedikit menenang. Setelah kejadian mayat Kiba itu semua murid dipulangkan, kepala sekolah dilarikan ke rumah sakit dan sekarang mayat Kiba sedang diperiksa oleh kepolisian, sejak itu Sasuke entah kemana menghilang dan Naruto langsung saja kabur.

Naruto kini sudah bisa tenang, jadi semakin banyak saja yang memperhatikannya dengan wajah lapar. Jelas saja, siapa yang tidak lapar melihat ada seorang remaja tampan yang duduk seorang diri dengan kalemnya.

Namun tiba-tiba pandangan para wanita terbagi dua dengan adanya seorang remaja lagi yang terlihat sangat manis dengan wajah baby face. Rambut merahnya terlihat berantakan, bukannya membuat cool itu justru membuatnya makin manis.

"aku tidak mau menunggu dan tidak mau ditunggu, tapi sekarang aku sudah melakukan keduanya" tanpa permisi ia duduk di depan Naruto dengan kalemnya dan memanggil salah seorang pelayan untuk memesan.

"bisakah aku tahu ini lebih dulu?" Tanya Sasori.

"tidak, kita harus diskusi" dan kemudian pesanan datang, Sasori memesan cheesecake dan segelas orange juice yang sama dengan milik Naruto.

"sebentar lagi mereka akan sampai, aku rasa.." kata-kata Naruto dibarengi dengan ia yang mengusap belakang kepalanya yang tidak gatal.

"dan feeling mu benar" kemudian mata Naruto mengikuti arah pandang Sasori ke belakang, dimana disana sudah ada Kakashi dan Pein berdiri di ambang pintu, mencari keberadaan temannya.

Naruto melambaikan tangan pada mereka, hingga mereka melihat dan berjalan menuju letak Naruto dan Sasori yang agak terpencil. Sedangkan di depannya, Sasori sudah memasang wajah masam tidak suka.

"untuk apa kau ajak anak baru itu?" Tanya Sasori dengan sedikit menahan amarah.

"Kenapa? Bukannya dia juga anggota akatsuki? Lagi pula kan hanya kita bagian sekutu dan anggota akatsuki yang SMA" jawabnya santai.

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang